Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Jalang Milikmu
"Apa kalian sudah tidur bersama?" tanya nya dengan suara yang serak.
"Kenapa kau bertanya urusan pribadi ku?"
"Jawab aku Luna! Apa kalian sudah tidur bersama??"
"Kalau iya kenapa??" tantang Luna dengan berani.
Plakk!!
Satu tamparan pun lolos di wajah Luna. Arkana tanpa sadar memukul wanita di hadapannya mendengar ucapan Luna barusan.
Luna tercekat. Ia memegangi pipinya yang terasa panas dan nyeri.
Namun beberapa detik berikutnya, Luna memukul kembali wajah Arkana dengan sekuat tenaga.
Plakk!!
Luna tahu mungkin kekuatannya tidak ada apa-apanya di tubuh Arkana. Maka itu, ia pun menendang milik Arkana yang berada di antara kedua pahanya, hingga pria itu meringis kesakitan.
"Kau menghancurkan kehormatan ku. Jelas-jelas kau tahu saat kita tidur bersama pertama kalinya, itu juga yang pertama bagiku. Hampir setiap hari aku selalu melayani mu, aku selalu ada di saat kau membutuhkan aku, meskipun yang kau butuhkan hanya tubuhku. Tapi kau bisa dengan lantang memanggilku jalang?"
"Jalang siapa yang kau maksud? Wanita jalang milikmu??"
"Kau yang membuat aku menjadi jalang, tapi kau malah marah-marah kepadaku. Sebenarnya apa maumu?" teriak Luna jengah.
"Aku memang menyukai uangmu, Arkana. Kau tahu kenapa? Karena tidak ada yang bisa aku ambil darimu kecuali uang. Kau tidak layak mendapatkan segala bentuk kehangatan dan ketulusan cinta dari siapapun!" ucap Luna hendak pergi.
"Luna!" teriak Arkana.
Gadis itu menoleh dan melihat Arkana masih memegangi miliknya. Wajahnya merah padam menahan rasa sakit yang sepertinya terlihat amat sangat itu.
"Oh iya dan mengenai Radika. Sepertinya lebih baik aku menceritakan segalanya kepada dia agar berhenti mencintaiku seperti keinginanmu."
"Apa maksudmu?" tanya Arkana.
Arkana menatap Luna dengan tajam.
"Jika kau ingin kami berpisah, maka aku akan mengatakan bahwa aku adalah wanita yang telah dirusak oleh om nya sendiri!"
"Luna Evelyn! Jangan lancang kamu!"
"Kenapa?? Kamu takut?? Kamu nggak bisa menanggung semua rasa malu tapi kamu membebankan semua di aku, gitu?"
Arkana terdiam menahan gejolak di dalam dirinya.
"Aku nggak akan terpuruk hanya karena sikap kasar dan gila kamu, Arkana. Aku terlalu terbiasa menghadapi kegilaan orang-orang di sekitarku, termasuk dirimu."
"Kamu pikir laki-laki hanya ada kamu dan Radika? Ada banyak di luar sana yang bahkan bisa lebih manusiawi dibanding kamu!"
Setelah mengatakan itu, Luna pun pergi meninggalkan Arkana sendiri. Pria itu masih memegangi miliknya yang terasa nyeri akibat tendangan Luna.
Sedangkan Luna telah berjalan kembali ke kursi Radika. Saat berjalan kembali itu, barulah Luna sadar dengan siapa Arkana datang.
Ternyata mereka lagi makan malam romantis disini.
Cihh.
Luna hanya melirik masam lalu kembali berjalan meninggalkan Maya yang sedang memperhatikannya dengan heran.
"Kamu lama sekali Lun?" tanya Radika.
"Iya, maaf ya tadi kamar mandinya ngantri. Giliran aku paling terakhir, jadi aku lama deh," sahut Luna.
Radika pun mengangguk seraya memperhatikan Luna. Keningnya berkerut ketika menyadari ada yang salah di wajah gadis itu.
"Lun, wajahmu merah, kenapa?" tanya Radika seraya menyentuh wajah Luna.
Bersamaan dengan itu, Arkana pun tiba di mejanya. Ia melihat interaksi antara Radika dan Luna sejenak, lalu mengalihkan kembali pandangannya pada Maya.
Wanita Jalang!
"Loh Kak? Wajah kakak kenapa? Kok merah?" tanya Maya terkejut.
"Tidak apa-apa, tadi hanya bertengkar dengan preman di belakang."
"Ya ampun kok bisa?" tanya Maya seraya menyentuh wajah Arkana.
Arkana terdiam, membiarkan Maya menyentuh dan mengusap wajahnya. Ia pun memejamkan matanya sejenak dan menghela nafas panjang.
Beberapa detik berikutnya, ia kembali membuka mata dan menatap Maya.
"Wajahku tidak apa-apa Maya," ucapnya.
Lalu dengan gerakan cepat, Arkana menarik kepala Maya agar menjadi lebih dekat dengannya.
Tanpa aba-aba, pria itu mencium bibir Maya begitu saja. Ciuman yang tidak begitu lama namun tidak juga singkat.
Luna terkesiap. Pemandangan itu tepat berada di hadapannya. Ia pun memperhatikan keduanya dan melihat bagaimana reaksi Arkana dari setiap sentuhan bibir itu.
Luna menelan saliva nya perlahan, menggenggam kedua tangannya sendiri.
Setelah menamparku dia mencium Maya. Arkana, dia selalu berhasil membuat hatiku runtuh.
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.