NovelToon NovelToon
Married By Mistake (Terpaksa Menikahi Sahabat)

Married By Mistake (Terpaksa Menikahi Sahabat)

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Persahabatan / Romansa
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: Moira Ninochka Margo

"Aku hamil, Fir, tapi Daniel tidak menginginkannya,"

Saat sahabatnya itu mengungkapkan alasannya yang menghindarinya bahkan telah mengisolasikan dirinya selama dua bulan belakangan ini, membuatnya terpukul. Namun respon Firhan bahkan mengejutkan Nesya. Firhan, Mahasiswa S2, tampan, mapan dan berdarah konglomerat, bersedia menikahi Nesya, seorang mahasiswi miskin dan yatim-piatu yang harus berhenti kuliah karena kehamilannya. Nesya hamil di luar nikah setelah sekelompok preman yang memperkosanya secara bergiliran di hadapan pacarnya, Daniel, saat mereka pulang dari kuliah malam.

Di tengah keputus-asaan Nesya karena masalah yang dihadapinya itu, Firhan tetap menikahinya meski gadis itu terpaksa menikah dan tidak mencintai sahabatnya itu, namun keputusan gegabah Firhan malah membawa masalah yang lebih besar. Dari mulai masalah dengan ayahnya, dengan Dian, sahabat Nesya, bahkan dengan Daniel, mantan kekasih Nesya yang menolak keras untuk mempertahankan janin gadis itu.

Apa yang terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moira Ninochka Margo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DELAPANBELAS Kabar

KAMI baru kembali dari jogging dan telah sarapan nasi goreng martabak, tapi tiba-tiba harus kembali saat Bidan yang memeriksaku menelepon dan mengingatkan Firhan untuk memeriksa kandunganku. Yeah, aku juga lupa. Jadwalnya sudah lewat sebulan yang lalu, dan seharusnya ini sudah pemeriksaan kali kedua.

"Jadi, bagaimana?" tanyaku hati-hati saat berada di dalam mobil dan berangkat ke kota Makassar menuju Rumah Sakit. Entah mengapa, raut wajah gusar benar-benar tampak di wajah lelaki itu.

Ada apa dengannya?

"Entahlah, Bidan Nur menyuruh kita kembali dan memeriksakan kandungan, tapi kita bukan memeriksakan di tempatnya, di Jakarta, tapi hanya di Makassar saja. Setidaknya, mengetahui keadaan kandunganmu dulu." Jelas dia yang masih tetap fokus mengemudi tanpa memandang ke arahku. Raut wajahnya benar-benar serius dan cemas. Aku mendesah, lalu mengubah posisi dudukku ke arahnya.

"Fir, ada apa denganmu? Kamu terlihat sangat khawatir dan gelisah. Tenanglah, Sayang, ini hanya pemeriksaan yang lewat, tidak akan terjadi apa-apa,"

Firhan mendesah berat lalu mengusap dan  meremas rambutnya di tangan satunya saat sikunya bertumpu pada pintu mobil. Gelengan kepala dengan frustasi, seperti mengenyahkan pikiran yang kini mengusiknya itu seketika menular padaku yang membuatku gusar.

"Kamu baik-baik saja?"

Aku memandang dia dengan hati-hati. Bahkan yang membuat aku jadi cemas adalah tingkahnya dia, bukan aku, ataupun kandunganku. Jelas sekali kegusaran itu terlihat di wajahnya. Dia mengangguk namun dengan raut wajah tidak yakin.

Desahan terdengar seketika dariku. "Fir, ada apa?"

Suamiku itu menepi dan menghentikan mobil ini saat melewati tikungan tajam yang saat ini jalan sudah tidak terlalu berkelok dan suhu meningkat menjadi menghangat. Firhan memejamkan mata, lalu mendesah keras-keras dan berat. Tanganku yang berada di tangannya meremas untuk menyemangati sembari memandangnya.

"Entahlah, Nesya. Sejak telepon dari Bidan Nur, perasaanku tidak enak. Seperti ada sesuatu yang mengganjal, tapi aku tidak tahu itu apa. Perasaan gelisah, takut, sedih, seakan-akan rasanya aku ingin menangis keras-keras dan menjerit, tapi aku tidak tahu penyebabnya apa."

Memang, aku bisa merasakan itu! Aku bisa melihat dari wajahnya. Raut wajah hampa dan sorotan mata kelam. Perasaan takut seketika menjalar di tubuh setelah mendengar pengakuannya.

Tuhan, semoga tidak terjadi apapun.

Aku mendesah dan memperbaiki posisi dudukku yang semakin mengarah dan mendekat kepada Firhan, mengambil kedua tangan putih itu, lalu menggenggamnya dengan kedua tangan sembari menatapnya, menatap mata kelam, sedih dan takut itu.

"Ingat? Bila kesedihan datang, cukup pejamkan matamu, sebut nama Allah, dan bayangkan wajah orang yang kamu cintai, rasa tenang itu pasti akan muncul."

Helaan napas beratnya terdengar ketika beberapa saat memandang jalanan—seperti menenangkan diri, asumsiku. Lalu, detik berikutnya mencoba mengikuti saranku—yang biasa dia ingatkan kepadaku. Dia tersenyum tipis berusaha terlihat baik-baik saja di hadapanku yang sekilas melirik ke arahku dan telah menatapnya cemas, kemudian mulai memejamkan mata dan mengikuti instruksi itu. Jelas sekali helaan napas beratnya kembali terdengar, saat ia membuka mata dan tersenyum tipis.

"Lebih baik?" Firhan mengangguk. "Lumayan."

"Semuanya akan baik-baik saja, bukan? Selama ada Allah … dan kamu," Bisikku yang membuatnya tersenyum menyentuh mata Firhan. Aku mendesah lega.

Alhamdulillah, dia mulai tenang.

Setelah menarikku dalam dekapan Firhan sejenak, dan mengusap punggung dia bermaksud menenangkan, senyumnya merekah lagi, lalu kembali menjalankan mobil setelah melepas dekapan ini.

Mobil melaju dengan kecepatan normal, menembus kota Malino menuju Makassar dengan cuaca cerah.

 

 

...* * *...

"Sudah kubilang, kandungan ini sehat-sehat saja," Firhan tersenyum sembari menggenggam tanganku setelah kami berjalan keluar, saat selesai melakukan pemeriksaan. Kami saat ini memang berada di salah satu rumah sakit terbesar di Makassar.

"Alhamdulillah. Jadi, kita jalan-jalan?"

"Jalan-jalan—aduh!" kalimatku terpotong seketika meringis kesakitan, saat seseorang menyambar bahuku yang membuat Firhan langsung memegang bahu ini dengan sigapnya, diikuti pinggang agar tidak terjatuh.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Firhan cemas yang masih memegangiku dan membuat aku mengangguk.

"Maaf, Nak. Kamu tidak apa-apa?" Suara paruh baya wanita seketika membuat kami menoleh ke belakang dan melihat seorang wanita dengan tangannya melingkar di lengan lelaki paruh baya pula yang terlihat lebih tua darinya dan berdiri di sebelahnya, memandang kami dengan pandangan bersalah dan tidak enak hati. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Tidak apa-apa, Bu. Permisi." Lirihku yang membuat aku dan Firhan tersenyum, lalu kembali melangkah pergi berlalu.

"Nesya?" Suara Ibu itu yang naik satu oktaf membuat aku dan Firhan berbalik memandangnya.

"Kamu Nesya pacarnya Daniel, Anakku, kan? Ya ampun, Nak, bagaimana kabarmu? Daniel bilang kamu pindah kuliah dan sangat sibuk di sini, jadi tidak bisa menemani dia!" seru Ibu itu riang sembari tersenyum informasi bohong itu membuat kami berdua cukup terhenyak.

Astaghfirullah!

Sekilas aku menoleh ke arah Firhan, raut wajahnya berubah dingin dan tatapan mengeras saat mendengar nama itu. Benar, itu orangtua Daniel! Mereka memang sangat mengenalku.

Jadi, dia tidak memberitahu soal hubunganku dengannya yang—

"Nesya…. " Suara Firhan terdengar sedih dan kelam saat memandangku yang menatapnya mengerti dan meremas tangannya yang membuat dia menghentikan kalimatnya.

"Bunda Marissa dan ayah Yong, kenapa bisa berada di sini?" alihku yang tidak ingin membahas tentang Daniel lebih lanjut. Aku tidak ingin Firhan tersiksa dengan keadaan ini dan semakin sakit.

"Dia tidak memberitahumu, ya? Astaga, anak itu! Mungkin takut mengganggu kesibukan dan kuliahmu, Nak. Daniel koma—"

"Bunda? Dokter mencari bunda dan ayah." Suara pekikan mengandung kecemasan yang seketika kalimat bunda Marissa terputus dan membuat kami menoleh.

Gadis cantik dengan rambut keriting maroon-nya kini berlari menghampiri kami dengan mata berbinar. Raut wajahnya hampa, takut dan khawatir. Itu Adiknya Daniel, Gina.

"Ayo, Bun, Ayah. Dokter sudah menunggu," Pekik Gina cemas yang membuat ibunya seketika meneteskan airmata dan meninggalkan aku dan Firhan begitu saja.

"Gina?"

Gadis itu tetap mempercepat langkahnya tanpa menoleh dengan panggilanku. Aku berusaha mengejar dengan susah payah, dengan perut besar ini sembari Firhan membantuku dengan raut wajah cemas dan masih tidak mengerti.

"Sayang, tidak usah lari, nanti kandunganmu kenapa-kenapa ... Astaga, kenapa anak ini sangat keras kepala sih!" oceh Firhan di akhir kalimat dengan cemasnya yang berusaha mengejarku.

"AGREENA VIOLET YONUSHA!" Teriakku lengkap yang membuatnya seketika menghentikan langkah.

Kami berdua lalu menghampiri adik mantan kekasihku itu, memaksanya berbalik yang wajahnya telah dipenuhi linangan airmata.

"Gin, aku mohon, cerita semuanya! Ada apa?"

 

...* * *...

1
Noveria_MawarViani
mampir juga ya ke novelku
Noveria_MawarViani
romantis banget
Noveria_MawarViani
bagus ceritanya
tasha angin
Gak sabar nunggu kelanjutannya!
Moira Ninochka Margo: halo kak, makasih udah baca, udah di up ya sampai bab 10
total 1 replies
Sky blue
Salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap!
Moira Ninochka Margo: halo, makasih udah mampir dan support. Moga betah, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!