NovelToon NovelToon
Antara Jiwa, Cinta Dan Pembebasan Malaka

Antara Jiwa, Cinta Dan Pembebasan Malaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Ilmu Kanuragan
Popularitas:327
Nilai: 5
Nama Author: Dimas riyana

Pagi yang cerah di suatu pulau bagian utara Jawa, desiran ombak dan suara burung-burung pagi sudah menghiasi dermaga, beberapa nelayan yang baru pulang melaut sedang memilah-milah hasil tangkapan, seorang pemuda yang tegap dan gagah terlihat sibuk dengan perahu cadiknya.
“hoooyyy... Wahai laut, hari ini aku akan mengarungimu, aku akan menjadi penjaga laut Kesultanan, kan ku berantas semua angkara murka yang ingin menjajah tanah Jawa, bersiaplah menerima kekuatan otot dan semangatku, Hahahaha..
”Rangsam berlayar penuh semangat mengarungi lautan, walau hanya berbekal perahu cadik, tidak menurunkan semangatnya menjadi bagian dari pasukan pangeran Unus. Beberapa bulan yang lalu, datang Prajurit Kesultanan ke pulau Bawean, membawa selembar kertas besar yang berisi woro-woro tentang perekrutan pasukan Angkatan laut pangeran Unus Abdurrahman, dalam pesan itu tertulis bahwasanya pangeran akan memberantas kaum kuning yang selama ini sudah meresahkan laut Malaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas riyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KAPAL JUNG

“ Bocah hitam, kau baik-baik saja kan?”, Rangsam menyapa Lodra yang masih terbaring.

“ seperti kelihatannya, kau bisa menilai”, Lodra menjawab agak malas, namun ia sedikit tersenyum kepada Rangsam.

“ alhamdulillah, aku senang melihatmu lebih baik, aku doakan kau cepat membaik, karena aku merasa telah menemukan lawan yang sepadan”. Rangsam tersenyum lebar kepada Lodra, dan dibalas dengan senyum juga oleh Lodra.

“ Ku ucapkan terimakasih kepadamu wahai bocah tengik, jika kau tidak segera menolongku, mungkin entah apa jadinya”.

“ itu hanya kebetulan saja, tidak usah dipikirkan, anggap saja kau sedang beruntung”.

“ mungkin beberapa hari lagi aku sudah pulih, dan kita bisa adu kebolehan lagi”.

“ Hahahaha.. Itulah kata-kata yang sedari tadi ingin ku dengar dari anak sombong sepertimu Hahahaha...”.

“ Sial, bocah tengik, kau mengolok-olokku, lihat saja nanti kalau aku sembuh, kau hanya akan bisa melihat bokongku di medan pertempuran, hihihi..”.

“ cepatlah sembuh bocah hitam, aku sudah bernafsu sekali ingin menghajarmu ”.

“ Baiklah, tunggu saja”.

Dan mereka tertawa bersama, sepertinya sudah terjalin kedekatan melalui hinaan dan umpatan, Rangsam dan Lodra, mungkin mereka akan menjelma menjadi prajurit yang kuat dan tangguh. Diam-diam kang Tukul memperhatikan mereka dari jauh dan tersenyum kecil.

Sudah dua bulan prajurit baru Bintara mendapatkan pelatihan militer, dan sangat terlihat perkembangan mereka, baik per regu maupun secara perseorangan dan benar saja, Rangsam dan Lodra sangat menonjol di Regu karang, dan sisa satu bulan lagi bagi mereka mempersiapkan diri dan persenjataan. Bukan tanpa alasan Kesultanan Bintara harus menggempur Malaka, bangsa kuning, yaitu orang-orang Portugis, sudah mengganggu perairan Malaka, dan kabarnya, kerajaan Malaka sudah jatuh di tangan mereka, Portugis pun sudah berhasil membangun benteng di sana. Walau jauh jarak Malaka dan Bintara, namun Malaka sangatlah penting bagi alur perdagangan di pulau Jawa, sudah berabad-abad silam bangsa Jawa dan bangsa-bangsa lain di Nusantara menjalin hubungan dagang dengan bangsa asing, seperti Tiongkok, Hindustan dan Arab, bahkan beberapa Kesultanan di Nusantara sudah memproklamirkan diri sebagai bagian dari kekhalifahan Turki Utsmani, contohnya kerajaan pasai di Aceh.

Awalnya, bangsa kuning hanya ingin berdagang, seperti bangsa-bangsa lain yang juga berdagang dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, namun kelamaan mereka memiliki niat untuk mengusai, jika Malaka sepenuhnya dikuasai, maka mereka dapat memonopoli harga. Kesultanan Bintara, sebagai kerajaan penerus sah kerajaan terdahulu, merasa bertanggung jawab atas ini, Portugis harus diusir, karena sudah memiliki itikad yang tidak baik bagi bangsa Nusantara.

Tanah yang subur dan makmur, memang sedari dulu menjadi pujaan raja-raja kelana, siapapun yang melihatnya pasti ingin memilikinya, seperti serpihan surga yang jatuh ke bumi, segala apapun tersedia di Bumi Nusantara, sepotong kayu pun dapat mengenyangkan perut, belum lagi hasil laut, alangkah kaya tanah Nusantara, tak ayal orang kuning sangat mendambakan itu.

Begitupun dengan Manusia Nusantara, adalah manusia yang terbaik dalam budi pekerti, sopan dan santun adalah pakaian sehari-hari, saling menghormati dan menghargai, ramah-tamah penduduk adalah hiasan bagi kita yang asing, apabila berkeliling di kampung-kampung Nusantara. Tapi laksana lebah, sekali mengganggu bangsa Nusantara, maka perlawanan mereka tidak main-main, mereka akan berjuang hingga hayat lepas dari kandungan badan, tanah laksana ibu, yang harus dijaga kehormatan dan kesuciannya, pabila ada yang ingin menodai, putra dan putri siap memerangi, entah di darat entah di laut, tidur pun tidak akan nyenyak, makan pun tidak akan enak, hidup mereka seakan dikejar ajal, itulah harga yang harus dibayar pabila berani mengganggu Nusantara, tanah yang digdaya, berbudaya dan perkasa.

Suasana lain pagi itu di selat Muria, suara kayu berderit menyapa telinga prajurit baru yang sedari tadi melongo, terkadang ada yang mengecap karena terlalu lama melongo, ombak menjadi pecah menghantamnya, mendingan, sambil menggaruk jakun, menelan ludah, tak percaya apa yang mereka lihat. Deritan itu rupanya berasal dari kapal-kapal raksasa, yang subuh tadi berlabuh di selat Muria, inilah kapal Jung, kapal andalan Bintara, melihatnya saja musuh pasti gentar, luar biasa megah. Rangsam tak henti-hentinya berdecak, merasa kagum, bagaimana bisa dan bagaimana caranya lambung kapal memiliki empat lapis papan yang saling tersusun, gagah sekali, empat tiangnya seolah menusuk langit, dilengkapi dengan layar yang bertulang, menyerupai daun lontar yang dipapas persegi, pandangan mereka tertuju pada kapal yang paling besar, tidak terlihat susunan papan di lambungnya, tapi kilatan logam yang melapisinya, mungkin setebal kepeng perak, bahkan bisa lebih. Dengan lapisan logam yang sudah dipoles sehalus itu, tidak ada alasan bagi peluru meriam dapat menembus badan kapal, inilah kapal Jung yang perkasa, kapal andalan kerajaan terdahulu untuk menyatukan Nusantara.

“ Hey prajurit, sudah selesaikah waktu kalian berkagum-kaguman? Jika sudah, cepat naik dan bantu kami menurunkan senapan-senapan ini, ada tugas tambahan untuk kalian!! “, teriak salah seorang prajurit yang menyertai kapal tersebut. sontak mereka kegirangan, belum pernah mereka naik kapal semegah ini, Rangsam yang terdepan dalam berlari, sekejap saja ia sudah sampai di geladak, dan tak dipungkiri lagi, matanya harus terbelalak, bukan main kapal ini, di atas geladak terdapat rumah. Rumah yang dimaksud adalah ruang yang berfungi sebagai tempat petinggi pasukan memberikan Komando atau menyusun strategi, tepat di atas rumah-rumahan itu adalah roda kemudi, besar sekali roda kemudinya, maklum saja, sesuai dengan ukuran kapal ini. Belum selesai sampai di situ, terjajar puluhan meriam cetbang di sisi kiri kapal, dan jumlah yang sama di sisi kanan, belum lagi empat meriam di haluan kapal, dan delapan meriam di buritan, sungguh bukan main perkasa kapal Jung ini, kabarnya kapal ini mampu berlayar dengan kecepatan tinggi.

Kapal-kapal ini berlayar dari Jepara, sengaja berlabuh di selat Muria karena ingin menjemput prajurit baru dan mempersiapkan persenjataan, setelah ini mereka akan berlayar menuju Cirebon, bergabung dengan pasukan kerajaan Pakung, selepas dari Pakung langsung menyerbu Malaka, yang mengejutkan adalah, Kesultanan Palembang ikut dalam penyerangan tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!