Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 15
Ughh
Jeremy tidak pernah menyangka bahwa perutnya akan sesakit itu. Dia berencana datang ke perusahaan lebih awal karena ingin mengerjakan pekerjaannya yang kemarin sempat tertunda karena pergi keluar.
Ya kemarin Jeremy tidak kembali lagi ke kantor setelah pergi ke markas dan juga menemui iparnya. Dia memutuskan untuk menambahkan pengawalan terhadap saudara kembarnya sehingga itu membuatnya tidak kembali untuk bekerja.
Tapi siapa sangka, perutnya malah merasa sakit yang tertahankan. Setelah diingat-ingat, Jeremy baru sadar bahwa dirinya tak hanya melewatkan sarapan. Dia melewatkan makan siang dan juga makan malam. Kemarin itu, Jeremy hanya benar-benar minum kopi yang dibuatkan oleh Xeena dan juga yang dibuatkan anak buahnya ketika di markas.
"Ughh sialan, ini beneran sakit,"keluhnya. Akhirnya Jeremy memutuskan untuk istirahat di ruang istirahat pribadinya yang ada di balik rak buku. Tapi ternyata rasa sakit itu tak kunjung berhenti.
Lalu Xeena, Office Girl baru di lantainya itu menemukan dirinya yang tengah meringkuk kesakitan di atas ranjang.
Jeremy tidak menyangka bahwa Xeena akan melakukan banyak hal untuk dirinya. Wanita itu pasti sudah mendengar rumor tentang dirinya. Tapi, Xeena nampaknya sama sekali tidak merasa takut terhadap dirinya. Wanita itu bahkan bersikap sangat tenang ketika membantunya.
Sepanjang Xeena bicara, Jeremy hanya mendengarkannya saja. Entah mengapa dia merasa senang dengan perlakuan Xeena yang menurutnya lembut. Wanita itu benar-benar bisa memperlakukan orang lain dengan sangat baik.
" ... . Saya akan membelikan bubur buat Bapak."
Sreee
"Eh, ada apa Pak? Apa bapak punya keluhan lain? Atau Bapak tidak suka bubur? Apa ada yang bapak inginkan selain bubur untuk sarapan?"
Jeremy meraih tangan Xeena ketika wanita itu hendak pergi. Dan Xeena yang tiba-tiba tangannya ditahan itu nampak kebingungan.
Terbersit rasa takut, bahwa mungkin Jeremy tidak menyukai tindakannya yang sudah membantu.
"Bukan itu, makasih. Aku suka apapun yang kamu berikan."
"Oh? Aah ya baik kalau begitu. Saya keluar dulu. Setelah ini saya akan kembali. Mohon di tunggu."
Jeremy melepaskan tangan Xeena, dan wanita itu benar-benar melesat pergi dengan sangat cepat. Ia kemudian melihat tangannya yang kosong itu.
"Hmmm, wanita itu baik, sangat baik,"gumam Jeremy lirih. Dia lalu memejamkan matanya, menikmati rasa sakit yang perlahan mulai berkurang.
Jeremy melirik ke arah nakas, dimana obat yang diberikan Xeena berada.
"Dia bilang itu obatnya. Apa berarti dia sering merasa sakit seperti ini? Bukankah katanya maag, asam lambung, dan juga gerd itu juga berasal dari pikiran ya? Apa yang jadi beban pikirannya sampai-sampai harus selalu sedia obat?"
Banyak sekali rasa penasaran yang muncul dari diri Jeremy terhadap Xeena. Dia merasa sangat ingin tahu tentang wanita itu.
tap tap tap
Jeremy menepuk-nepuk ranjang, dia tengang mencari handphone yang tadi ia letakkan secara sembarangan ketika merebahkan tubuhnya di sana.
Sebuah senyum tipis terbit di bibir pria tampan itu.
"Halo Paijo, aku mau kamu nyari tahu tentang seseorang. Aku kasih kamu waktu satu jam. Namanya Xeena Restitalya. Dia karyawan baru di kantor ku. Dah itu aja, buruan cari."
Tuuuut
Tanpa mendengarkan jawaban dari Paijo, Jeremy sudah langsung menutup ponselnya. Ia merasa yakin pasti Paijo di seberang sana kebingungan, tapi Jeremy tidak peduli.
"Pak, saya bawakan buburnya."
"Makasih ya. Kamu mau kemana?" Jeremy bertanya demikian karena setelah meletakkan bubur di atas nakas, Xeena lansung berbalik dan hendak pergi.
"Saya harus menyelesaikan perkejaan saya, Pak. Ruangan Bapak saja belum saya selesaikan. Jadi, saya undur diri dulu. Setelah rasa sakitnya menjadi lebih baik, tolong segera makan. Nanti jeda setengah jam atau satu jam, Pak Jeremy bisa minum obatnya lagi. Selamat beristirahat, Pak. Semoga lekas sembuh. Permisi."
Jika biasanya dia akan mengucapkan perintah untuk seseorang tetap tinggal karena dia menginginkannya, namun kali ini tidak. Meskipun dia ingi Xeena tetap tinggal, tapi Jeremy tidak ingin memerintahkan Xeena tinggal.
Entahlah, mengapa dia bersikap demikian. Padahal jika dia mau, berkata 'tetap di sini' pasti Xeena tidak akan pergi.
"Wanita yang sungguh baik dan tentunya menarik."
Jeremy lalu mengubungi Santi, Kepala HRD. Dia meminta Santi untuk mengirik data pribadi milik Xeena ke ponselnya segera.
Memang benar dia meminta Paijo mencari tahu tentang Xeena. Tapi Jeremy ingin tahu lebih dulu data pribadi milik Xeena dan itu akan dilengkapi dengan laporan dari Paijo.
Sambil menunggu sakit perutnya reda, Jeremy membaca setiap apa yang tertulis dalam CV Xeena. Dia sungguh takjub ketika melihat pengalaman kerja Xeena yang tidak hanya di satu dua tempat saja.
"Ini anak pekerja kerasa rupanya. Tapi kata Santi dia pernah kuliah. Cuman mandek ya. Hmmm ... ."
tok tok tok
"Bos, Boni nih."
Huh
Jeremy membuang nafasnya kasar. Dia pikir yang mengetuk pintunya adalah Xeena. Tapi ternyata bukan. Ternyata Boni sang asisten yang datang ke tempatnya.
"Masuk. Ada apa?"
"Bos sakit? Mau ku panggilkan dokter, apa mau aku antar pulang. Pucet banget tuh."
Boni terlihat khawatir. Sebagai asisten, dia tahu bahwa Jeremy termasuk orang yang gila kerja. Dan terkadang bosnya itu melupakan makan. Tapi Boni tidak pernah menyangka bahwa Jeremy akan sakit begini.
"Ndak usah, nanti Ibu malah khawatir. Aku udah ngarsa enakan kok. Tapi, kok kamu tahu sih aku sakit?"
"Tadi Office Girl yang baru itu yang ngasih tahu pas aku nyari Bos. Jadi aku langsung masuk ke sini. Ya sudah kalau begitu, Mas Bos istirahat aja. Hari ini kita juga ndak kemana-mana kok. Jadi aman."
Jeremy mengangguk pasrah. Hari ini dia juga merasa enggan untuk bekerja. Padahal niatnya datang lebih awal karena untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sebenarnya banyak yang ia pikirkan, tentang pemintaan orang yang ingin mencelakai keluarganya, pekerjaan kantor dan juga tentang gangster Wang.
Tapi saat ini Jeremy merasa ingin istirahat sejenak. Ia sedang ingin mengosongkan kepalanya dari banyaknya hal yang terjadi di sekitarnya.
"Bon, kalau keluar tolong minta Xeena kemari,"ucap Jeremy saat Boni hendak menutup pintu.
"Xeena? Oh OG yang baru itu. Oke Mas Bos, siap!"sahut Boni cepat.
TBC
santai wae
kok medok bangett