Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Gara-gara Pensiun Jadi Mafia
'Anna?' batin Arga, alisnya bertaut rapat. Nama itu terngiang tajam di telinganya, mengendap seperti jarum halus yang menyusup perlahan ke dalam kepala.
Siapa Anna?
Apakah itu nama lain dari dirinya?
Atau seseorang yang lain?
Arga berdiri terpaku di samping ranjang, menatap wajah Anne yang kini basah oleh keringat dan air mata. Wanita itu terus mengigau, meski suaranya pelan dan patah-patah.
Ada satu bagian dalam dirinya yang memberontak untuk percaya, bahwa sesuatu memang tidak beres sejak awal.
Dengan pelan ia melangkah mundur keluar dari kamar. Pintu ditutup tanpa suara, tapi kepala Arga kini begitu riuh.
Langkah kakinya membawanya kembali ke ruang kerja.
'Anna,' ucapnya sekali lagi di dalam hati, Anna, Anna, Anna dan Anna, nama itu terus terngiang di dalam ingatan.
"Aku mendengarnya dengan jelas, 'Anna, aku mohon kembalilah. Aku takut," gumam Arga, mengulangi ucapan sang istri dengan frustasi.
Tidak mungkin Anne bicara pada dirinya sendiri seperti itu, jelas kalimat itu ditujukan untuk orang lain. Seseorang yang bernama Anna.
Arga mengusap wajahnya kasar, semakin yakin jika ada orang lain.
"Apa Anne memiliki saudara kembar? dan wanita itu datang ke sini menggantikannya, Astaga," ucapnya semakin tak percaya. Mulai bertanya-tanya pula wanita mana yang tidur dengannya.
Arga kemudian membuka rekaman CCTV, mengidentifikasi Anne selama beberapa hari lalu dan malam ini. Jelas sekali banyak perbedaan yang membuatnya tak bisa terima, ini bukan hanya karena gegar otak, Arga merasa ada alasan lain.
Arga kemudian meraih ponselnya di atas meja, menghubungi sang asisten. "Lakukan dengan cara apapun, aku ingin tahu apa yang disembunyikan Anne dan kemungkinan dia mengenal seorang wanita bernama Anna."
"Baik, Tuan."
*
*
Di tempat lain ponsel Vexana pun bergetar pelan di atas meja kaca. Ia sedang bersantai di balkon apartemen mewah, mengenakan gaun sutra tipis dan menghisap cerutu dengan santai, seolah dunia adalah miliknya.
Nama Monica muncul di layar.
Vexana sempat menatapnya lama sebelum akhirnya menekan tombol terima. "Ada apa lagi?" tanyanya tanpa basa-basi. Suaranya dingin, kontras dengan angin malam yang membelai lembut wajahnya.
"Anna..." suara Monica terdengar pelan, nyaris memohon, "Aku tahu aku memiliki banyak kesalahan padamu. Tapi, tolong dengarkan aku sebentar saja."
Vexana menghembuskan asap ke udara. “Kamu seharusnya sudah selesai bicara saat aku lepaskan lehermu. Jangan hubungi aku lagi, Mon.”
“Tapi ini tentang Anne,” potong Monica cepat. “Dia sudah kembali ke rumah pria itu demi kamu tak dikejar. Dia bahkan mengatakan wajahnya bisa kamu pakai, asal kamu bisa hidup bebas. Apa kamu benar-benar tak tersentuh sedikit pun?”
Ucapan itu membuat Vexana menggertakkan giginya, seolah gara-gara wajah ini dia jadi harus balas Budi. Cih! Vexana tak pernah meminta wajah ini, Monica lah yang mengatur semuanya.
"Jangan bicara hal konyol seperti itu padaku, Monica," ujarnya pelan namun tajam. "Dia bersedia karena dia lemah, karena dia pikir aku akan mengorbankan diriku lagi untuk hidupnya. Cih! Aku tidak akan sudi!"
"Dia bukan lemah, Anna. dia hanya terlalu baik."
“Terlalu bodoh, maksudmu.”
Monica tercekat.
Vexana menatap pantulan bayangan dirinya di kaca balkon, tatapan tajam seperti tanpa ampun. Tapi hatinya tak seratus persen beku malam itu.
"Monica, aku sudah bertahan dengan kehidupan yang penuh darah. Sekarang, untuk pertama kalinya aku hanya ingin hidup sebagai diriku sendiri."
Monica terdiam, memahami pula kehendak sang sahabat. Namun sialnya dia tak mampu mengacuhkan Anne. Jika bisa, Monica ingin mereka berdua mendapatkan kehidupan yang baik.
"Tapi jika kamu tidak bertindak sekarang, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Anne selanjutnya," balas Monica lirih. Dadanya juga sesak. Anne akan hancur karena Donna dan Arga, dan yang paling dia takutkan Anne tak punya kekuatan lagi untuk bertahan, hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
"Sejak kecil dia diasuh pamannya, sampai besar warisannya direbut dan dia dijual. Anne tumbuh dengan tekanan dan ancaman hingga membuatnya sedikitpun tak punya keberanian. Aku mohon An, aku hanya ingin kalian berdua selamat," ucap Monica lirih, dia sampai menangis
Sunyi sesaat, Vexana memejamkan mata ingin membunuh paman Anne.
"Lalu apa yang kamu inginkan?" tanya Vexana akhirnya.
"Satu malam saja, temui dia. Lihat keadaannya dengan matamu sendiri. Jika setelah itu kamu tetap ingin pergi, aku tidak akan mengganggumu lagi, sumpah."
Vexana tidak menjawab. Hanya ada suara desah pelan dari bibirnya.
Sambungan itu terputus begitu saja.
Vexana menurunkan ponsel, menatap malam yang semakin larut. Angin meniup helaian rambutnya ke belakang, tapi ada sesuatu di matanya, getar yang tak bisa dia buang.
"Sial, gara-gara pensiun jadi mafia hatiku jadi lemah begini."
gass.....
semoga saja arga lebih tertarik dengan anna daripada anne.ya🙏🙏👍👍 spy anne bisa di tolong lagi dengan monica untk menjauhkan dari donna ya...🙏🙏😱😱😔😔