Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Pernikahan Kilat Yang Mengguncang Kota
Alana terperangah mendengar keputusan sepihak tersebut sementara jantungnya mulai berdegup kencang karena dia belum siap menghadapi sorotan publik yang sangat kejam. Mobil hitam itu melaju membelah kegelapan malam dengan kecepatan yang sangat tinggi menuju sebuah gedung pencatatan sipil yang sudah dijaga ketat.
Lampu sorot dari puluhan kamera jurnalis tiba-tiba menyilaukan pandangan Alana saat mobil berhenti tepat di depan pintu masuk utama yang didekorasi serba putih. Kenzo segera keluar dan memutari mobil untuk membukakan pintu bagi Alana dengan gerakan yang sangat posesif namun tetap terlihat sangat dingin.
"Tatap lurus ke depan dan jangan pernah melepaskan tanganku jika kau tidak ingin mereka menguliti masa lalumu secara hidup-hidup," bisik Kenzo dengan penuh penekanan.
Alana merasakan jemari Kenzo yang sangat kuat dan sangat hangat melingkari telapak tangannya yang kini mulai berkeringat karena rasa takut yang sangat luar biasa. Mereka berjalan melewati kerumunan orang yang saling berdesakan hanya untuk mengambil gambar calon pengantin paling fenomenal pada tahun ini.
Kilatan cahaya lampu kamera terus menghujani wajah Alana hingga kepalanya terasa sangat pening dan sangat berdenyut. Dia bisa mendengar bisikan-bisikan jahat dari para tamu undangan yang mempertanyakan alasan di balik pernikahan yang terkesan sangat mendadak dan sangat terburu-buru ini.
"Kenapa kau melakukan semua ini di tengah malam yang sangat sunyi dan penuh dengan misteri seperti ini, Kenzo?" tanya Alana dengan suara yang hampir tertelan oleh kebisingan.
Kenzo tidak memberikan jawaban sepatah kata pun melainkan hanya mempercepat langkah kakinya menuju sebuah meja panjang tempat seorang pejabat negara sudah menunggu. Di atas meja tersebut sudah tersedia dua buah buku nikah dan selembar dokumen pernyataan yang akan mengikat mereka selamanya di bawah hukum yang sah.
Pintu besar di belakang mereka tiba-tiba terbuka secara kasar dan menampilkan sosok ayah tiri Alana yang datang dengan pakaian yang sangat berantakan dan wajah yang sangat merah padam. Pria itu berteriak dengan suara yang sangat lantang hingga membuat seluruh prosesi pernikahan yang sakral tersebut terhenti seketika.
"Hentikan semua kegilaan ini sekarang juga karena aku tidak akan membiarkan putriku menikah dengan pria yang sudah menghancurkan bisnis keluargaku!" teriak ayah tiri Alana sambil mencoba menerobos barisan pengawal.
Alana mematung dengan tubuh yang gemetar hebat saat melihat sosok pria yang selama ini menjadi sumber ketakutan terbesar di dalam hidupnya muncul secara tiba-tiba. Dia mencengkeram lengan jas Kenzo dengan sangat erat seolah sedang mencari perlindungan dari ancaman yang kini sedang bergerak maju ke arahnya.
Kenzo hanya memberikan isyarat kecil dengan kepalanya kepada para petugas keamanan untuk segera menyeret pria paruh baya tersebut keluar dari ruangan tanpa ampun sedikit pun. Dia menatap ayah tiri Alana dengan tatapan yang sangat tajam dan penuh dengan penghinaan seolah pria itu hanyalah debu yang mengganggu pandangannya.
"Lanjutkan prosesinya sekarang juga atau aku akan memastikan tempat ini rata dengan tanah sebelum matahari pagi terbit," perintah Kenzo dengan nada yang sangat mutlak.
Pejabat yang memimpin acara tersebut segera membacakan sumpah pernikahan dengan suara yang terbata-bata karena merasa sangat terintimidasi oleh aura kegelapan yang dipancarkan oleh Kenzo. Alana menjawab setiap pertanyaan dengan suara yang sangat lemah sementara air mata mulai mengalir membasahi pipinya yang pucat pasi akibat tekanan mental yang sangat berat.
Setelah cincin emas murni melingkar di jari manisnya, Alana merasa seluruh kekuatannya telah habis tersedot oleh drama yang sangat melelahkan sejak awal malam tadi. Dia kini resmi menyandang nama keluarga Alfarezel namun dia merasa hatinya justru semakin kosong dan semakin jauh dari kata bahagia yang sebenarnya.
Kenzo menarik tubuh Alana secara tiba-tiba lalu mencium keningnya di depan seluruh jurnalis sebagai tanda kemenangan mutlak atas seluruh hambatan yang baru saja terjadi. Alana hanya bisa memejamkan mata dengan perasaan yang sangat hancur karena dia tahu bahwa pernikahan ini hanyalah awal dari penderitaan baru yang jauh lebih besar.
Tepat saat mereka hendak meninggalkan ruangan tersebut, seorang asisten pribadi Kenzo datang berlari dengan wajah yang sangat pucat dan napas yang memburu hebat. Asisten itu membisikkan sesuatu ke telinga Kenzo yang seketika membuat wajah sang tuan muda berubah menjadi sangat kaku dan sangat gelap.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa wajahmu terlihat seperti baru saja melihat hantu yang sangat mengerikan?" tanya Alana dengan rasa penasaran yang mulai merayap di hatinya.
Kenzo tidak menjawab melainkan justru menarik Alana dengan sangat kasar menuju sebuah pintu keluar rahasia yang mengarah langsung ke area parkir bawah tanah yang sangat sunyi. Alana merasakan firasat yang sangat buruk karena dia menyadari bahwa gaun pengantin paling mahal ini akan segera menjadi saksi dari hati yang paling sedih.
