Ingin berbuat baik, Fiola Ningrum menggantikan sahabatnya membersihkan apartemen. Malah menjadi malam kelam dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kesuciannya direnggut oleh Prabu Mahendra, pemilik apartemen. Masalah semakin rumit ketika ia dijemput paksa orang tua untuk dijodohkan, nyatanya Fiola sedang hamil.
“Uang yang akan kamu terima adalah bentuk tanggung jawab, jangan berharap yang lain.” == Prabu Mahendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Aku Hancur
Prabu menarik tangan Ola, lebih tepatnya setengah menyeret perempuan itu. Sebenarnya ia bukan pria brengsek. Di umurnya berkepala tiga meski belum menikah, tapi sudah pernah berhubungan serius dengan seorang wanita dan beberapa kali dekat dengan wanita. Tentu saja pernah merasakan tidur dengan wanita yang berstatus kekasih.
Hasrat yang ia rasakan saat itu seperti sudah di ubun-ubun, tidak bisa menolak atau menahan. Harus ia tuntaskan. Sayangnya saat ini tidak ada wanita yang dekat dengannya, hanya perempuan berseragam asisten rumah tangga yang disediakan oleh pengelola apartemen ada di hadapannya.
Sebagai pria normal dan dalam keadaan mabuk ia menyadari kalau perempuan itu … cantik.
“Pak, tolong lepas saya harus pulang.”
Bukan melepaskan cengkraman tangannya, Prabu semakin menggenggam erat membuat si perempuan kesakitan.
Bug.
Jarak dari dapur ke kamarnya tidak jauh, tapi dengan kondisi tubuhnya sekarang rasanya berat apalagi sambil menyeret perempuan. Langkah Prabu terhenti mendapatkan tendangan di bokongnya lalu menoleh.
“Ma-af, tapi saya hanya membela diri. Tolong lepaskan saya,” pinta Ola lirih.
“Aku akan lepaskan setelah urusan kita beres.”
“Tapi … eh, pak … lepaskan saya, pak!”
Ola meronta karena Prabu mengangkat tubuhnya dan disampirkan di pundak. Kondisi tubuh Ola yang mungil dan tubuh Prabu yang tinggi dan gagah tentu saja tidak sulit melakukan hal itu.
Sampai di kamar, Prabu menghempaskan tubuh Ola ke atas ranjang dan menahan saat hendak kabur.
“Lepas atau saya teriak!” Ola berharap ancamannya dapat menyurutkan niat dari pria yang sedang mengungkung tubuhnya. Dari fisik jelas ia kalah, bisa diduga apa yang akan dilakukan pria itu.
Dengan nafas terengah, sorot mata yang tidak bisa dijelaskan juga aroma alkohol bisa dipastikan pria itu tidak bisa diajak bicara baik-baik.
“Teriaklah, tidak akan ada yang mendengarmu. Fiola,” ucap Prabu membaca name tag yang terpasang di dada perempuan yang saat ini berbaring dalam cengkramannya.
“Pak … pak Prabu, tolong lepas. Saya hanya menggantikan Maya, tidak berniat buruk di unit bapak.”
“Tenanglah, tolong bantu saya. Rasanya … saya akan tanggung jawab. Saya bukan pria bej4t. Maaf kalau aku akan menyakitimu.”
Prabu memposisikan kedua tangan Ola di atas kepala dan menahan kedua kaki perempuan itu dengan kakinya sendiri.
“Jangan, pak … jangan!”
Teriakan Ola sia-sia, Prabu seakan tuli karena kalah dengan gair4h yang muncul karena pengaruh obat. Setelah ini ia akan cari siapa yang menjebaknya. Setelah melepaskan kemeja ia melucuti pakaian Ola dengan cepat dan kasar.
Bibir yang masih berteriak dan memohon untuk dilepaskan, dibungkam dengan pagutan sepihak. Lum4tan dan his4pan di leher perlahan turun ke area sensitif lainnya. Rasanya tidak sabar untuk melakukan dengan pelan dan sentuhan menjelajah tubuh membangkitkan gelora dari perempuan yang sedang bernasib sial harus berada di ranjangnya, Prabu langsung ke menu utama dan menurunkan celana panjang serta boxernya.
Menghentak pelan dan kesulitan karena hal itu pertama kali untuk Ola. Teriakan kesakitan mengiringi gerakan Prabu mengoyak di bawah sana. Berkali-kali menghentak, Prabu semakin menggila ketika ia hampir sampai dan mengeraang sambil memejamkan mata saat cairan cinta mengalir di bawah sana.
Masih dengan nafas terengah, Prabu melepaskan bagian bawah tubuhnya. Entah sebanyak apa dosis yang diberikan padanya, meski sudah ia tuntaskan rasanya belum selesai. Hasrat itu masih ada dan penampilan Ola yang polos dan tidak berdaya tidak menghentikan apa yang ia rasakan saat ini.
“Aku belum selesai,” ujar Prabu. “Tolong tahan sedikit lagi.” Jika tadi ia melakukan dengan sedikit kasar, kali ini Prabu mengulang lagi dengan pelan.
Ola merasa hari ini adalah hari paling si4l dalam sejarah hidupnya. Maksud hati membantu sang sahabat, nyatanya ia malah berakhir di ranjang pria dewasa yang sudah menyentuh dan mengambil kesuci4nnya.
Tubuhnya sakit dan ia merasa jijik dengan apa yang baru saja terjadi. Bibirnya terasa sudah tidak mampu berteriak dan memohon agar dilepaskan. Gerakan dan apa yang dilakukan oleh Prabu membuatnya berpeluh dan tetesan keringat pria itu seakan ingin segera untuk membasuhnya.
Hanya bisa memejamkan mata dan menggigit bibir saat pria itu kembali mengulang untuk menuntaskan hasratnya. Pipi sudah basah dengan air mata, tapi tidak menyurutkan niat pria itu.
Ingin cepat berakhir dan segera pergi dari tempat itu. Nyatanya Prabu seakan menikmati dengan racauan kenikmatan. Saat gerakan Prabu lebih cepat tubuh Ola terasa begitu lelah. Bahkan saat tubuh kekar Prabu menind1hnya karena telah mendapatkan surga dunia lalu ambruk di sampingnya, Ola tidak sanggup untuk beranjak. Hanya mampu menarik selimut dan berbaring miring.
“Kenapa jadi begini,” ucap Ola lirih sambil mencengkram selimut dan menggigit bibir menahan tangis. Terdengar deru nafas teratur, tanda kalau Prabu sudah terlelap.
***
Terjaga dan menyadari berada di kamar asing apalagi dengan posisi tidak mengenakan pakaian hanya selimut saja, Ola pun teringat dengan apa yang sudah terjadi. Entah berapa lama ia tertidur, yang jelas tubuhnya masih terasa tidak nyaman.
Tidak ingin berinteraksi dengan pria yang masih terlelap di sampingnya, ia pun beranjak dari ranjang. Memungut pakaian yang dilucuti dengan paksa lalu memakai kembali. Mengambil tas yang ia tinggalkan di lantai tidak jauh dari dapur lalu keluar dari unit apartemen yang sudah memberikan pengalaman kelam.
Biasanya ia akan pulang setelah berganti seragam dengan pakaian biasa, tapi kali ini tidak. Ia ingin segera tiba di kamar kost untuk meratapi nasib. Meninggalkan gedung apartemen melalui pintu khusus karyawan menuju parkiran motor.
“Fiola.”
Mendengar namanya disebut, Ola pun menoleh. Kurang si4l apalagi mendapati Denis, salah satu security menyapanya.
“Kamu baru pulang?”
“Hm.”
“Jam empat pagi? Memang ada jadwal shift untuk kalian?”
Hanya mengangguk sambil tersenyum terpaksa. Mendapati dahi Denis mengerut, entah apa yang dipikirkan pria itu. “Baru selesai nemenin Tante Gladys buat content. Duluan ya, udah malam eh maksud aku pagi.”
“Tunggu ….”
Ola semakin mempercepat langkahnya mengabaikan panggilan Denis. Mengendarai motor di pagi dengan laju cepat ingin segera tiba di kamarnya. Tidak sampai satu jam ia sudah tiba di kosan dan terlihat sepi karena penghuninya masih terlelap dalam buaian.
Langsung melempar tas ke atas ranjang setelah mengunci pintu kamar. Melepaskan kembali pakaiannya saat berada di toilet dan mengguyur tubuhnya dengan air shower.
“Aaaaa,” teriak Ola sambil menangis. Tangannya menggosok bagian tubuh yang sudah disentuh oleh Prabu. Bahkan jejak cinta yang ditinggalkan ia gosok dengan kasar, tapi tidak hilang malah meninggalkan rasa perih. Masih ia ingat betul dengan bangga menyampaikan setelah lulus kuliah ia akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik pada sang ayah. Ia pun rindu pada ibunya yang sudah lama pergi.
“Bunda, aku … hancur.”
crazy up thor semangat"
anak kandung disiksa gak karuan ehh anak tiri aja disayang² gilakk
kalo maya pindah nanti sepi
. kasian a' gama kn gak ada gandenganya wk wk wk