Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Kamu Cantik
Perempuan itu berlari dengan ketakutan. Ia masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja dirinya lihat. Ternyata pria itu sangat kejam. Dia hanya berbohong perihal bahwa wanita yang berada di mansion itu adalah kekasihnya. Mana mungkin seorang kekasih mendapat perlakuan kejam seperti itu.
"Dia tidak seperti yang biasanya terlihat di depan banyak orang dan media." Gumam Eliza masih sambil berlari.
Di belakang sana, ia sudah bisa mendengar sebuah kejaran. Eliza semakin tidak tenang. Padahal napasnya sudah hampir habis, ia sudah lelah berlari.
Eliza memperhatikan sekitar. Sekiranya ia bisa menemukan sebuah tempat persembunyian. Tapi nihil, tak ada sama sekali tempat untuk bersembunyi.
"Mau kemana kamu?" Seorang pria bertubuh besar sudah menghadangnya saat ini.
"Ternyata si jurnalis yang diam-diam masuk ke mansion tuan Raffaele. Berani sekali kamu." Ujarnya lagi.
"Tangkap dia! Kita bawa dia ke hadapan tuan Raffaele sekarang juga." Titahnya.
Lalu, dari arah belakang, kedua tangan Eliza sudah di cekal oleh dua pria yang sama besarnya juga. perempuan itu meronta.
"Lepas! Lepaskan aku!" Teriak Eliza.
Teriakan tersebut mengundang tawa para anak buah Raffaele. Dengan tatapan beringasnya.
"Apa kalian sudah berhasil menangkap orangnya?" Gilbert datang dari arah lain.
Pria itu melihat ke arah Eliza. Ia diam beberapa saat lalu memerintahkan untuk segera membawa perempuan tersebut kembali ke mansion.
Eliza didorong hingga tersungkur di bawah kaki Raffaele. Lantas pria itu menarik rambut belakang si perempuan, yang tak lain adalah jurnalis itu.
"Akh! Lepaskan brengsek!" Maki Eliza.
Badan Raffaele sedikit menunduk, dan berhenti tepat di samping telinga Eliza. Mengatakan sesuatu yang membuat kedua mata perempuan tersebut membola. Wajahnya mendadak pucat sekali dan ketautan.
"Kamu sudah tau siapa saya. Dan dengan lancanganya diam-diam memasuki mansion saya." Ucap Raffaele, tatapannya berpindah ke para anak buahnya.
"Maafkan saya. Tolong jangan apa-apakan saya, saya berjanji akan diam." Balas Eliza. Ia ketakutan setelah mendapatkan bisikan dari Raffaele akan hukuman apa yang dirinya dapatkan nanti.
Raffaele tersenyum miring. Semakin menarik rambut Eliza hingga membuat perempuan tersebut kesakitan.
"Tenang saja. Aku yang akan membuatmu diam." Ujar Raffaele.
"Kalian nikmati wanita ini sepuasnya. Setelah itu bawa di ruang bawah tanah." Perintah Raffaele, setelahnya ia pergi meninggalkan anak buahnya yang sedang kegirangan mendapatkan mangsa baru setelah lama tak mendapatkannya.
"TIDAK TOLONG!" Teriak Eliza nyaring. Namun siapa yang akan menolongnya di sini? Tentu saja tidak ada.
Perempuan itu dibawa ke sebuah kamar dan diruda paksa secara bergantian. Eliza sampai tak bisa merasakan sakit lagi. Kesadarannya mulai hilang, namun para anak buah Raffaele tetap memakainya tanpa henti.
...****...
Raffaele ikut berbaring di samping Valeria yang masih belum sadarkan diri. Ia sudah mengganti pakaian Valeria. Mengobati luka yang ia buat juga. Dalam diam, pria tersebut sedang menikmati kecantikan wanita di sampingnya ini.
"Kamu cantik, tapi sayangnya kamu anak pembunuh papiku." Gumam Raffaele, ia sembari merapikan helai rambut Valeria pelan. Menikmati kelembutannya.
"Ku akui, tubuhmu membuatku candu. Aku selalu ingin menyentuhmu setiap detik. Tapi, rasa benciku akan tetap ada." Imbuhnya.
Kelopak mata Valeria mulai bergerak terbuka. Saat pandangannya menyamping, wanita itu terkejut karena adanya Raffaele.
"Selamat siang budak kesayanganku. Enak sekali ya istirahatnya?" Ujar Raffaele, kemudian ia bangun dari posisinya berbaring tadi.
"Persiapkan diri, nanti malam kita akan kembali ke Calabria." Lanjutnya.
Tanpa mengatakan apapun, Raffaele keluar dari kamar. Meninggalkan Valeria yang menahan kesakitan pada tubuhnya. Ia bisa melihat lukanya telah diobati. Bahkan bajunya pun sudah diganti. Siapa yang melakukannya? Di mansion ini, tak ada pelayan wanita. Apakah Raffaele sendiri yang melakukannya? Batin Valeria.
"Akhh! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu membunuh dia?!"