NovelToon NovelToon
SETIAP HUJAN TURUN, AKAN ADA YANG MATI

SETIAP HUJAN TURUN, AKAN ADA YANG MATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu
Popularitas:243
Nilai: 5
Nama Author: Dranyyx

Riski adalah pria yang problematik. banyak kegagalan yang ia alami. Ia kehilangan ingatannya di kota ini. Setiap hujan turun, pasti akan ada yang mati. Terdapat misteri dimana orang tuanya menghilang.

Ia bertemu seorang wanita yang membawanya ke sebuah petualangan misteri


Apakah Wanita itu cinta sejatinya? atau Riski akan menemukan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Apakah ia menemukan orang tuanya?

Ia pintar dalam hal .....


Oke kita cari tahu sama-sama apakah ada yang mati saat hujan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dranyyx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 : Trauma itu

PROLOG: Aroma darah ini

Riski mendesah kegirangan." Ahhhh... aroma darah ini, sensasi ini sungguh nikmat sekali. Ahhh... sungguh menyenangkan...! Hahaha." Terlihat di depannya seorang pria yang mencoba kabur dengan tertatih-tatih, tubuhnya berlumuran darah di sekujur tubuhnya. "To... tolong hentikan, ampuni aku... sakit sekali..."

Terlihat tangan Riski yang gemetaran. Dua bilah pisau berlumuran darah berada di genggamannya. Aroma darah yang menetes, membuat hasrat Riski untuk membunuh semakin kuat.

"Ayolah menjerit...! Lebih kencang lagi...! Suara jeritan itu sungguh indah terdengar di telingaku. Hahaha.." Riski memandangi wajah pria itu yang pucat pasi. Darah dan air mata menetes menghiasi wajah malangnya itu.

Terdengar dari jauh suara seorang wanita yang berteriak "Riski...... sadarlah Riski..... Hentikan... !!? "

 

(Waktu masa kini)

Terdengar sirine mobil ambulance meraung -raung di luar kamar Riski. Yap, ia mencoba untuk menoleh kearah jendela. Tapi coba tebak, rasa penasaran itu meracuni pikirannya.

"Arrrhhh.. Apa itu wehh . perasaan tiap hari ada saja mobil ambulance yang lewat. " Tangannya gemetaran. Ia bangkit dari tempat duduknya. Terlihat meja kerja Riski yang berantakan sekali. Terlihat buku jurnal dan beberapa buku pengetahuan alam berserakan di atas mejanya. Sebuah lingkungan yang tidak sehat untuk seseorang yang mengidap OCD (orang yang suka kerapian dan stres jika ada yang berantakan).

"Haruskah... Haruskah... Hemm okey... " Trak...

Yap. Benar saja bung. Ia menyingkap tirai jendela kamarnya. Terlihat mobil ambulance yang baru saja lewat, dan di ikuti oleh beberapa mobil patroli dibelakangnya. Hujan deras dan dinginnya malam menyelimuti kota kecil ini. Seolah hujan itu berkata " Aku mencintaimu kota kecil. Jangan lepas dari aku yah"

Riski mondar-mandir layaknya gasing yang sedang berputar di lokasi battlenya. Sambil mengusap-usap dagunya, ia pun mendekat ke arah jendela. "Ahh.. lebih baik aku membaca buku psikologi disana." Ia berjalan mendekat, buku psikologi yang terletak di rak buku itu seolah-olah memanggil untuk di sentuh.

Ia kembali ke tempat duduknya, kemudian menulis jurnal lagi.

-2024 - Juli - 01 .

Mobil ambulance lewat lagi . Keanehan demi keanehan tersisip rapih di sudut kota hujan ini. Seolah ada sebuah misteri yang tertidur lelap, dan hanya menunggu waktu saja sebelum semua terungkap.

"Yahh akhirnya beres. " Ia pun melepaskan penanya itu . Kemudian ia duduk kembali sembari melipat kedua tangannya. Riski tersenyum puas dengan apa yang baru ia lakukan.

Tok.. tok... Terdengar suara ketukan pintu. Riski menoleh dengan mata yang fokus ke sumber suara.

"Iya aku datang" Langkah Riski tergesa-gesa. Suara itu terdengar familiar sekali di telinganya. Setelah ia sampai, Riski langsung saja membuka pintu itu tanpa ragu.

"Maaf yah aku datang tiba-tiba" Seorang wanita terlihat basah kuyup di hadapannya.

"Tumben datang tiba-tiba sayang. " Ucap Riski sembari menyodorkan handuk yang ia ambil kepada wanita itu.

Wanita itu melepaskan alas kakinya dan mulai berjalan masuk kedalam. Wanita itu gemetar kedinginan. Air hujan terlihat menetes pelan dari rambut indahnya.

"Riski.. Ada yang mau aku bilang. "

"Wehhh duduk dulu, tidak cape kah . Mana kamu basah kuyup. pasti kedinginan. " Riski terdiam sejenak. " Eh Riski? Tumben tidak panggil sayang. Aku ada salah kah atau ada yang terjadi?"

Wanita itu terlihat menggigil. Tangannya terlihat pucat saat ia memeluk dirinya sendiri.

"Kita putus yah.. Maaf aku tidak mau lanjutkan hubungan ini lagi. Bukannya apa, tapi hobimu itu aneh, dan sudah seringkali kamu tidak hubungi aku. Kamu fokus sama jurnal—dan penelitianmu .. "

"Maaf, tapi bisakah langsung to the point ke titik masalahnya?. Jangan terlalu bertele-tele Elsa. Aku selama ini selalu mendengarkan bicaramu secara seksama. Tapi karena kamu minta akhiri hubungan tiba-tiba, jadi aku sudah tidak mau respect apa -apa "

Riski kembali ke meja kerjanya. Ia mencoba mencari kenyamanan duduk . Yah.. melipat kaki adalah hal yang bagus. Ditariknya sebatang rokok yang tersembunyi di dalam bungkusnya. Kemudian dibakar. "Kenapa diam? Lanjut saja bicara. aku mendengarkan disini". Kepulan asap pun memenuhi ruangan.

"Sudah beberapa hari ini kamu tidak hubungi aku. Jadinya... "

"Jadinya kamu pacaran sama Aldo. Nyaman dengan dia, Jatuh cinta. Sebentar lagi menikah? " Riski menatap ke luar jendela.

"Bukan itu, Aldo hanya temen kuliahku. "

"Sudahi omong kosongmu.... !! Kamu pikir aku tidak lihat kamu pergi jalan sama dia?. Jangan kamu playing victim dengan mengatakan aku sibuk tidak ada waktu untuk kamu, jangan pake alasan apapun untuk menutupi kesalahanmu. Kalau kalian saling suka ya tinggal bilang. !! " Mata Riski menatap tajam ke Elsa. Telunjuknya tepat mengarah ke wajah Elsa.

"Sikapmu yang temperamental yang kaya begini, dan kamu yang sok jual mahal begitu. Hah? Kamu pikir cinta sendirian itu enak? Kau hanya pikirkan dirimu sendiri. Hobimu, kebiasaanmu.. "

Riski beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan perlahan menuju Elsa yang sedari tadi di depan pintu. "Orang selingkuh mana ada yang bicara jujur. Kalau banyak orang jujur, sudah penuh lapas dan kamar sel penjara oleh koruptor"

Plakk... Elsa seketika menampar wajah Riski. " Bicaramu keterlaluan. Sikapmu itu yang bikin aku tidak nyaman. Selama ini kamu di ajak jalan, menolak terus. Misteri.... Misteri. Misteri.. Itu saja yang kamu urus."

Wajah Riski memerah. Ia hanya bisa menahan rasa nyeri itu tanpa mau bertindak apa-apa.

"Kau tidak pernah kan merasakan kehilangan orang tua kan. sudah aku katakan. Orang tuaku hilang. Adikku hilang. Memangnya kamu pernah merasakan?"

"Apa? Memangnya kamu pernah cerita?"

"Sudah... Mending kamu keluar dari sini. Aku muak lihat wanita kaya kamu" Riski berdiri sembari membuka pintu Kostnya.

"Ohh aku di usir? Fine. Kita resmi putus".

"Aku tidak peduli, anak manja kaya kamu tidak mungkin merasakan apa yang saja rasakan. Persetan dengan hubungan ini..!!"

Elsa pun keluar, ia hanya menoleh ke arah Riski sebelum pintu itu di tutupi. Tapi ia belum pergi. Ia masih berdiri di depan pintu kamar Riski. "Sampai disini perjuanganmu untukku? Kupikir ketika aku datang marah-marah , kamu akan minta maaf kepadaku. Terus akan bilang akan meninggalkan hobimu agar bisa memberikan waktumu untuk aku "

Trekk.. Riski yang memang belum beranjak dari tempat itu pun membuka pintu kamarnya. " Riski? Apakah kamu... mau.. " Elsa menatap Riski dengan penuh harap.

"Shutt.. " Ia berdiri menghadap Elsa. "Kembalikan handukku. Suruh saja Aldo yang kasih kamu handuk." Ia merampas handuk itu dari Elsa dan kemudian menutup pintu itu kembali.

Elsa terdiam. Wajahnya yang awalnya cerah dan berfikir Riski akan mengalah itu pun seketika muram. Tak ada senyuman lagi.

Riski berdiri dan terdiam terpaku di depan pintu kamarnya. Sedangkan Elsa perlahan pergi menjauh. Sesekali ia menoleh kebelakang, berharap Riski mau mengejar. Hujan membasahi sekujur tubuhnya. Terlihat wanita itu berjalan menjauh, hilang dari pandangan Riski. Air mata Elsa pun jatuh, diiringi dengan hujan yang mulai lebat. Sesekali petir menyambar di langit malam. "Kenapa? Kenapa Riski.. Aaaaaaa" tangisnya pecah seketika.

Riski pun duduk sejenak. Menyulut lagi rokoknya. Tapi hal aneh pun terbesit di kepalanya. Kakinya gemetar kecil.

"Astaga ya Tuhan.. "Hal aneh dan tak wajar menyelimuti perasaannya. Belum habis 5 menit ia duduk, tapi gelisah sudah menguasai.

Prakkk.....

Wiu..

Wiu.

Wiu..

Riski terperanjat. Terlihat di luar kostnya ada suara gaduh. Ia menyipitkan matanya.

"Di seberang jalan? kenapa ada ambulan. " Tanpa berfikir panjang, ia pun lari seketika. Tanpa jas hujan, tanpa pelindung apa -apa . Ia lari sejadi-jadinya ke arah keributan itu.

Di seberang jalan terlihat warga mengerumuni seorang wanita yang terbaring lemas.

"Kasihan mana masih muda. " Bisik-bisik warga yang di sekitar.

Terlihat tak jauh ada motor tergeletak di jalan. Kap motor dan lampunya lecet. Ada juga bekas motor yang terserat di sekitar itu. Seorang pria di samping motor itu terlihat terluka. Ia memegangi tangannya yang luka parah.

Riski menerobos kerumunan itu. Wajahnya panik. Tak ada senyum. Matanya fokus ke wanita yang tergeletak itu. Wajah wanita itu belum terlihat jelas. Tapi melihat pakaian yang wanita itu kenakan, membuat jantung Riski berdegup kencang. Tangan Gemetaran.....

Dalam hatinya ia menolak apa yang ia pikirkan... Entah siapa wanita itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!