Hanina Zhang, merupakan putri seorang ulama terkemuka di Xi’an, yang ingin pulang dengan selamat ke keluarganya setelah perjalanan dari Beijing.
Dalam perjalananya takdir mempertemukannya dengan Wang Lei, seorang kriminal dan kaki tangan dua raja mafia.
Hanina tak menyangka sosok pria itu tiba tiba ada disamping tempat duduknya. Tubuhnya gemetar, tak terbiasa dekat dengan pria yang bukan mahramnya. Saat Bus itu berhenti di rest area, Hanina turun, dan tak menyangka akan tertinggal bus tanpa apapun yang di bawa.
Di tengah kebingungannya beberapa orang mengganggunya. Ia pun berlari mencari perlindungan, dan beruntungnya menemui Wang Lei yang berdiri sedang menyesap rokok, ia pun berlindung di balik punggungnya.
Sejak saat itu, takdir mereka terikat: dua jiwa dengan latar belakang yang berbeda, terjebak dalam situasi yang tak pernah mereka bayangkan. Bagaimana perjalanan hidup Dewi Hijab dan iblis jalanan ini selanjutnya?
Jangan skip! Buruan atuh di baca...
Fb/Ig : Pearlysea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab_18 Pengawas
Motor Wang Lei berhenti di trotoar begitu keluar gang. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celana lalu menekan sebuah nomor. Suara dering beberapa kali sebelum akhirnya terangkat.
"Kau menganggur,kan?" ucapnya begitu panggilan tersambung.
"Ada kerjaan?" tanya pria di seberang sana. Chen Jie, rekan organisasi geng motor.
"Awasi Xiao Mei, hari ini dia bersama Hanina di rumah lama Bos Liang, awasi kemana mereka pergi, jangan sampai pelacur itu menyakitinya."
"Hanina, siapa dia?"
"Wanitaku."
"Bayaranya?"
"1.000 yuan selama 3 hari"
"1.500. "
"Deal."
Sambungan terputus, Wang Lei mengetik pesan agar Chen jie segera bergerak dan menunggunya di depan gang yang kebetulan tak jauh dari tempat tingalnya.
setelah memastikan Chen Jie mengiyakan, dia menyimpan ponselnya ke saku jeans lalu menarik napas panjang, menatap jalanan kosong di depannya sebelum akhirnya memutar gas dan melaju pergi.
Di sisi lain, Hanina dan Xiao Mei berjalan beriringan, menapaki gang sempit. Mata gadis berhijab itu menyusuri bangunan dan rumah-rumah yang mereka lewati. Pemukiman itu terlihat kumuh, dindingnya penuh coretan vandalisme, bau got dan sampah juga membuat Hanina menahan napas.
"Kau kenapa?" Xiao Mei bertanya sinis saat Hanina menutup mulut dan hidungnya dengan hijab.
"Aku tidak pernah melewati pemukiman sekotor ini sebelumnya." jawabnya.
Xiao Mei menyeringai mengejek.
"Begitu ya? Kau sepertinya anak dari keluarga kaya, ya? Pantas Wang Lei memanjakanmu, ups! mungkin lebih tepatnya memanfaatkanmu."
"Kalau dia mau dia sudah melakukanya saat pertama kali kami bertemu, nyatanya dia tidak seperti yang kau bicarakan." ujar Hanina tanpa menghentikan langkah, tanpa menoleh.
"Kalau begitu mungkin kau yang memanfaatkannya."
Hanina menghentikan langkahnya, menatap Xiao Mei dengan tatapan tak selembut biasanya
"Xiao Mei, cukup! Berhenti berburuk sangka padaku. Aku tidak seperti itu!" ucapnya pelan, berusaha tetap menjaga ketenangan meski hatinya terus di buat jengkel.
"Semua wanita juga bilang begitu di awal. Tapi percayalah, Hanina, aku sudah terlalu sering lihat perempuan sepertimu. Tampil polos, bicara lembut, pakai wajah sedih biar dikasihani. Dan ya, pria-pria bodoh seperti Wang Lei selalu jatuh ke dalam perangkap itu." cerocos Xiao Mei.
Hanina terdiam sejenak, lalu tersenyum dengan tatapan tajam.
"Kalau dia jatuh dalam perangkapku, itu karena dia mau, bukan karena dia bodoh."
Ucapan Hanina membuat mata Xiao Mei melotot tajam, rahang tirusnya mengeras.
"Kau!" kata-katanya tercekat di tenggorokan, tanganya mengepal.
Hanina melengos meninggalkan Xiao Mei begitu saja, dengan suara angkuh dia berkata.
"Xiao Mei.. Kau di bayar untuk menemaniku, bukan mendebatku."
Wanita itu mendengus kasar, tak menyangka Hanina tak selembek kelihatanya.
"Awas saja kau!;berani merebutnya dariku, ku buat hancur hidupmu!" Xiao Mei membatin, lalu menyusul langkah Hanina.
**
Motor ninja tua berhenti tepat di bawah pohon ginkgo. Pemuda yang mengendarainya mengenakan celana jeans robek, jaket kulit cokelat dan helm. Chen Jie yang di tugaskan Wang Lei hanya tinggal menunggu kedua gadis itu keluar gang.
Tak berselang lama, Hanina dan Xiao muncul dari balik gang, nampak tengah menunggu taksi Online yang di pesan Xiao Mei sebelumnya.
Chen Jie mengawasi mereka dari kejauhan, namun masih dengan gamblang melihat bagaimana rupa Hanina.
"Cewek berhijab? Cantik juga, dia pasti sudah menjinakan anak macan itu. Tidak biasanya kaya gini, itu cukup menarik untuk dipertanyakan." gumamnya.
Taksi online akhirnya berhenti tepat di depan kedua gadis itu berdiri, mereka berdua pun masuk tanpa merasa curiga.
Chen Jie menegakan tubuhnya, mencengkeram stang lebih erat saat mobil yang ditumpangi Hanina dan Xiao Mei melaju perlahan-lahan.
Begitu taksi sudah agak jauh, baru dia menekan gas, dan membuntutinya.
•1 Jam kemudian di Mall pusat kota Zhengzhou.
Pusat berbelanjaan modern itu mulai di padati pelanggan. Orang-orang masuk dan keluar dari store barang-barang branded terkenal atau bahkan sekedar makan-makan dan nonton film.
Dari eskalator yang naik ke atas, seorang pria berumur dengan jas merah muda dan dasi hijau tai menjadi pusat perhatian para pengunjung lain. Terlebih gaya berjalanya yang sok keren dengan para anak buah tampan berpakaian serba hitam yang mengekorinya. Bos Lou Sheng.
Saat eskalator mengantar mereka ke lantai atas, ke empat pria itu terus berjalan, sang bos memasukan tanganya ke saku celana, kaca mata kuningnya tak lepas, sampai akhirnya mereka masuk ke sebuah store jam tangan bermerk.
Pegawai wanita langsung menyambut ramah. "Selamat datang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"
Bos Lou Sheng langsung tersenyum lebar, membuka kaca matanya ke atas kepala.
"Tentu, Nona manis. Saya kan sudah langganan di sini. Oh, kau sepertinya pegawai baru, ya?"
Pegawai wanita itu mengangguk malu-malu.
"Iya, Tuan."
"Aduh jangan panggil Tuan, panggil Bos, ya?"
"Baik, Bos. Ada yang bisa saya bantu?
"Tentu saja ada, nona manis. Saya datang ke sini bukan untuk lihat-lihat, tapi untuk meninggikan derajat toko kalian dengan kehadiranku. Haha.." Bos Lou Sheng tertawa, anak buahnya geleng-geleng kepala.
Pegawai wanita itu mengantar pelanggannya ke etalase, sibuk menawarkan jam-jam mewah untuk sang Bos. Namun, perhatian salah satu anak buahnya, Fang Jie, tiba-tiba teralih ketika matanya menangkap sosok Hanina dan Xiao Mei yang sedang masuk ke butik gaun di seberang.
"Bos, bos... Lihat itu, bos!" Fang Jie menepuk bahu si bos yang sibuk.
"Apa?" sahutnya tanpa menoleh.
"Itu kan ceweknya Wang Lei, Kok dia jalan sama jablay?"
Sontak mereka semua menegakan tubuh menatap ke depan seraya menyipitkan mata, melihat Hanina dan Xiao Mei yang sedang memilih gaun.
"Ah… benar juga. Itu si gadis berhijab yang bikin Wang Lei ngamuk di restoran" Bos terkekeh, tapi kemudian raut wajahnya berubah kesal saat melihat Xiao Mei.
"Itu dia.. Itu cewek jablay yang udah nipu Bos! Sialan! Akhirnya kita ketemu juga di sini!" tunjuk Bos mukanya geram, Anak buahnya langsung melotot tak mengerti.
"Maksudnya menipu bagaimana, bos?" tanya Lu Yan.
"Dia jablay yang sudah bos bayar tapi tidak mau bos apa-apain. Alasannya banyak! terus pas bos tagih lewat sms, dia malah menghina bos, katanya perut bos kaya gendang keriput, setelah itu nomor bos di blokir! Kurang ajar, dia tidak tahu siapa saya. Awas kau!" geramnya, berapi-api.
"Terus kenapa bos baru ingat sekarang?" tanya Fang Jie, lalu tanganya memberi isyarat pegawai wanita tadi menyingkir
"Karena bos sibuk! Selama ini bos tidak pernah punya masalah sama cewek, tapi kali ini bos sudah sangat sakit hati!"
Anak buahnya mengangguk-anguk.
"Iya Bos, jablay kok belagu! Cantik hasil ngangkang aja sombong banget! Bagaimana bos? Kita culik saja sekalian?" sahut Zhou Kun cepat, ikut kesal.
"Tapi Bos, setahuku itu jablay kesayangan Wang Lei. Dia marah gimana?" timpal Fang Jie hati-hati.
Bos Lou Sheng menyipitkan mata.
"Kesayanganya Wang Lei? Tidak mungkin.. Bos tahu seperti apa bocah itu, tidak mungkin juga dia bisa marah sama bos."
"Sekarang samperin!"