NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta Itu Tak Padam

Semilir angin malam beradu dengan bunyi ombak yang menyapu pasir yang terhampar di pantai menciptakan malam yang teduh, meski sesaat jauh dari kemelut beban yang ada dalam hidup. Setidak nya tidak untuk malam ini. Disinilah tempat yang membuatku nyaman juga tempat saksi bisu diri ini beradu akan setiap keluh kesah ku. Kenangan bersama nya dulu selalu mengalung di kalah mata ini terpejam, kadang indah, kadang pula suram, meski telah berlalu tapi rasa kecewa itu tak pernah bisa menyapu. Ku menarik nafas dalam lalu perlahan hembusan itu keluar sedikit demi sedikit. Kadang aku juga berharap perasaan kecewa itu bisa terhapus meski sedikit demi sedikit tapi semua itu begitu sulit. Aku tak ingin jiwa ini di tumbuhi dendam tapi perasaan ini seakan menolak dan saat ini diri ini telah menggenggam apa yang menjadi akar dari semua gemelut yang ada dalam jiwa ini.

"Kamu akan begini sampai kapan?" sebuah pertanyaan membuyarkan lamunan ku, ternyata di sampingku sudah berdiri Bagas yang menatap ke hamparan lautan.

"Ada perlu apa?" tanya ku datar. Bagas berdecak lalu duduk di sampingku di atas pasir.

"Kau tahu aku menghubungi mu beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Aku kira kau sedang berkelana dengan istrimu, tapi berkelana dengan angan mu" cibir Bagas. Tak ku tanggapi dia terlihat menghela nafas panjang.

"Pihak sipir menghubungi mereka bilang ayah mertuamu tak mau minum obat nya" lanjut Bagas.

"Biarkan saja" jawab ku datar. Bagas melirik ku lalu terkekeh.

"Apa kau mau dia mati begitu saja setelah apa yang kau lakukan untuk dia, bahkan ungkapan terima kasih saja tidak kau dapatkan" gerutu Bagas.

"Aku tak sedikitpun berharap" timpal ku datar. Kenapa juga aku berharap dengan apa yang tidak harus ku dapatkan. Karena aku sudah mendapatkan dari Alana sebuah pengorbanan meski semua itu bukan berlandaskan oleh cinta tapi aku menikmati nya, aku bukan lah seorang munafik yang bilang tak merindukan tubuh itu lagi karena aku pria normal yang berhasrat. Kadang kalah aku merasa sesak jika mengingat semua itu karena dia adalah istriku dan semua yang ada dalam diri dan tubuhnya adalah halal untuk ku, tapi, setiap aku menginginkan tubuh itu ada juga hal yang harus ku bayar.

"Miris" satu kata dalam batin ku.

Hubungan yang tak di dasari oleh cinta dan hanya keterpaksaan, itulah yang ku rasakan dalam kehidupan rumah tangga ku. Aku tahu dia benci pada ku, dan aku juga tahu cintanya mungkin hanya untuk mantan suaminya. Tak banyak yang ku harap kan dari nya, cukup dia ku genggam dalam status pernikahan.

"Terserah kau, ini sudah larut bukan nya besok kau ada kunjungan ke luar kota mewakili perusahaan, tidurlah bro jangan terlalu begadang" saran Bagas sebelum dia beranjak pergi meninggalkan ku sendiri di tepi pantai ini. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan. Bagas benar besok aku harus keluar kota dalam tiga hari. Berat sekali meninggalkan dia rumah untuk saat ini. Tapi aku tidak mungkin menolak perintah dari Presdir perusahaan, beliau sangat baik padaku, bahkan beliau sudah aku anggap layaknya ayah. Aku memilih kembali ke dalam villa. Saat memasuki villa langkah kaki ini terhenti ketika mendapati Alana tidur bersandar di sofa dimana ada Emir di pangkuannya. Alana tidak pernah melepas hijab nya meski dia sedang berada di rumah bahkan saat tidur pun hijab nya selalu tersemat membungkus Surai panjang nya yang menurutku indah. Aku memilih mendekat dan mengambil Emir dari pangkuan nya dengan hati-hati agar dia tidak terbangun. Selesai membaringkan Emir di kamar, kini giliran Alana yang masih terlelap di atas sofa, terlihat dia mungkin begitu mengantuk sesampai ketika tubuhnya ku angkat dia tidak terbangun hanya menggeliat. Dan disini lah kami sekarang di dalam kamar yang ada di lantai bawah, sengaja memang ku pilih kamar ini karena kamar ini tergabung dengan kamar yang di tempati Emir. Sial nya hasrat ini terpancing ketika tak sengaja melihat baju yang Alana pakai menyingkap memperlihatkan kulit putih tanpa celah itu. Ingin ku abai tapi reflek tangan ini malah mengelus lembut perut nya dan bermain di pusaran nya.

"Ahh.." sebuah desahan reflek di ikuti geliatan lembut membuat ku semakin terpacu oleh gairah. Tangan ini mulai bergerilya ke atas dimana gundukan kenyal dan sintal mulai ku raba lembut.

"Apa yang kamu lakukan?" reflek aktivitasku terhenti dimana dia sudah terbangun dan mendorong tubuh ku.

"Menginginkan tubuh mu" jawab ku parau dan kembali mendekat pada nya, entahlah kenapa diri ini hilang kendali jika melihat keindahan tubuh nya. Dia menatap ku dengan takut dan tatapan dalam yang sulit sekali untuk ku artikan tatapan itu. Terdiam itulah yang dia lakukan sepertinya batin nya sedang bertarung antara bersedia atau menolak.

"Apa aku salah menginginkan tubuh mu Hem?" lirih ku seraya melepas hijab nya. Dia menunduk dan hanya diam ketika tangan ini mulai melepas satu persatu pakaian yang membungkus tubuh indah nya.

"Jangan berulah, jika kamu tidak ingin anak mu melihat kita yang sedang-" ujar ku seraya melumat bibirnya. Matanya membulat sempurna dan aku suka melihat itu.

"Lakukan lah cepat! aku tak ingin Emir mencari ku" tantang nya, ketika melepas paksa ciuman kita. Ya, aku tahu dia mungkin menahan kesal. Tapi sifat egois disertai hasrat yang memuncak membuat diri ini seakan tak perduli dengan tatapan itu. Dia yang lebih menantang membuatku melakukan hal yang begitu brutal, tapi ku lihat lama lama dia juga menikmati peraduan kami dan villa ini menjadi saksi bisu penyatuan kami yang ke dua. Setidak nya cukup sebagai pengantar perjalanan ku esok. Dia terlihat memunguti pakaian nya yang berserakan dengan langkah yang pelan, usai menutup tubuh polos nya dia berderap melangkah hendak pergi menuju kamar Emir berada.

"Jangan lupa pakai dan minum obat yang ku berikan kemarin!" ucap ku mengingat kan nya, langkah nya terhenti sejenak lalu dia mengangguk setelah itu kembali melanjutkan langkah nya.Pandangan mata ini masih terus memperhatikan nya sampai hilang di balik pintu. Aku mendesah berat, tangan ku terkepal kuat, ketika menyadari tentang tatapan kesedihan dan keterpaksaan yang dia berikan sejati nya menusuk kalbu.

"Simpan saja bahagia mu, kelak kau akan tahu apa alasan dari semua ini" guman ku pada diri sendiri tak ada bahagia itulah yang ku rasakan sejak saat itu delapan tahun berlalu tapi hari-hari yang ku jalani sangat sunyi cinta itu tak padam hanya bersembunyi di balik rasa kecewa yang menjalar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!