Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaanku Terhadap Juliette
Di saat semua orang sedang berjibaku melawan hawa dingin yang menyelimuti bandara internasional Linate, Ronald terlihat sibuk pada layar laptopnya yang berada di atas pangkuannya. Pria yang sedang memakai mantel tebal warna hitam itu menggerutu kesal. Seharusnya, saat ini dia sudah berada di dalam perjalanan menuju Los Angeles. Namun, Ronald justru terjebak di dalam airport karena ada badai salju yang menerjang kota Milan.
"Semua penerbangan dari bandara ini dibatalkan," ucap Eddy datar.
Pria berambut cokelat dengan iris mata biru itu menoleh ke Eddy, lalu bertanya, "Sampai kapan badai salju menerjang kota ini?"
"Kemungkinan besok pagi."
Ronald diam sejenak, lalu mengangkat tangan kanannya. Menilik arloji mahalnya yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Pukul dua belas lewat dua belas menit malam hari yang tertera di arloji itu. Dia menurunkan tangan kanannya. Merogoh kantung dalam mantelnya untuk mengambil smartphone miliknya. Menyentuh beberapa ikon untuk menghubungi Juliette. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo!" sapa Juliette datar setelah menjawab panggilan telepon itu yang telah membuat Ronald sangat senang karena akhirnya Juliette menjawab panggilan teleponnya
"Hallo Sayang, ke mana aja kamu, dari tadi aku teleponi, nggak dijawab?" tanya Ronald lembut.
"Aku lagi operasi pasien, ada apa?"
"Kemungkinan besok aku pulang. Maaf ya, selama tujuh hari ini aku tidak kasih kabar ke kamu."
"Udah dulu," ucap Juliette ketus.
Sedetik kemudian Juliette menyentuh ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu. Menjauhkan benda persegi panjang itu dari mulutnya, lalu menaruhnya di dalam tas jinjingnya. Menutup resleting tas jinjingnya. Melanjutkan langkah kakinya menelusuri salah satu koridor rumah sakit Cedars Sinai dengan langkah kaki yang tergesa-gesa karena dia mau istirahat secepatnya setelah tiga jam berkutak di ruang operasi.
"Dokter July!" panggil Andre yang telah membuat langkah kakinya Juliette berhenti.
Sontak Juliette menoleh ke belakang, lalu bertanya, "Dokter Andre, Anda memanggil saya?"
"Iya," jawab Andre seraya melangkahkan kakinya mendekati Juliette.
"Ada apa Anda memanggil saya?" ucap Juliette sembari menatap Andre dengan kening berkerut.
"Aku ingin mengajak kamu afternoon tea bersama," jawab Andre.
"Sa .... "
"Jangan terlalu bersikap formal jika kita sedang berdua," ujar Andre setelah menghentikan langkah kakinya di hadapan Juliette.
"Baik, tumben sekali mengajakku?" tanya Juliette seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Aku sering mengajak kamu untuk makan malam, makan siang, hang out, namun kamu selalu menolak dengan alasan sibuk."
Juliette menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Wanita itu tersenyum canggung. Sedetik kemudian Juliette menganggukkan kepalanya yang menerima ajakan Andre. Andre tersenyum senang setelah Juliette menerima ajakannya. Andre menelisik penampilan Juliette yang memakai coat cokelat tua sebatas lutut, celana bahan warna cokelat muda dan tas jinjing branded yang berwarna hitam.
"Bagaimana jika kita jalan-jalan setelah kita minum teh?" tanya Andre sembari menatap wajah cantik nan teduh milik Juliette.
"Ok, aku setuju."
Juliette menyetujui keinginan Andre karena dia merasa bosan berada di dalam apartemen yang dia sewa sambil merasakan perasaan kesal, kecewa dan sedih karena Ronald yang sampai sekarang belum kelihatan batang hidungnya setelah makan malam yang menyedihkan. Selain itu, Juliette juga belum sempat merasakan hang out di kota Los Angeles. Sejak kedatangan dia di kota Los Angeles, dia belum pergi ke mana-mana selain pergi ke rumah sakit.
"Kita berangkat bersama," ucap Andre.
Juliette menganggukkan kepalanya sebagai persetujuan dia atas ajakan Andre. Kebetulan dia juga tidak membawa mobil hari ini. Juliette membalikkan badannya ketika Andre melangkahkan kakinya. Juliette mengikuti langkah kakinya Andre. Andre memperlambat langkah kakinya untuk mensejajarkan langkah kakinya Juliette sehingga mereka langkah kaki mereka beriringan. Juliette merasakan getaran dari smartphonenya yang berada di dalam tas.
Juliette menghentikan langkah kakinya, sontak Andre juga menghentikan langkah kakinya. Membuka resleting tas jinjingnya. Mengambil smartphone miliknya. Mendengus kecil ketika melihat tulisan Ronald di layar smartphone miliknya karena rasa kecewa dia terhadap Ronald. Menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinga kirinya.
"Hallo!" sapa Juliette datar.
"Hallo Sayang, aku janji, nanti setelah aku sampai di Los Angeles, selama tujuh hari, aku akan selalu menemanimu," ujar Ronald lembut.
"Tak perlu," ucap Juliette sinis.
Sedetik kemudian Juliette menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya, lalu memutuskan sambungan telepon itu dengan menyentuh ikon merah tanpa mempedulikan Ronald. Ronald mendengus kecil karena sambungan telepon itu dimatikan oleh Juliette secara sepihak. Ronald menjauhkan benda persegi panjang itu dari telinga kirinya. Menyimpan gadget miliknya di tempat semula.
"Segera pesan hotel di luar bandara, aku tidak mau menginap di hotel di dalam bandara," titah Ronald.
Ronald beranjak berdiri dari sofa single yang berada di dalam ruang tunggu VVIP bandara dengan gaya elegannya. Ronald menarik nafas dalam hingga dada bidangnya tampak membusung lalu menghembuskan nafasnya secara perlahan untuk menetralkan perasaan bersalah terhadap Juliette. Merapikan mantel yang sama sekali tidak berantakan.
Sejurus kemudian, Ronald melenggangkan kakinya meninggalkan ruang VVIP tersebut. Eddy mengikuti langkah kakinya Ronald. Namun, baru beberapa langkah, Ronald menghentikan langkah kakinya dan membalikkan badannya sehingga membuat Eddy yang berjalan di belakangnya ikut berhenti.
"Dan satu lagi," ujar Ronald dengan netra yang sedikit menyipit. "Belikan lagi oleh-oleh untuk Juliette," lanjut Ronald.
"Menurutku oleh-oleh untuk Nona Juliette sudah cukup. Bagaimana kalau kamu bikin surprise untuknya setelah ?"
"Surprise seperti apa?"
"Kamu jemput dia setelah dia bekerja di rumah sakit sambil memberikan bucket bunga mawar, lalu ajak dia pergi."
"Aku setuju dengan ide kamu. Tolong kamu selidiki jadwal praktik dia di rumah sakit Cedars Sinai."
"Baik, kamu tidak mau memesan wanita untuk menghangatkan tubuh kamu di atas ranjang?"
"Aku tidak butuh itu lagi setelah dua kali gagal bercinta dengan wanita lain karena membayangkan wajahnya Juliette."
"Kamu tidak mau mencoba lagi?"
"Aku rasa tidak. Oh ya, sekarang Juliette tinggal di apartemen daerah mana?"
"Di salah satu apartemen kita yang berada di Down Town South Hill, lantai lima belas nomor empat belas."
"Bagus, tolong belikan bucket bunga mawar yang indah dan elegan."
"Ok. Kapan kamu akan menemuinya?"
"Setelah mendarat, aku akan segera menemuinya."
"Kamu pasti sangat merindukan dirinya," celetuk Eddy.
"Bisa dikatakan seperti itu dan aku merasa bersalah karena aku meninggalkan dirinya sendirian di restoran sebelum kita berangkat ke Milan."
"Tumben sekali kamu merasa bersalah terhadap seorang wanita?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa bisa begitu."
"Benar apa yang telah diucapkan oleh Ryan, bahwa kamu telah jatuh cinta kepada Juliette."
"Mungkin, aku masih ragu dengan perasaanku terhadap Juliette."