Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.
Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.
Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.
Yuk, simak kisahnya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Apa ini yang ku liat?-Rayyan.
Dua minggu sudah berlalu sejak Laudya berangkat ke Tiongkok. Kehidupan di rumah Hansel terasa lebih tenang tanpa kehadiran wanita itu, meski bayangan ancaman dan niat Laudya untuk mengambil bayi Hana tetap menghantui.
Sore itu, Hana duduk di sofa ruang tamu. Perutnya semakin membesar, membuat langkahnya kini sering lebih lambat. Hansel duduk di sampingnya, jemari besar pria itu mengusap lembut perut Hana. Wajahnya serius, namun matanya hangat.
“Aku ayahmu, Nak … aku janji akan selalu menjaga kamu. Jadi jangan takut ... Ibu kamu tidak sendirian, ada aku juga di sini,” bisik Hansel dengan suara pelan, seakan hanya ditujukan untuk bayi yang tengah bergerak di dalam rahim Hana.
Hana tersenyum samar, matanya berembun. Ada rasa hangat yang menyeruak tiap kali Hansel begitu lembut terhadap bayi itu. Meski mereka berdua tahu, keadaan ini bukan sesuatu yang sederhana.
“Mas Hansel…” Hana menatapnya ragu.
“Hm?”
“Pertengkaranmu sama Nyonya Laudya … aku takut itu karena aku.”
Hansel langsung menoleh, jemarinya berhenti mengusap.
“Jangan pikirkan itu, semua pertengkaran itu biar aku yang tanggung. Kamu cukup jaga dirimu sama bayi kita. Jangan biarkan pikiranmu terganggu,” ucapnya tegas, menatap Hana dalam-dalam.
Hana terdiam, hatinya bergetar. Ia ingin percaya sepenuhnya pada Hansel, ingin meyakini kalau pria itu benar-benar akan ada di sisinya. Namun, saat momen itu penuh kehangatan, suara asing tiba-tiba memecah suasana.
“Hana?”
Hana dan Hansel sontak menoleh bersamaan. Mereka melihat seorang pria berdiri di ambang pintu ruang tamu. Wajah itu begitu familiar, dia adalah Rayyan. Sejenak suasana membeku. Rayyan menatap keduanya dengan sorot mata tak percaya. Pandangannya jatuh ke tangan Hansel yang baru saja menyentuh perut Hana.
Hansel cepat-cepat berdiri, wajahnya berubah tegang. Hana pun ikut bangkit, meski tubuhnya agak kaku karena kaget.
“Tu-Tuan Rayyan…” suara Hana bergetar, campuran kaget dan cemas.
Rayyan tersenyum kaku, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikannya. “Jadi … ini yang selama ini terjadi?” tanyanya lirih, matanya beralih dari Hana ke Hansel, lalu kembali ke perut Hana yang terlihat jelas membesar.
Saat itu, Jamilah muncul dari arah dapur, membawa segelas jus untuk Hana. Begitu matanya menangkap sosok Rayyan, langkahnya terhenti. Jus hampir saja tumpah dari nampan yang ia bawa.
“Den Rayyan?” ucapnya dengan nada terkejut. “Kenapa ada di sini, Den?”
Rayyan menoleh ke arah Jamilah, matanya berkedip pelan. “Saya kangen Hana, Bu. Sudah lama tidak main ke sini. Tidak sangka … ternyata keadaan sudah sejauh ini.”
Suasana ruang tamu mendadak tegang. Hansel berdiri kaku di samping Hana, seolah bersiap melindunginya. Hana sendiri merasa jantungnya berdegup kencang, bingung harus mengatakan apa. Rayyan melangkah pelan ke dalam, tatapannya masih sulit ditebak.
“Jadi … bayi itu benar-benar anak kalian?” tanyanya dengan nada yang penuh tekanan.
Rayyan berdiri tegak di hadapan mereka, matanya tajam tapi nadanya terdengar seolah ditahan.
“Hana, kamu bisa jelaskan? Kenapa aku melihat Hansel begitu … akrab denganmu, bahkan...” pandangannya melirik perut Hana, suaranya tercekat, “bahkan bayi itu…”
Hansel melangkah setengah langkah ke depan, tubuhnya tegang, melindungi Hana di sisinya.
“Cukup, Rayyan! Jangan tekan Hana seperti ini.”
Rayyan tersenyum miring, tapi jelas raut wajahnya penuh emosi.
“Kenapa aku tidak boleh menekan Hana? Aku yang dulu ingin melamarnya. Aku yang datang dengan niat baik. Tapi sekarang aku justru melihatnya mengandung … dan kamu, Hansel, sepupuku sendiri, berdiri di sampingnya seolah semua ini wajar.”
Hana terdiam, jantungnya serasa mau pecah. Jamilah ikut panik, wajahnya pucat, ingin menyela tapi tak berani. Hansel menarik napas panjang, lalu berkata tegas,
“Rayyan, dengar aku. Semua ini bukan sekadar hubungan terlarang atau apa pun yang kamu pikirkan. Ini terjadi atas permintaan Mamaku. Dia tahu, dan keluarga inti kami juga tahu. Kecuali keluargamu, memang … belum ada yang memberitahunya.”
Rayyan tertegun, tubuhnya kaku. “Apa?”
Hansel mengangguk, menatap lurus pada sepupunya.
“Ya, mama tahu ... Laudya juga tahu.”
Kalimat terakhir itu seketika membuat wajah Rayyan berubah. Ada sorot frustrasi bercampur kecewa, seolah seluruh dunia yang ia kenal runtuh begitu saja.
“Jadi … Laudya, istrimu, tahu kamu menghamili wanita lain? Dan dia diam?” Rayyan mengucapkannya dengan nada getir, seakan tak bisa percaya kalau kakak iparnya yang ia kagumi bisa setegar itu. Hansel hanya menunduk, tak sanggup menjawab lebih jauh.
Hana yang sejak tadi terdiam akhirnya memberanikan diri bersuara.
Suaranya pelan tapi jelas, “Tuan Rayyan … aku minta maaf. Waktu itu aku menolakmu bukan karena aku tidak menghargai niat baikmu. Tapi karena … aku sudah mengandung. Dan aku juga sudah menjadi istri orang lain.”
Matanya berkaca-kaca, wajahnya teduh meski hatinya berantakan. “Semua ini bukan kehendakku sendiri. Aku juga tak pernah membayangkan hidupku akan serumit ini. Jadi … maafkan aku, Tuan Rayyan.”
Rayyan terpaku menatap Hana. Sorot mata lembut itu kembali menusuk hatinya, sama seperti dulu. Ia ingin marah, ingin berteriak, tapi justru yang keluar hanyalah helaan napas panjang.
“Tidak ada orang yang bisa menolakmu, Hana. Kamu terlalu baik … terlalu lembut,” ucap Rayyan lirih, senyum getir tersungging di bibirnya. “Dan aku bodoh, lagi-lagi harus kalah dengan kenyataan.”
Suasana hening, Hansel menatap Rayyan dengan sorot mata penuh kewaspadaan, sementara Hana tampak menunduk dalam rasa bersalah.
Akhirnya Rayyan menegakkan bahunya. “Maaf, kalau aku datang dan membuat suasana jadi tidak enak. Aku seharusnya tidak mencampuri urusan kalian.”
Dia melirik Hana sekali lagi, tatapannya sendu dan dalam. Lalu dengan langkah berat, ia berbalik pergi. Jamilah hanya bisa mematung, matanya berkaca-kaca menyaksikan kepergian Rayyan yang membawa hatinya yang kembali terluka.
Hana menahan napas panjang, dadanya sesak. Ia tahu, luka yang ia tinggalkan pada Rayyan tidak kecil. Sementara Hansel, diam-diam mengepalkan tangannya kuat-kuat, menyadari kalau hubungan terlarang ini mulai menimbulkan retakan yang tak bisa ia cegah lagi.
udah lah Ray kalo gua jadi lu gaya bawa minggat ke Cairo tuh si Hana sama bayinya juga, di rawat di rumah sakit sana, kalo udah begini apa Laudya masih egois mau pisahin anak sama ibu nya
Rayyan be like : kalian adalah manusia yg egois, kalian hanya memikirkan untuk mengambil bayi itu tanpa memikirkan apa yg Hana ingin kan, dan anda ibu jamilah di sini siapa yg anak ibu sebenarnya, Hana atau Laudya sampi ibu tega menggadaikan kebahagiaan anak ibu sendiri, jika ibu ingin membalas budi apakah tidak cukup dengan ibu mengabdikan diri di keluarga besar malik, kalian ingin bayi itu kan Hansel Laudya, ambil bayi itu tapi aku pastikan hidup kalian tidak akan di hampiri bahagia, hanya ada penyesalan dan kesedihan dalam hidup kalian berdua, aku pastikan setelah Hana sadar dari koma, aku akan membawa nya pergi dari negara ini, aku akan memberikan dia banyak anak suatu hari nanti
gubrakk Hansel langsung kebakaran jenggot sama kumis 🤣🤣🤣
biar kapok juga Jamilah
Pisahkan Hana dari keluarga Malik..,, biarkan Hana membuka lembaran baru hidup bahagia dan damai Tampa melihat orang" munafik di sekitarnya
Ayo bang Rey bantu Hana bawa Hana pergi yg jauh biar Hansel mikir pakai otaknya yang Segede kacang ijo itu 😩😤😏
Hana buka boneka yang sesuka hati kalian permainkan... laudya disini aku tidak membenarkan kelakuan mu yang katanya sakit keras rahim mu hilang harusnya kamu jujur dan katakan sejujurnya kamu mempermainkan kehidupan Hana laudya... masih banyak cara untuk mendapatkan anak tinggal adopsi anak kan bisa ini malah keperawatan Hana jadi korban 😭 laudya hamil itu tidak gampang penuh pengorbanan dan perasaan dimana hati nurani mu yg sama" wanita dan untuk ibunya Hana anda kejam menjual mada depan anakmu demi balas budi kenapa endak samean aja yg ngandung tu anak Hansel biar puas astaghfirullah ya Allah berikanlah aku kesabaran tiap baca selalu aja bikin emosi 😠👊