Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.
Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16 : Kelopak-Kelopak Bunga Sakura
Jepang, sebuah negeri yang terletak di ujung timur benua Asia, merupakan sebuah negara kepulauan yang mempesona dengan keindahan alam, kebudayaan yang kaya, dan kemajuan teknologi yang luar biasa. Dengan letak geografis yang strategis di Pasifik, Jepang memiliki lanskap yang beragam mulai dari pegunungan yang menjulang tinggi hingga pantai-pantai yang indah dan berpasir putih. Jepang dikenal sebagai negara dengan sejarah yang panjang dan kaya, yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, mulai dari arsitektur kuil-kuil kuno hingga upacara teh yang sakral. Kebudayaan Jepang juga terkenal dengan nilai-nilai seperti disiplin, kerja keras, dan rasa hormat terhadap tradisi, yang menjadi pondasi bagi kemajuan dan kemakmuran negara ini.
Selain itu, Jepang juga terkenal dengan kemajuan teknologinya yang luar biasa, yang telah membawa negara ini menjadi salah satu negara maju di dunia. Dari robotika hingga elektronika, Jepang telah menunjukkan kemampuannya dalam menciptakan inovasi-inovasi yang mengubah dunia. Dengan demikian, Jepang merupakan sebuah negara yang unik dan menarik, yang menawarkan perpaduan antara tradisi dan modernitas, keindahan alam dan kemajuan teknologi.
Tidak ada yang berubah dari negara ini, sejauh yang terlihat. Jalanan terlihat ramai seperti biasanya ketika mataku melihat dari balik kaca mobil.
Aku mungkin sedikit beruntung, ketika aku kembali ke sini sekarang, bunga sakura di tepian jalan tengah bermekaran.
Bunga sakura yang lembut dan menawan itu seolah-olah menyambut kepulanganku, dengan kelopak-kelopaknya yang berwarna merah muda pucat berguguran lembut di sepanjang jalan. Angin musim semi yang lembut membawa aroma manis dari bunga-bunga itu, mengisi hati ini dengan kenangan manis tentang Freya. Setiap pohon sakura yang berbaris rapi di sepanjang jalan tampak seperti penjaga setia yang menjaga kenangan-kenangan indah di negeri ini.
Ketika mobil melaju perlahan, pemandangan kota Tokyo yang megah dan modern muncul di depan mataku, dengan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dan lampu-lampu neon yang berwarna-warni. Namun, di balik hiruk pikuk kota, aku masih bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bunga sakura yang menghiasi setiap sudut kota. Aku merasa bahwa keindahan alam dan kemajuan teknologi bisa bersatu dengan harmonis di negeri ini. Dengan hati yang penuh harap, aku menatap ke depan, menanti saat-saat ketika aku bisa menyelesaikan tugas-tugas di Jepang dan kembali ke Indonesia untuk memulai babak baru dalam hidupku bersama Freya.
...***...
Mobil melaju memasuki Perumahan elit yang hanya bisa di tempati oleh orang-orang dengan kalangan atas. Jalanan komplek ini, membuatku teringat, bagaimana dulu aku sempat berlarian menuju ke sekolah. Saat itu, aku tau bawahan ayahku tengah menguntitku. Mereka selalu mengikuti kemana aku pergi. Aku berlari sekencang mungkin, sampai penjaga sekolah terheran-heran dengan kedatanganku yang nampak seperti di kejar hantu.
Membayangkan hal di masa lalu, membuatku sedikit tersenyum tipis. Tapi sekali lagi, mengingat keadaan Freya saat ini, membuat senyumku kembali terkunci.
Mobil berhenti di depan rumah besar yang familiar, dengan arsitektur modern dan elegan yang memancarkan kesan kemewahan. Pelayan membukakan pintu mobil untuku.
"Tuan muda, selamat datang kembali.." Ucapnya membungkuk.
"Terimakasih.." Ucapku datar.
Aku melangkah keluar dari mobil, merasakan udara segar Jepang yang menyegarkan setelah perjalanan panjang dari Indonesia. Pemandangan taman yang terawat rapi dan kolam ikan yang tenang menyambutku, membawa kembali kenangan-kenangan masa lalu ketika aku masih tinggal di sini. Aku memasuki rumah, disambut oleh aroma familiar yang mengingatkan aku pada ibu. Ayah menungguku di ruang tamu, dengan ekspresi serius yang menunjukkan bahwa ada banyak hal yang perlu dibicarakan tentang perusahaan. Dan juga, satu orang lagi yang tidak ku ketahui siapa.
"Fonix, selamat datang kembali. Ayah tau kamu pasti lelah, tapi tuan Himea telah menunggu.."
Aku sedikit menoleh pada pria yang mulai berdiri dari duduknya. Tubuhnya cukup tinggi, dengan rambut hitam panjangnya. Matanya nampak tajam dengan rahang yang proposional. Sekali melihat saja, aku tau kalau pria yang bernama Himea Jun ini, adalah tipe petarung, atau kurang lebih begitu.
"Tuan muda, ini pertama kalinya kita bertemu. Salam kenal, nama saya Himea Jun. Anda bisa memanggil saya Himea. Saya adalah bawahan setia Nona Feni, ibu anda."
"Kau yang memiliki dokumen itu?" Tanyaku.
"Ya, saya memilikinya. Dokumen dan perusahaan sudah di wariskan pada anda. Dan tugas anda adalah memimpin perusahaan itu." Ucap Himea.
Aku menghela nafas. Ayah kembali mempersilahkan untuk semua orang duduk. "Jelaskan keadaannya.." ucapku.
"Saat ini, keluarga Natio yang merupakan keluarga dari ibu anda, selalu mencari celah untuk bisa mendapatkan perusahaan dan dokumen tersebut. Mereka bahkan menyewa seorang pengacara terkenal demi bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi, karena mendiang nona Feni telah merangkai dan mengatur semuanya dengan baik, tidak ada celah sedikitpun untuk keluarga Natio bisa mendapatkan perusahaan." Jelas Himea.
Aku mendengarkan penjelasan Himea dengan seksama, memahami betapa rumitnya situasi yang dihadapi oleh perusahaan warisan ibu. Aku bisa merasakan betapa besarnya tantangan yang harus aku hadapi untuk melindungi perusahaan dan dokumen-dokumen penting tersebut dari keluarga Natio yang ingin merebutnya.
"Mereka tidak mungkin berhenti sampai di sini," kata ayahku dengan yakin. "Mereka akan terus mencari cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan."
Himea mengangguk setuju. "Saya sudah memprediksi hal itu, tuan muda. Oleh karena itu, saya telah menyiapkan beberapa langkah strategis untuk menghadapi keluarga Natio dan melindungi perusahaan."
Aku memandang Himea dengan rasa hormat. "Apa aku bisa mempercayaimu?" Tanyaku.
"Nyawa saya adalah milik anda, tuan muda." Ucap Himea membungkuk.
"Keluarga Natio telah mengetahui kalau anda yang mewarisi perusahaan, mereka mungkin akan mengirim pembunuh pada anda."
"Biarkan saja, lagipula suasana hatiku sedang buruk."
"Dari informasi yang saya dapatkan, keluarga Natio berniat untuk bekerja sama dengan keluarga Harlan melalui ikatan pernikahan." Ucap Himea.
"Aku tau tentang keluarga itu. Putra tertua mereka, Gracio. Aku pernah memukulinya sampai masuk rumah sakit. Mereka hanya sekumpulan sampah. Lagipula aku punya caraku sendiri untuk membereskan keluarga Natio."
"Masalahnya, orang yang akan dinikahkan dengan Keluarga Harlan, adalah adik dari ibumu, Shani." Ucap Ayah.
"Lalu, hubungannya denganku apa? Mereka membuang ibu begitu saja." Ucapku.
"Shani adalah adik yang paling dekat dengan ibumu. Dia satu-satunya orang yang paling disayangi oleh ibumu. Dia juga satu-satunya orang yang menolak dengan keras dan melawan keluarganya demi ibumu." Jelas Ayah.
"Hoh~ aku tidak tau masih ada orang yang baik pada ibu di keluarga itu." Ucapku sinis.
"Ayah mengenal karakternya, Dia gadis yang baik dan sifatnya hampir sama dengan ibumu. Dia mungkin tidak akan menyetujui perjodohan itu." Ujar ayah.
"Kalau begitu, kita hanya perlu mengambilnya dan membawanya ke sini." Ucapku.
"Tuan muda, tidak semudah itu. Keluarga Natio merupakan keluarga yang besar. Bawahan mereka juga cukup banyak. Meski kita memiliki pasukan yang cukup, tapi korban mungkin ada jika kita mengambil gadis itu secara paksa." Ujar Himea.
"Sudah kubilang aku punya caraku sendiri. Aku tidak punya waktu untuk bermain-main. Setelah urusanku di sini selesai, Aku akan pulang ke Indonesia dan menjemput Freya." Ucapku tegas.
Aku mulai berdiri dari dudukku, "Aku akan menyelesaikan semuanya dalam tiga bulan." Ucapku, kemudian beranjak menuju ke kamar.