NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5_Trauma

Ramon mulai melangkah memasuki mansion nya. Pekerjaannya hari ini cukup menguras tenaganya, bahkan dia tidak sempat untuk makan siang walaupun sesuap. Pikirannya terbagi menjadi dua, antara pekerjaan dan Aya istrinya. Semenjak kejadian kemarin Ramon belum lagi berbicara dengan Aya, begitu pun dengan wanita itu sepertinya dia tengah menjaga jarak dengannya.

" Jangan dipikirkan, setahu ku Aya suka menyendiri jika sedang sedih." Ucap Mian yang ikut masuk.

" Dia akan membaik sendiri," Ucap Zain menimpali. Ramon menatap bergantian pada kedua pria itu, lucu sungguh lucu dibandingkan dengan dirinya kedua sahabatnya itu lebih tahu banyak tentang istrinya.

" Dimana Aya?" Tanya Main setelah duduk di sofa.

" Di dapur Tuan."

" APA!!" Pekik ketiganya serempak. Mian segera pergi ke dapur disusul Zain dan Ramon yang ikut mengekor di belakangnya.

" Ay.... Aya!" Mian meneriakkan nama wanita itu membuat para maid keluar dari tempatnya masing-masing dengan wajah yang terlihat memucat.

" Aya!" Mian segera menarik tangan Aya yang tengah memotong sayuran. Buku kuku Mian mulai memutih dengan rahang yang ikut mengetat " Untuk apa kamu berada disini? Apa para maid disini tidak becus untuk membuat mu makanan huh?"

" Kenapa kamu turun ke dapur Kanaya?" Ucap Mian dengan penuh penekanan. Zain dan Ramon hanya bisa berdiri tidak tahu kenapa Mian bersikap berlebihan seperti ini. Perlahan Ramon mulai melangkah lalu menatap dingin para maidnya.

" KANAYA!"

PRYYANGGG

Baru saja Ramon ingin mengucapkan kata yang sudah berada di ujung lidahnya, tapi tindakan Aya membuatnya terkejut. Mian segera mencekal kedua tangan Aya " Bodoh. Kenapa kalian ikut jadi penonton? Cepat bantu aku!"

Zain ikut panik saat melihat darah mulai merembes dari tangan Aya sampai menetes pada marmer yang kini mulai berubah warna. Ramon terdiam untuk beberapa detik, matanya menatap dalam pada manik hitam milik istrinya itu. Kosong tidak ada rasa sakit sedikit pun yang wanita itu perlihatkan.

Cekalan Mian semakin kuat saat Aya mulai berontak. Zain berusaha untuk menutupi luka Aya yang memang sengaja Aya lukai " Ay... Aya! Hei kamu denger suara kakak kan? Ay," Mian menepuk pipi Aya berharap wanita itu segera sadar secara penuh.

" Ay, please liat kak Mian." Mian mengarahkan pandangan mereka berdua. Masih sama tatapan Aya tetap kosong " Ada kakak disini, kamu tidak sendiri!" Kecemasan terlihat jelas dari sorot mata Mian. Ramon semakin bingung dan seperti orang bodoh yang tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menjadi penonton.

" Ada kak Mian disini. Ada Zain ada suamimu juga Ramon. Sadar Ay sadar. Kamu tidak sendiri." Mata itu mulai bergerak perlahan, dengan sekali kedipan sorot matanya mulai berubah. Mian tersenyum simpul mengesah pelan merasa lega " Jangan takut, ada kita disini kamu tidak sendiri!"

" Hiks. Kak....  kak Mian. Hiks!" Mian segera membawa Aya kedalam pelukannya. Wanita itu kembali menangis menumpahkan cairan bening seperti kristal sehingga membuat kemeja Mian basah oleh air mata.

" Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja, kami disini bersamamu Ay." Ucapnya menenangkan.

Ramon menatap Mian menuntut penjelasan atas apa yang terjadi. Bukan Ramon saja Zain pun sama, disini diapun ikut bodoh karena tidak tahu apa-apa. Saat ini Aya tengah tidur setelah diperiksa dan diobati oleh Dokter kepercayaan Ramon.

Mian mengesah pelan sebelum dia menjelaskan apa yang terjadi tadi " Self-injury," Ucap Mian memulai penjelasannya "  Aya mengalami trauma psikologis. Aku yakin ini berhubungan dengan kepergian Azka. Kehilangan orang yang dicintai membuat dia merasa hampa, mati rasa, dan rendah diri. Mereka yang mengidap self-injury menganggap dengan menyakiti diri sendiri bisa mengingatkan dirinya bahwa dia masih hidup dan merasakan sesuatu layaknya orang lain. Dia melakukan semua itu untuk melampiaskan atau mengatasi emosi berlebih yang tengah dihadapinya seperti stres, marah, cemas, benci pada diri sendiri, sedih, kesepian, putus asa, mati rasa, atau rasa bersalah."

" Aku yakin, saat ini dia tengah terguncang," Lirihnya pelan " Dia wanita yang tegar dan ceria. Tapi dibalik semua itu diapun sama seperti wanita lainnya rapuh dan butuh pelindung!"

" Ramon?" Ramon masih terdiam, mulutnya masih terkatup enggan untuk membuka suara " Ku harap kau tidak mengingkari janjimu pada Azka setelah mengetahui tentang masa kelam Aya. Kau akan terus melindungi Aya apapun yang terjadi. Tolong, jangan pernah tinggalkan Aya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau pun membuangnya."

" Tunggu. Masa kelam, apa maksudmu?" Tanya Zain meminta penjelasan kembali.

" Aku kira Aya sudah benar-benar sembuh, tapi ternyata tidak." Ucapnya tersenyum miris " Azka pernah cerita padaku jika Aya mulai melukai dirinya sendiri setelah kepergian orang tuanya. Dalam sebulan Aya bisa masuk rumah sakit empat sampai enam kali gara-gara dia yang terus terusan berusaha untuk melukai dirinya sendiri. Aya dinyatakan sembuh setelah menjalani dua tahun terapi dan sampai sekarang belasan tahun berlalu trauma itu kembali muncul lagi."

" Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, terapi lagi?" Usul Zain.

Ramon menggelengkan kepala " Tidak perlu!"

" Tapi.....,"

" Ramon betul. Kita tidak perlu melakukan terapi lagi." Ucap Mian memotong perkataan Zain " Cukup yakin kan Aya jika saat ini dia tidak sendiri, ada kita yang menemaninya. Jangan membuatnya merasa tersakiti usahakan selalu membuatnya tersenyum dan tertawa."

" Kita bukan Dokter. Kenapa kita tidak menyerahkannya pada mereka saja?"

" Sudah ku katakan tidak perlu. Jika kita mengajaknya aku takut akan membuatnya terluka. Bagaimana menurutmu Ramon?" Tanya Mian meminta pendapat.

" Aku tidak mengira jika Azka akan melibatkan ku ke permasalahan seperti ini."

" Apa maksudmu? Kau menyesal menikahi Aya setelah mengetahui kebenaran pahit Aya huh?" Suara Mian tiba-tiba meninggi dengan tangan yang mulai mengepal.  Matanya terlihat tajam tak kalah sengit dengan sorot mata yang Ramon miliki.

" Untuk apa menyesal semuanya sudah terjadi bukan? Kau mengenalku dengan baik Mian, aku tidak mungkin mengingkari janjiku pada Azka. Aya sekarang sudah menjadi istriku dan sudah menjadi tanggung jawabku untuk menjaganya."

Mian bernafas lega " Syukurlah kalau begitu. Aku merasa lega setelah mendengarnya."

" Tuan," Kaitle masuk keruangan itu setelah mengetuk pintu.

" Ada apa?"

" Nona sudah bangun."  Ketiganya bangkit dari duduknya. Ramon berjalan terlebih dulu diikuti Zain dan Mian dibelakangnya.

Aya tengah menekuk kakinya lalu menenggelamkan wajahnya diantara lututnya. Ramon perlahan mendekat lalu menyentuh surai hitam Aya yang menutupi wajahnya " Aya," wanita itu tidak merespon hanya isak tangis yang tiba-tiba terdengar oleh gendang telinga mereka.

Ramon memilih untuk duduk disamping Aya, dengan pelan dia berusaha untuk membuat istrinya menatap kearahnya " Aya," panggilnya pelan. Tangannya mulai bekerja dengan baik, ibu jarinya menghapus genangan air yang membuat jalur di pipi istrinya.

" Lihat saya," Ramon menangkup wajah Aya, tangannya menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah sembab istrinya " Kamu tidak sendiri. Ada saya suami kamu. Ada Zain dan Mian kakak-kakakmu!"

" Kamu percaya pada Azka bukan? Tolong berikan saya kepercayaan itu juga, bahwa saya bisa menjaga dan melindungi mu seperti kakakmu." Ucapnya meyakinkan.

Aya kembali terisak, bibirnya terlihat bergetar menahan tangis " Mo... Mon.. dy. Mondy. Hiks!"

" Ssttt. Iya saya Mondy. Suami kamu. Kamu boleh memanggil saya Mondy atau apapun itu!"

" Mondy. Hiks. Mondy," Aya menumpahkan air matanya disana. Dada lebar yang kini membuat rasa nyaman untuk Aya. Mian dan Zain tersenyum simpul keduanya keluar dari kamar setelah melihat Aya yang sepertinya akan baik baik saja.

" Ku rasa Ramon mulai luluh pada Aya,"

" Dan diapun sepertinya tidak mempermasalahkan masa lalu Aya!" Ucap Mian.

" Tentu. Untuk apa terus menengok kebelakang jika itu akan membuat masalah dimasa depan. Kita hidup utuk sekarang dan masa yang akan datang bukan untuk masa lalu!"

" Waw. Sepertinya kau sedikit lebih pandai merangkai kata. Tapi,"

" Tapi apa?" Tanya Zain penasaran karena Mian yang menggantungkan ucapannya.

" Aku sedikit khawatir tentang Ramon. Apa Aya bisa menerima Ramon juga?" Zain ikut terdiam. Keduanya tengah berfikir apa yang akan Aya lakukan jika mengetahui semua tentang kehidupan Ramon. Apakah wanita itu juga akan menerimanya seperti Ramon yang menerimanya? Atau sebaliknya justru wanita itu akan memilih untuk meninggalkannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!