Zhi Tian hanyalah anak yatim-piatu buta yang sejak kecil hidup menyendiri di pesisir pantai.
Disuatu hari tanpa sengaja Zhi Tian menyelamatkan seorang pria yang terdampar didekat rumahnya. Pria itu bernama Shan Lao, yang ternyata merupakan kultivator paling hebat di benuanya.
Keberadaan Shan Lao mengubah hidup Zhi Tian, berkatnya ia bisa melihat kembali. Tidak hanya sampai di sana, Zhi Tian juga diajarkan banyak ilmu beladiri dari pria tersebut.
Zhi Tian yang sudah dibekali ilmu beladiri kemudian mulai mengejar cita-citanya yang ingin melihat seluruh dunia.
Ini adalah cerita Zhi Tian, seorang anak laki-laki dari pulau terpencil yang menjelajahi dunia yang dipenuhi dengan konflik dan peperangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 3 — Bibi Yue
"Si-siapa kau..."
Lamunan Shan Lao terpecah ketika tiba-tiba ia mendengar ada suara didekatnya.
Saat Shan Lao menoleh, ia menemukan suara itu berasal dari perempuan yang baru saja tiba di rumah Zhi Tian lewat jalan belakang.
Perempuan itu terlihat masih muda, berusia 20-an tahun dan memiliki paras yang cukup manis. Kulitnya yang putih bagai mutiara dilautan tampak begitu cantik dengan rambut biru sebahunya.
Shan Lao mengerutkan dahi, pandangannya jatuh pada bingkisan makanan yang tengah perempuan tersebut bawa.
Pandangan Shan Lao itu justru membuat perempuan tersebut menjadi takut dan waspada. Dia berpikir Shan Lao adalah orang jahat yang menginginkan tubuhnya.
Jika tidak mengingat keselamatan Zhi Tian, mungkin perempuan itu sudah sejak lama lari tetapi ia berusaha menunjukkan keberaniannya untuk anak tersebut.
Shan Lao batuk pelan saat menyadari tatapannya membuat perempuan itu menjadi ketakutan. "Maafkan aku Nona tetapi sebaiknya anda tidak salah paham, aku tidak berniat jahat kepadamu."
Perempuan itu menyipitkan matanya, ia tentu tidak percaya begitu saja namun setelah melihat Shan Lao lebih lama, pemuda tersebut tidak terlihat berbahaya seperti yang ia pikirkan.
Bahkan untuk beberapa saat, perempuan itu terpana dengan ketampanan Shan Lao sebagai seorang pria.
"Bibi Yue, apa bibi sudah datang?"
Buta sejak lahir membuat indra pendengaran Zhi Tian lebih tajam daripada manusia pada umumnya sehingga ia masih mendengarkan percakapan singkat dua pemuda-pemudi itu.
Perhatian perempuan yang dipanggil Bibi Yue itu segera teralihkan ke arah Zhi Tian yang kini sedang berusaha bergerak ke arahnya.
Perempuan tersebut menjadi panik, ia berlari ke arah Zhi Tian lalu menggenggam pergelangan tangannya agar Zhi Tian tidak melangkah lebih jauh.
"Tian'er, tatap disisi Bibi!" Perempuan itu mengingatkan Zhi Tian dengan nada tegas.
"Hm, ada apa Bibi, apakah ada masalah?"
"Mungkin kau sulit mempercayainya tetapi saat ini ada pria asing yang berada didekat rumahmu."
"Pria asing?" Zhi Tian kebingungan sebelum mendadak wajahnya menjadi cerah. "Oh, apa maksud Bibi pria asing itu adalah Paman Shan."
"Paman Shan?"
"Iya, dia adalah Paman yang baru aku temui kemarin."
***
"Maafkan atas ketidak sopananku, aku tidak bermaksud menyinggungmu..."
Perempuan itu beberapa kali meminta maaf pada Shan Lao setelah mendengar semua penjelasan dari Zhi Tian.
"Tidak apa Nona Yue, sudah sewajarnya anda waspada terhadapku jadi tidak perlu meminta maaf sampai seperti ini." Shan Lao tersenyum canggung.
Shan Lao akhirnya mengetahui identitas perempuan itu yang tak lain adalah Bibi Yue yang diceritakan Zhi Tian sebelumnya. Bibi Yue memiliki nama lengkap Yue Qiao, usianya baru menginjak 23 tahun.
Shan Lao lalu memperkenalkan namanya serta alasan ia bisa disini, ia tidak menjelaskan bahwa dirinya terdampar karena terluka oleh sebuah pertarungan melainkan mengarang bahwa kapal yang ia bawa hancur oleh badai.
Yue Qiao tampak terkejut mendengar cerita itu terutama ketika mengetahui Shan Lao berasal dari luar pulau.
"Aku pernah mendengar bahwa diluar lautan lepas ini terdapat daratan yang dihuni oleh manusia sepertiku tetapi ini kali pertama aku melihat seseorang berasal dari luar pulau." Ujar Yue Qiao.
Shan Lao mengerutkan keningnya, "Apakah Nona Yue belum pernah melihat daratan lain?"
Yue Qiao menggeleng, ia menceritakan bahwa dirinya dan penduduk desa di pulau ini hampir semuanya adalah nelayan, selama ratusan tahun berlaut mereka belum pernah menjumpai daratan selain pulau yang mereka tinggali.
Shan Lao jelas cukup terkejut mendengar informasi tersebut, ini menunjukkan bahwa pulau ini dan daratan yang ia tinggali berjarak sangat jauh.
'Benua Daratan Feniks tidak memiliki pulau sebesar ini kecuali pulau dari Ras Elf, tapi pulau ini jelas bukan milik wilayah ras tersebut...' batin Shan Lao sambil berpikir keras.
Hanya satu dugaan yang masuk dipikiran Shan Lao mengenai lokasinya sekarang, yaitu ia berada di pulau yang berada diluar benua yang ia tinggali.
Shan Lao hanya berharap elang yang ia kirim bisa mendapatkan jawaban atas keberadaannya saat ini.
Shan Lao ingin bertanya lagi tetapi suara perutnya kembali terdengar, Shan Lao jadi teringat lagi dengan rasa laparnya.
"Sepertinya Paman Shan sudah kelaparan Bibi, bagaimana kalau kita masuk ke rumah dulu." Ucap Zhi Tian sambil menarik tangan Bibi Yue.
Bibi Yue tersenyum lembut dan mengelus kepala bocah itu, ia lalu mengajak Shan Lao masuk ke rumah Zhi Tian lagi.
Dari sikap gadis itu saat memasuki rumah, Shan Lao mengerti bahwa Yue Qiao lah yang membersihkan rumah Zhi Tian ini hingga terawat dan cukup bersih.
Yue Qiao membawakan beberapa roti serta air minum lalu ditaruh disebuah napan kosong, ia kemudian mempersilahkan Shan Lao dan Zhi Tian memakannya.
Shan Lao yang sudah kelewat lapar langsung menyantap roti itu dengan lahap. Yue Qiao hanya tersenyum melihat tingkah pemuda tersebut.
***
Roti yang dibawa Yue Qiao tidak cukup untuk mengenyangkan perut Shan Lao namun setidaknya cukup untuk mengganjal perutnya.
Jumlah roti yang dibawa Yue Qiao sejak awal hanya untuk Zhi Tian seorang selama seharian namun karena ada Shan Lao, mereka harus membaginya.
"Terimakasih untuk makanannya, aku akan membayarnya dengan ini." Shan Lao memberikan satu keping perak pada Yue Qiao. Shan Lao merasa tidak enak hati jika menerima roti itu begitu saja tanpa membayarnya.
Yue Qiao terlihat kebingungan, "Aku tidak tahu benda apa ini tetapi anda tidak perlu membayarnya, aku memberikan ini karena murni ingin membantu."
"Benda ini disebut koin uang, alat tukar saat membeli sebuah barang." Shan Lao sedikit terkejut Yue Qiao tidak mengetahui tentang sistem moneter.
Yue Qiao sama sekali tidak mengerti maksud Shan Lao meski pemuda itu sudah menjelaskannya lebih jauh, disisi lain Zhi Tian yang masih memakan sepotong roti mulai memahami maksud penjelasan Shan Lao.
"Paman, disini uang tidak berlaku. Kami menggunakan semacam sistem barter untuk bertransaksi." Jelas Zhi Tian.
"Kau mengerti tentang uang?" Shan Lao cukup terkejut pasalnya Yue Qiao yang bisa melihat sekalipun tak bisa mengerti maksudnya.
"Ya, ayahku pernah menceritakan padaku bahwa di dunia lain ada yang namanya uang sebagai alat tukar yang lebih efisien. Dengan uang segala hal menjadi lebih sederhana termasuk memperjelas nilai dari sebuah barang."
Yue Qiao menatap Zhi Tian, ia tidak menyangka Zhi Tian cukup berpengetahuan. Saat itulah Yue Qiao teringat dengan sesuatu. "Benar juga, aku baru ingat dulu ayah Zhi Tian berasal dari luar pulau sama sepertimu."
Berbeda dengan Shan Lao yang terdampar, ayah Zhi Tian berlabuh di pulau ini disebabkan kapalnya yang kehilangan arah.
Mendengar cerita ayah Zhi Tian, ekspresi Shan Lao menjadi cerah karena ini berarti masih ada kemungkinan dirinya kembali ke tempat asalnya.