Sebuah Kejadian yang kurang mengenakkan dialami oleh Zahra setelah kepindahannya dari pulau Jawa ke Kalimantan bersama Keluarganya. Dimana Karena kejadian itu Zahra mengalami Trauma yang begitu hebat hingga ia tidak berani untuk keluar dari Rumah kontrakannya.
Sampai di suatu hari, mau tidak mau ia harus keluar rumah untuk mengantarkan kue pesanan pelanggannya hingga diperjalanan ia tidak sengaja ditabrak mobil dari belakang karena kesalahannya sendiri.
Marah? Tentu saja marah, Pria Pemilik mobil itu tentu saja ingin memarahi Zahra karena kecerobohan Zahra dalam berkendara sepeda motor, tetapi ia urungkan karena melihat Mata Zahra yang begitu sembab dan merah.
Siapakah pria itu? Akankah ia luluh dengan air mata Zahra? dan apakah ini akan menjadi awal dari kisah kebahagiaan Zahra yang selama hidupnya belum pernah mendapatkannya? atau justru malah sebaliknya?
Ikuti terus Kisah perjalanan Hidup Zahra Di dalam Cerita Ini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenRose23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
\\ Eps 3 //
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zahra terkejut mendengar perkataan ibunya, apa maksudnya dengan menyelamatkan nyawa? Zahra memilih menatap mata ibunya itu dalam-dalam dan membiarkan ibunya untuk menceritakan semuanya
"Kamu ingat, Nenek kamu dulu didiagnosa tumor usus oleh dokter dan di usia nenek yang sudah tua dia harus segera di operasi untuk menyelamatkan nyawanya. Ibu sudah mencoba untuk menghubungi saudara-saudara ibu untuk membiayai nenek Operasi karena kondisi keuangan kita yang tidak memungkinkan, tetapi mereka sama sekali tidak peduli dan malah takut harta yang mereka miliki habis untuk membiayai nenek" Ungkap Bu Ratih dengan meneteskan air matanya membayangkan betapa jahatnya saudara-saudaranya itu yang sama sekali tidak peduli dengan ibunya sendiri.
"Ibu dan ayah nggak ada pilihan lagi, dengan terpaksa ibu dan ayah pinjam uang kepada mereka meskipun bunganya sangat besar nak. Ibu tahu ini semua salah, semua yang kita lakukan adalah dosa. tetapi yang ibu pikirkan cuma satu yaitu nyawa nenek kamu, kita nggak tahu harus bagaimana lagi waktu itu." air mata Bu Ratih sudah banjir membasahi pipinya
"Aku baru dengar cerita ini Bu, tetapi kalau memang demikian cerita aslinya kenapa semua saudara ibu menyalahkan ibu atas kematian nenek? Bahkan aku juga sedikit sedih saat tahu bahwa nenek meninggal karena ibu dulu atas cerita dari saudara-saudara ibu, aku pikir saudara-saudara ibu benar karena aku memang nggak tahu Bu. Maafin aku Bu...." sesal Zahra dengan air matanya yang mulai luruh
"Nggak papa sayang, mereka hanya bisa melihat akhir dari sebuah cerita tanpa mengetahui isi dari cerita aslinya. Ibu berhutang kepada semua rentenir itu untuk membiayai operasi nenek kamu, tetapi sayang seribu sayang. Nenek kamu tidak kuat saat ditengah-tengah operasinya dan dokter mengatakan bahwa nenek sudah meninggal di meja operasi waktu itu." Bu Ratih sudah tidak bisa membendung semua air matanya membayangkan kejadian waktu itu dimana harapannya pupus untuk bisa menyelamatkan nyawa sang ibu.
Semua saudara Bu Ratih hanya bisa menyalahkan Bu Ratih atas meninggalnya sang nenek tanpa mengetahui pontang-panting nya Bu Ratih dan pak Burhan kala itu, mereka semua berpikir bahwa andai saja nenek mereka tidak di operasi kala itu mungkin nenek mereka masih bisa berkumpul bersama mereka sekarang. Tetapi kenyataan adalah sama saja, kalaupun tidak di operasi pasti nenek mereka akan menderita menahan rasa sakit yang menjalar di perutnya.
Semuanya sudah terjadi sekarang, bagi Bu Ratih semuanya sudah menjadi takdir sang pencipta. Dimana yang bernyawa pasti akan merasakan mati, biarkanlah semua saudara-saudaranya menyalahkannya yang paling terpenting bagi Bu Ratih hanya satu, yaitu dia sudah melakukan yang terbaik bagi ibunya dan biarkanlah hanya ia, ibunya dan Allah yang tahu.
Zahra memeluk ibunya untuk menenangkannya, ia sungguh sangat merasa bersalah waktu itu karena sempat berpikir juga bahwa neneknya meninggal karena ibunya. Ia lupa bahwa semua nyawa adalah ditangan tuhannya, ia merutuki kebodohannya sendiri karena terlalu tergesa-gesa dalam berpikir.
'Sekarang harus bagaimana? Hutang ibu pasti sangat banyak di renternir-renternir itu sedangkan panen ibu di kebun sekarang gagal karena harga sayur yang murah, Aku harus segera mencari kerja supaya bisa bantu ibu tapi.....ijazahku?' batin Zahra dengan begitu sedih memikirkan hal ini
'Ya Allah apa yang harus aku lakukan supaya bisa membantu kedua orang tuaku, tolong bantu aku Ya Allah karena sesungguhnya engkau adalah sebaik-baiknya yang memberi pertolongan....dan ampunilah aku dan orang tuaku ya Allah karena sudah berhutang kepada renternir-renternir itu' batin Zahra berdoa.
......................
Keesokan harinya Zahra sudah bersiap dengan bajunya yang rapi dan map yang berada di tangannya, orang tua Zahra sedikit terkejut melihat penampilan anaknya yang begitu rapi dan bersih
"Zahra kamu mau kemana nak? Tumben rapi gini?" tanya Bu Ratih kepada anaknya
"Zahra mau mencoba mencari pekerjaan Bu, siapa tahu Zahra bisa mendapatkannya dan bisa membantu ibu dan ayah nantinya" jawab Zahra dengan bersemangat
Bu Ratih dan pak Burhan tersentuh mendengar niat baik dari sang anak tetapi di lain sisi juga mereka merasa sangat bersalah karena melibatkan Zahra dengan masalah yang mereka hadapi
"Kamu kan baru lulus sekolah sayang... Tidak mau beristirahat dulu di rumah??" tanya pak Burhan karena kasihan dan tidak tega kepada anaknya
"kan setiap hari juga Zahra istirahat di rumah yah setelah pulang sekolah...jadi Zahra sudah cukup istirahatnya" jawab Zahra dengan tersenyum manis di depan ayahnya
"Beneran nggak papa sayang kamu harus cari pekerjaan?" tanya Bu Ratih yang juga ikut tidak tega melihat anak mungilnya itu
"nggak papa dong Bu, kan Zahra udah besar. Udah waktunya juga Zahra mencari pekerjaan dan juga pengalaman siapa tahu kan nanti Zahra dapat teman teman baru" semangat Zahra untuk meyakinkan kedua orangtuanya
"yasudah tetapi kamu harus selalu hati-hati ya, jangan sampai kenapa-kenapa......oh iya ibu kemarin kan belum lihat ijazah kamu nak, boleh ibu lihat??" tanya ibu Zahra
Zahra sangat panik mendengar pertanyaan ibunya, dengan sedikit tergesa-gesa ia memakai sepatunya dan mencoba untuk mengalihkan perhatian ibunya
"ijazah Zahra sudah terlanjur Zahra masukan ke dalam tas Bu, Zahra malas keluarin nya. Zahra harus segera berangkat juga takut keburu telat, Zahra pamit dulu ya ayah..Ibu assalamualaikum" pamit Zahra buru buru dan mengalami kedua orangtuanya itu dan segera pergi mengendarai sepeda motornya
"Waalaikumsalam" jawab kompak orang tua Zahra dengan geleng-geleng kepala setelahnya melihat tingkah anaknya.
Tidak mungkin juga kan Zahra bilang bahwa ijazahnya itu masih ditahan di sekolah karena Zahra belum melunasi uang SPP nya disaat kondisi orang tuanya itu sedang bingung sekarang, Zahra takut malah membebani pikiran mereka nantinya.
Meskipun Zahra kurang yakin juga apakah lamaran pekerjaannya nanti di terima apa tidak tanpa adanya ijazah, yang terpenting bagi Zahra sekarang adalah yakin dan optimis semoga dia bisa di terima kerja dan bisa membantu kedua orang tuanya.
...----------------...