NovelToon NovelToon
Takdir Rahim Pengganti

Takdir Rahim Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Ibu Pengganti / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Larass Ciki

Julia (20) adalah definisi dari pengorbanan. Di usianya yang masih belia, ia memikul beban sebagai mahasiswi sekaligus merawat adik laki-lakinya yang baru berusia tujuh tahun, yang tengah berjuang melawan kanker paru-paru. Waktu terus berdetak, dan harapan sang adik untuk sembuh bergantung pada sebuah operasi mahal—biaya yang tak mampu ia bayar.

Terdesak keadaan dan hanya memiliki satu pilihan, Julia mengambil keputusan paling drastis dalam hidupnya: menjadi ibu pengganti bagi Ryan (24).

Ryan, si miliarder muda yang tampan, terkenal akan sikapnya yang dingin dan tak tersentuh. Hatinya mungkin beku, tetapi ia terpaksa mencari jalan pintas untuk memiliki keturunan. Ini semua demi memenuhi permintaan terakhir kakek-neneknya yang amat mendesak, yang ingin melihat cicit sebelum ajal menjemput.

Di bawah tekanan keluarga, Ryan hanya melihat Julia sebagai sebuah transaksi bisnis. Namun, takdir punya rencana lain. Perjalanan Julia sebagai ibu pengganti perlahan mulai meluluhkan dinding es di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larass Ciki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Begitu sampai di apartemennya, aku segera keluar dari mobil, langkahku cepat dan penuh amarah. Rasanya ada dorongan yang kuat dalam tubuhku, seolah sesuatu yang buruk telah terjadi, dan aku ingin segera mengetahui apa itu. Aku berlari menuju lift, menekan tombolnya dengan jari yang sudah gemetar karena kesal. Aku menekan tombol lift tiga kali, dengan harapan itu bisa segera datang. Tapi, tidak ada respon. Aku menekan lagi, dan lagi, namun tidak ada tanda-tanda kehidupan dari lift yang seharusnya membawa aku naik ke lantai tiga. Sial, bagaimana dia bisa tinggal di sini dengan fasilitas yang begitu buruk? Wanita bodoh, pikirku kesal.

Tidak ada waktu untuk menunggu. Aku memutuskan untuk berlari menuju tangga. Aku tahu dia tinggal di lantai tiga. Aku berlari, keringat mulai menetes dari pelipisku, napasku mulai berat karena terburu-buru. Nomor apartemennya... enam, kan? Ya, benar. Aku semakin dekat. Saat aku sampai di depan pintu apartemennya, aku melihat sesuatu yang aneh. Pintu itu sedikit terbuka, lebih dari yang seharusnya. Itu membuat hatiku mulai berdebar. Ada sesuatu yang tidak beres. Aku mendengar suara teriakan wanita itu, dan hatiku menegang seketika. Itu suara dia. Aku tak bisa menunggu lebih lama.

Tanpa berpikir panjang, aku melangkah masuk. Pintu terbuka dengan mudah, seakan mengizinkanku masuk ke dalamnya. Suara teriakan itu semakin jelas terdengar. Pikiranku kacau, dan rasa khawatir serta marah mencampur aduk dalam diriku. "Sentuh aku sekali lagi, aku akan membunuhmu!" Itu suara dia—jeritan penuh ketakutan. Aku merasakan darahku mendidih. Siapa yang berani menyentuh milikku?

Aku mendekati sumber suara, langkahku semakin cepat. Pria itu... terdengar tawa kotor dari pria itu, diikuti dengan suara pakaian yang robek. Aku tak bisa menahan amarahku. Binatang buas dalam diriku terbangun begitu saja. Segera, aku berlari menuju ruangan tempat suara itu berasal.

Pintu itu terbuka begitu saja saat aku mendorongnya, dan apa yang aku lihat membuat hatiku hampir berhenti. Aku melihat pria itu—bajingan kepala departemen manajemen kita—menekan tubuh wanita itu di bawah tubuhnya. Dia berjuang sekuat tenaga untuk melepaskan diri, namun tidak berhasil. Mataku terasa panas, dan ada dorongan kuat dalam diriku untuk menghentikan ini semua. Aku tidak bisa tinggal diam. Aku menarik pria itu dengan kasar, menarik rambutnya dan menyeretnya menjauh dari tubuh wanita itu.

"Bajingan!" aku berteriak penuh kebencian. Aku melihat wajah pria itu yang terkejut saat aku mendorongnya ke dinding. Aku tak peduli, pikiranku sudah penuh dengan kebencian dan amarah yang tak terkendali. Dengan kekuatan yang ada, aku mulai memukulnya tanpa ampun. Setiap pukulanku seakan melepaskan semua kemarahan yang terpendam dalam diriku. Aku mendengar tangisannya, mendengar keluhannya yang penuh rasa sakit, namun aku tidak peduli. Aku hanya memikirkan bagaimana tubuh wanita itu gemetar, bagaimana dia berjuang di bawah pria itu. Itu yang lebih penting.

"Berani sekali kau menyentuh milikku? Aku akan memotong jarimu sekarang juga!" teriakku dengan amarah yang meledak-ledak. Darahku benar-benar mendidih.

Pria itu merintih, suaranya bergetar penuh ketakutan. “Tuan muda… kumohon… Ampuni nyawaku… aku tidak tahu dia milikmu,” katanya dengan suara memelas. Aku hampir tertawa, tapi itu tertahan di tenggorokanku. Dia tidak tahu? Itu kelemahannya. Tak ada ampun baginya.

"Dia ibu dari anakku, bajingan!" teriakku lagi, kali ini dengan kekuatan yang lebih besar, aku mematahkan tangan pria itu dengan kasar. Aku merasa puas melihat dia merintih kesakitan, meskipun ada rasa sakit lain yang lebih dalam dalam diriku—rasa sakit karena dia berani menyentuh wanita yang aku cintai. Aku mengeluarkan pistol dari sakuku, mengarahkannya ke dahinya. Namun, sebelum bisa menarik pelatuk, aku mendengar suara lembut yang datang dari belakang.

“Jangan… Jangan membunuhnya,” katanya, suaranya penuh dengan rasa khawatir. Aku menoleh ke arahnya, dan matanya menatapku dengan intens. Saat itu, aku merasa hati kecilku tergugah. Namun, ketika mataku tertuju pada darah yang mengalir dari dahinya, amarahku kembali memuncak.

"Tidak. Dia harus mati. Dia menyentuh milikku," jawabku dengan suara keras, senyum sinis merekah di wajahku saat membayangkan pria itu mati di hadapanku. Tanpa ragu, aku menarik pelatuknya. Detik berikutnya, tubuh pria itu terjatuh, tak bernyawa. Aku menatapnya beberapa saat, perasaan puas dan dingin menyelimuti diriku.

Namun, tatapan wanita itu mengalihkan perhatian dariku. Dia berdiri di sana, menatapku dengan mata penuh keheranan, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam diriku. Sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Setelah beberapa saat, aku akhirnya berhasil membawanya ke apartemenku. Aku terus mengamatinya, memperhatikan setiap gerakannya dengan hati-hati. Dia tampak takut padaku, namun di saat yang sama, aku bisa merasakan bahwa dia tahu aku tidak akan menyakitinya. Matanya sesekali menatap ke luar jendela, menyeka darah di dahinya dengan lembut, namun ada ketenangan dalam dirinya. Aku pun menyeka darah di tanganku, memastikan agar dia tidak melihatnya. Ini harus tetap terkendali.

Aku mengirim pesan kepada Chris, meminta agar semuanya dibersihkan sebelum fajar, agar tidak ada yang memengaruhi hidupnya. Aku tidak ingin membuat segalanya lebih sulit untuknya.

"Ayah, kau sudah kembali?" suara Noel terdengar, memecah kesunyian. Pada saat yang sama, aku melihat wanita di sampingku. Aku merasakan ada ketidakpercayaan di matanya. Dia ingin melihat putranya, bukan?

“Ibu juga di sini,” jawabku dengan suara lembut, dan senyuman wanita itu begitu mempesona, bahkan ketika matanya dipenuhi air mata. Sial, dia cantik bahkan saat menangis. Aku memandang Noel, yang tersipu malu. Kenapa dia malu? Bukankah dia anak laki-laki? Atau mungkin ada yang aneh dengan dirinya?

Setelah itu, dia pergi ke kamar mandi, dan aku memutuskan untuk mandi juga. Setelah aku selesai, aku mengganti pakaian dengan celana olahraga dan kaos. Saat aku keluar, aku melihat Noel mengintip dari balik pintu kamar mandi, berusaha melihat ibunya yang sedang berganti pakaian. Aku mendekat, membungkuk di sampingnya dan berbisik pelan di telinganya.

"Noel," kataku. Dia terkejut, hampir terjatuh. Aku tertawa kecil melihat reaksinya.

“Ayah kenapa?” dia bertanya dengan wajah marah namun masih ada rasa manis di suaranya.

“Seorang pria sejati tidak akan menjulurkan kepalanya ke dalam ruangan tempat seorang wanita sedang berganti pakaian,” jawabku, menatapnya dengan tatapan serius. Wajahnya memerah, dan dia buru-buru menunduk, malu.

"Tapi dia ibu, jadi aku bisa melihatnya," jawabnya membela diri, membuatku terdiam sejenak. Anak ini memang cerdas, lebih dari yang kuperkirakan.

“Sayang, ibu adalah milik ayah, oke? Tapi dia akan selalu ada untukmu,” kataku sambil membelai rambutnya. Dia menatapku, kemudian mulai tertawa kecil.

"Kalau begitu, serahkan tugas menjaga ibu kepadaku," jawabnya dengan nada penuh kepercayaan diri. Aku terdiam. Anak ini tahu caranya membuatku terdiam, seolah dia benar-benar tahu apa yang aku rasakan. Sungguh, dia mulai menjadi saingan cintaku.

"Tidak. Kau pergi dan tunggu di sana, ibu akan segera datang," kataku padanya. Dia mengangguk, dan aku membiarkannya pergi. Lalu, aku menunggu wanita itu keluar dari kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, dia keluar mengenakan jubah mandi. Tuhan, aku hampir kehilangan kewarasanku saat melihatnya. Jubah itu membentuk tubuhnya dengan cara yang sangat menggoda, menonjolkan tulang selangkanya yang sempurna. Setetes air menetes dari rambut basahnya, mengalir lembut melewati lehernya. Aku bisa merasakan hasratku membuncah, namun aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.

Dia duduk di sampingku, dan aku mulai merawat lukanya. Setelah aku selesai, dia berdiri dan berjalan menjauh tanpa memandangku. Itu membuatku kesal, namun aku menahannya.

“Kenapa buru-buru?” tanyaku, menangkap pergelangan tangannya dan menariknya kembali ke arahku. Bau tubuhnya yang lembut mengingatkanku bahwa dia milikku.

“Aku ingin menemui Noel,” jawabnya pelan, namun aku tahu dia lebih ingin pergi bersama anakku. Namun, aku tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja.

“Aku sudah melakukan apa yang kau minta, sekarang saatnya kau menjadi wanitaku,” kataku, mulai mencium lehernya. Rasanya begitu lembut dan harum.

"Belum. Di mana hak asuhnya?" jawabnya dengan tegas. Aku terkejut, tapi aku tahu dia akan selalu menjadi milikku.

“Kau tahu, kau tak akan bisa menyingkirkanku dari hidupnya,” kataku, menariknya kembali ke pelukanku dan menciumnya dengan penuh hasrat.

“AYAH!” terdengar suara marah Noel, dan wanita itu mendorongku menjauh. Sialan. Anak laki-laki ini benar-benar menyebalkan. Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan penuh kebencian sementara wanita itu menggendong anakku dan meninggalkan ruangan tanpa peduli padaku.

1
Blu Lovfres
mf y thor jangan bikin pembaca bingung
julian demi adiknya, kadang athor bilang demi kakaknya🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
y illahi
Blu Lovfres
sedikit bingung bacanya
dialog sma provnya
dn cerita, susah di mengerti jdi bingung bacanya
Blu Lovfres
kejam sangat kleuarga nenek iblis
ga mau kasih duit, boro" bantuan
duit bayaran aja, aja g mau ngasih
,mati aja kalian keluarga nenek bejad
dn semoga anaknya yg baru lair ,hilang dn di temukan ibunya sendiri
sungguh sangat sakit dn jengkel.dn kepergian noa hanya karna uang, tk bisa di tangani😭😭😭
Aono Morimiya
Baca ceritamu bikin nagih thor, update aja terus dong!
Muhammad Fatih
Terharu sedih bercampur aduk.
Luke fon Fabre
Beberapa hari sudah bersabar, tolong update sekarang ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!