 
                            Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Misi Khusus
Kapten Yudha menelfon saat Fey sedang menemani Kia bermain di Play Land yang ada di Mall. Tentu saja Fey tau apa alasan Kapten Yudha yang tiba - tiba menelfon hingga ia buru - buru menerima panggilan dari atasannya itu. Pasti ada misi penting yang mendadak, sehingga Kaptennya itu menelfon di hari ia libur berjaga.
Fey melihat jam yang melingkar di tangannya sambil mendengarkan instruksi dari Kaptennya. Ia sedikit gelisah karena waktunya tak mungkin cukup jika ia harus mengantar Kia ke rumah dulu.
Fey melihat ke arah Kia sambil berfikir keras. Ya, satu - satunya jalan adalah dengan menitipkan Kia pada Gian sampai Kak Gita selesai dengan shiftnya di Rumah Sakit.
Wanita cantik itu segera menghampiri Kia dan membujuknya untuk menyudahi permainan. Dengan perasaan yang ragu, Ia mengajak Kia pergi ke gedung sebelah Mall yang merupakan Perusahaan Retail milik keluarga Gian.
"Selamat siang, Ibu Feylin. Mau ketemu dengan Pak Gian? Sudah ada janji temu?" Tanya Resepsionis yang tentu saja mengenali Fey.
"Kak Gian ada? Saya datang mendadak" Jawab Fey.
"Sebentar, saya akan menghubungi asisten beliau." Jawab Resepsionis dengan sopan.
Walaupun Fey adalah istri dari CEO Perusahaan, tetap saja ia harus mengikuti prosedur Perusahaan jika ingin bertemu secara mendadak. Tak menunggu lama, Fey kemudian diizinkan untuk menemui Gian yang kebetulan sedang berada di ruangannya.
Fey segera menggendong Kia yang juga terlihat sudah mengantuk. Dengan cepat Fey berjalan menyusuri lorong menuju ke ruangan Gian setelah keluar dari lift.
"Langsung masuk saja, Bu. Pak Gian sudah menunggu." Ujar salah seorang pria yang merupakan asisten Gian di Perusahaan.
Fey mengangguk mengerti dan segera masuk ke ruangan Gian.
"Ada apa?" Tanya Gian yang kemudian beranjak dari kursi 'kebesarannya' untuk mengambil alih tubuh Kia dari gendongan Fey.
"Aku titip Kia sampai Kak Gita jemput, bisa? Tadi atasanku tiba - tiba menelfon, aku harus ke luar kota sekarang." Ujar Fey.
"Sekarang?" Tanya Gian sembari membaringkan tubuh keponakannya di sofa.
"Iya, Kak. Surat tugasnya sudah aku kirim ke emailmu." Jawab Fey.
Ya, Fey kerao kali mengirimkan surat penugasan ke email Gian. Kalau tidak, ia akan menempelkan amplop berisi surat tugasnya di pintu kamar Gian.
Tentu saja bukan surat tugas sebagai Agen Rahasia, namun surat tugas sebagai Pengacara utusan dari LBH.
"Berapa lama?" Tanya Gian.
Fey mengerutkan keningnya. Ini adalah kali pertama Gian menanyakan berapa lama ia pergi bedinas. Biasanya, pria itu hanya akan menjawab 'Iya' tanpa bertanya apapun lagi.
"Mungkin dua sampai tiga hari." Jawab Fey yang sebenarnya juga tak yakin.
"Baiklah." Jawab Gian.
"Terima kasih, Kak. Aku pergi dulu." Pamit Fey yang di jawab anggukan oleh Gian.
Fey meninggalkan Perusahaan dengan terburu - buru. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, agar bisa segera sampai di Markas.
Sesampainya di Markas, keenam rekannya sudah berkumpul di ruangan Kapten Yudha. Setelah mendengar instruksi lanjutan dari Sang Kapten, mereka pun pergi ke ruangan masing - masing untuk segera bersiap.
"Udah pamit sama Suami lo?" Tanya El yang di jawab anggukan oleh Fey.
"Lewat email?" Ledek El yang di jawab gelengan oleh Fey.
"Dih, tumben lo diem aja? Sariawan? Apa bibir lo abis di kokop Gian?" Tanya El dengan candaan.
"Apaan sih! Mulut lo itu, makin lama makin ngablak aja ya." Omel Fey sambil menarik bibir Elno dengan gemas.
"Ya gak usah narik bibir gue juga ogeb! Kalo makin seksi kan kesenengan pacar gue." Cicit Elno.
"Tadi itu, gue lagi main sama Kia di Mall waktu Kapten nelfon. Jadi ya terpaksa gue titipin Kia ke Kak Gian karna gue buru - buru." Cerita Fey.
"Dia gak nanya apa - apa?" Tanya El.
"Nah itu, anehnya kali ini dia nanyain gue mau kemana? Gue pergi berapa lama? Apa jangan - jangan dia tau profesi gue yang sebenernya ya?" Resah Fey.
"Oo, jadi lo kepikiran masalah ini?" Tanya El yang di jawab anggukan oleh Fey.
"Yaudah, tenangin diri lo. Jangan sampe lo tiba - tiba angong di tengah ujan peluru." Kata Elno sambil menepuk - nepuk bahu sahabatnya.
"Kalo misal Kak Gian dan keluarganya tau, terus maksa gue buat resign, gimana?" Lirih Fey.
"Apa gue cerai aja, ya?" Imbuhnya kemudian.
Bwwwuuuhhh!
"Noh! Biar ilang pikiran lo yang makin gak jelas. Udah kemana - mana aja isi otak lo." Kata Elno setelah menyembur ubun - ubun sahabatnya. Tentu saja keusilan Elno itu membuat Fey mendelik.
"Bangke lo, Elno. Busuk banget ludah lo!" Seru Fey sambil melempar sepatunya ke arah Elno yang sudah berlari sambil terbahak - bahak.
Fey melepas semua aksesoris yang ia kenakan, termasuk cincin pernikahannya, setelah ia berganti pakaian dan mengenakan pakaian 'tempurnya'. Ia menyimpan semua aksesoris dan ponselnya di dalam brankas yang sudah di sediakan di ruangannya.
Setelah itu, ia beranjak ke ruang kesehatan untuk memeriksa kondisi kesehatan saat itu. Untuk misi khusus, mereka harus melalui tahap pengecekan kesehatan.
Setelah di nyatakan dalam kondisi sehat, Fey segera pergi ke ruang senjata untuk mempersiapkan perlengkapan senjata yang akan ia bawa.
Di sana, sudah ada Elno, Andre, Axcel, Yuan, Doni dan Daniel yang juga sedang mempersiapkan perlengkapan dan senjata.
Tak ada percakapan selain saling mengingatkan mengenai kelengkapan senjata dan alat keamanan. Setiap anggota sibuk dengan perlengkapan masing - masing.
Bel peringatan yang berbunyi, menandakan waktu bersiap mereka sudah habis. Ketujuh anggota Agen Rahasia itu melangkah cepat menuju ke mobil yang sudah siap membawa mereka menuju ke Bandara khusus Militer.
Ketujuh anggota itu berangkat bersama dua pasukan militer dengan menggunakan pesawat terbang untuk menjalankan misi khusus kali ini.
Netra Fey memandang lautan awan luas. Tak ada keraguan atau ketakutan di wajahnya. Ia adalah satu - satunya wanita yang ada di sana.
Di kalangan Militer, nama ketujuh anggota Agen Rahasia cukup terkenal. Namun, kerahasiaan identitas ketujuh anggota itu, wajib di jaga oleh anggota Militer lain.
Hukuman berat akan menanti mereka yang membocorkan rahasia mengenai anggota Agen Rahasia, termasuk dua orang anggota keluarga yang mengetahui profesi mereka.
...****************...
Sebuah pesan Email dari Markas masuk ke dalam akunnya. Orang itu segera membuka Email yang masuk dengan kata sandi khusus yang hanya di ketahui olehnya. Sangat jarang, Markas mengirim pesan Email seperti ini. Namun hal ini lah yang sebenarnya ia takutkan.
Jantungnya berdetak makin keras kala membaca setiap kata yang ada di surat itu. Tentu, hal yang mendebarkan saat mendapat kabar mengenai Misi Khusus yang sedang di jalankan anggota keluarganya.
Baginya, Misi Khusus sama Halnya dengan ia harus bersiap merelakan anggota keluarganya yang bisa saja kembali pulang dengan peti yang membungkus tubuhnya.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya