NovelToon NovelToon
ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

ADOPSI YANG MENJADI OBSESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ia ditemukan di tengah hujan, hampir mati, dan seharusnya hanya menjadi satu keputusan singkat dalam hidup seorang pria berkuasa.

Namun Wang Hao Yu tidak pernah benar-benar melepaskan Yun Qi.

Diadopsi secara diam-diam, dibesarkan dalam kemewahan yang dingin, Yun Qi tumbuh dengan satu keyakinan: pria itu hanyalah pelindungnya. Kakaknya. Penyelamatnya.
Sampai ia dewasa… dan tatapan itu berubah.

Kebebasan yang Yun Qi rasakan di dunia luar ternyata selalu berada dalam jangkauan pengawasan. Setiap langkahnya tercatat. Setiap pilihannya diamati. Dan ketika ia mulai jatuh cinta pada orang lain, sesuatu dalam diri Hao Yu perlahan retak.

Ini bukan kisah cinta yang bersih.
Ini tentang perlindungan yang terlalu dalam, perhatian yang berubah menjadi obsesi, dan perasaan terlarang yang tumbuh tanpa izin.

Karena bagi Hao Yu, Yun Qi bukan hanya masa lalu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

Hujan turun sejak pagi, tipis tapi terus-menerus, membuat kota tampak kusam seperti foto lama. Yun Qi berdiri di depan jendela apartemen, menatap titik-titik air yang berlari pelan di kaca. Tangannya memegang ponsel, layar menyala tanpa pesan baru. Ia sudah menunggu sejak subuh kebiasaan bodoh yang ia tahu tak ada gunanya, tapi tetap ia lakukan. kesunyian tidak lagi terasa seperti jeda. Ia menjadi latar permanen.

Bel sekolah berbunyi siang itu, Yun Qi berjalan keluar gerbang bersama arus siswa lain. Tasnya tergantung di satu bahu, langkahnya ringan tapi pikirannya berat. Ia menyeberang jalan, berhenti sebentar karena lampu merah. Di seberang, sebuah sedan hitam terparkir rapi. Tidak mencolok justru terlalu rapi untuk sekadar kebetulan. Yun Qi menoleh. Mobil itu masih di sana ketika ia mulai berjalan lagi. Pasti cuma kebetulan, katanya pada diri sendiri. Namun kebetulan itu terulang.

Hari berikutnya, sedan hitam itu kembali muncul. Kadang di seberang sekolah, kadang di dekat minimarket bawah apartemen, kadang beberapa mobil di belakang bus yang ia tumpangi. Tidak pernah mendekat. Tidak pernah membuat gerakan mencurigakan. Hanya ada selalu diam dan konsisten.

Sore itu, Yun Qi berhenti di depan rak mi instan. Tangannya mengambil satu, lalu ragu, menggantinya dengan merek lain. Ia berbalik dan menangkap pantulan bayangan di kaca kulkas minuman. Seorang pria berdiri beberapa langkah di belakangnya, tinggi, berpakaian sederhana, wajah datar tanpa ekspresi berlebihan. Begitu mata mereka bertemu lewat pantulan, pria itu sedikit menunduk, lalu berpaling, seolah tidak ingin membuatnya canggung. Yun Qi menelan ludah. Ia membayar di kasir, melangkah keluar. Pria itu keluar beberapa detik kemudian, berhenti di pintu, membiarkannya berjalan duluan. Jarak mereka tetap tidak dekat, tidak jauh.

Di lift apartemen, Yun Qi menekan tombol lantai. Pintu hampir tertutup ketika sebuah tangan menahannya. Pria yang sama masuk, berdiri di sisi lain. Lift bergerak naik. Keheningan terasa tebal. Yun Qi memandangi angka-angka yang menyala. Nafasnya teratur, tapi jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. “Maaf,” katanya akhirnya, suara rendah tapi jelas. “Anda… mengikuti saya?” Pria itu menoleh, menatapnya singkat. “Tidak.” Jawabannya tenang, datar. Terlalu datar.

Lift berhenti di lantai Yun Qi. Pintu terbuka. Ia melangkah keluar, ragu sesaat, lalu berhenti dan berbalik.b“Kalau begitu,” katanya hati-hati, “kenapa kita sering bertemu?” Pria itu menghela napas pelan, seolah menimbang. “Karena itu tugas saya.”

“Tugas?” Yun Qi mengerutkan kening. “Nama saya Fan Xiao,” katanya. “Saya… diminta menjaga Anda.” Kata menjaga membuat perut Yun Qi mengencang. “Menjaga? Oleh siapa?”

Fan Xiao tidak langsung menjawab. Tatapannya turun sebentar, lalu naik lagi, lebih lembut. “Wang Hao Yu.” Nama itu jatuh seperti batu ke air tenang. “Gege?” Yun Qi spontan memanggil, lalu buru-buru merapikan nadanya. “Maksud saya… tuan Hao Yu meminta Anda?”

“Iya,” jawab Fan Xiao singkat. “Saya temannya.” Yun Qi berdiri kaku. Banyak pertanyaan menyerbu bersamaan, membuat lidahnya kelu. “Kenapa… kenapa Gege tidak bilang?”

“Beliau tidak ingin Anda khawatir,” kata Fan Xiao. “Dan tidak ingin mengganggu kehidupan Anda.” Yun Qi tertawa kecil tawa yang tidak benar-benar sampai ke mata. “Dengan cara ini?” Fan Xiao menunduk sedikit. “Saya minta maaf kalau membuat Anda tidak nyaman. Saya akan jaga jarak.”

Malam itu, Yun Qi tidak langsung masuk kamar. Ia duduk di sofa, memeluk bantal, ponsel di pangkuan. Jarinya bergerak, berhenti, bergerak lagi.

Yun Qi: Ge, Anda menyuruh orang mengikutiku?

Pesan terkirim. Ia menunggu. Lama. Balasan datang hampir satu jam kemudian.

Hao Yu: Iya. Untuk sementara.

Yun Qi membaca dua kata itu berulang kali. Untuk sementara. Ia menarik napas, mengetik dengan lebih formal seperti yang selalu ia lakukan ketika berbicara dengan Hao Yu.

Yun Qi: Saya tidak apa-apa. Tidak perlu sejauh itu.

Titik-titik mengetik muncul. Menghilang. Muncul lagi.

Hao Yu: Ini bukan soal Anda kuat atau tidak. Ini soal saya tenang.

Kata tenang membuat dadanya menghangat sekaligus sesak.

Yun Qi: Tapi saya merasa… diawasi.

Beberapa menit berlalu.

Hao Yu: aku minta maaf. aku tidak akan menariknya sekarang. Tapi aku janji, tidak ada yang akan menyentuh batas mu.

Yun Qi menutup mata. Ia ingin marah, ingin protes, tapi bagian lain dari dirinya bagian yang tumbuh dalam sunyi merasa… dilindungi. Perasaan itu membuatnya bingung.

Hari-hari setelahnya berubah ritmenya. Fan Xiao tidak lagi muncul terlalu dekat. Yun Qi jarang melihatnya secara langsung, tapi selalu ada tanda-tanda kecil: bayangan mobil di ujung jalan, sosok yang berdiri tak jauh di halte, seseorang yang berhenti di lorong ketika ia lewat. Tidak mengganggu, tidak menyapa.

Sekolah berjalan seperti biasa. Yun Qi mulai belajar lebih giat mengisi ruang kosong dengan angka dan huruf. Ia duduk di perpustakaan sampai senja, membaca buku-buku tebal yang berbau kertas lama. “Qi, lu kenapa makin pendiam?” Mei bertanya suatu sore, menyodorkan minuman kaleng. “Biasa aja sih,” jawab Yun Qi, nada santai. “Lagi capek aja.”

“Bohong,” Mei menyengir. “Tapi yaudah. Kalau lu butuh temen curhat, bilang aja.” Yun Qi tersenyum, mengangguk. Ada hal-hal yang tidak bisa ia ceritakan bukan karena tidak percaya, tapi karena terlalu rumit untuk dijelaskan.

Di apartemen, Yun Qi menemukan rutinitas baru. Ia belajar memasak sederhana, membersihkan rumah lebih teliti dari biasanya, menyiram tanaman kecil di balkon. Setiap tindakan terasa seperti cara bertahan.

Suatu malam, hujan turun deras. Listrik padam sesaat, membuat apartemen gelap. Yun Qi berdiri di tengah ruang tamu, jantungnya berdebar. Ia menyalakan ponsel, senter kecil menerangi sekeliling.

Bel pintu berbunyi. Yun Qi tersentak. Nafasnya tertahan. Ia berjalan pelan ke pintu, mengintip lewat lubang kecil.

Fan Xiao berdiri di luar, basah kuyup. “Maaf,” katanya ketika Yun Qi membuka pintu sedikit. “Listrik di gedung padam. Saya hanya ingin memastikan Anda aman.” Yun Qi membuka pintu lebih lebar. “Masuk. Anda kehujanan.”

Fan Xiao ragu, lalu masuk. Ia berdiri kaku di dekat pintu, air menetes dari ujung rambutnya ke lantai. “Terima kasih,” katanya. Yun Qi mengambil handuk kecil, menyodorkannya. “Silakan.” Ia tidak bertanya lagi. Tidak perlu. Ada rasa aman aneh yang menyusup bukan karena Fan Xiao ada di sana, tapi karena ia tahu Hao Yu memikirkan keamanannya bahkan dari jarak sejauh itu.

Malam itu, Yun Qi duduk di tepi ranjang, menatap hujan yang memukul jendela. Ponselnya bergetar.

Hao Yu: Fan Xiao bilang listrik padam. Anda baik-baik saja?

Yun Qi: Iya, Ge. Saya aman.

Ia mengetik, berhenti, lalu menambahkan.

Yun Qi: Terima kasih.

Balasan datang cepat.

Hao Yu: Tidurlah. Jangan begadang.

Yun Qi tersenyum kecil. Ia meletakkan ponsel, mematikan lampu. Dalam gelap, ia menyadari sesuatu yang pelan tapi pasti: jarak lima tahun yang akan datang tidak dimulai dengan perpisahan besar atau janji manis. Ia dimulai dengan pengawasan yang sunyi, perlindungan yang tidak diminta, dan rasa aman yang tumbuh bersamaan dengan kebingungan.

Dan di suatu tempat jauh, Wang Hao Yu duduk di ruang rapat yang dingin, pikirannya sesekali melayang ke seorang gadis yang kini tidak lagi sendirian meski ia belum tahu, perlindungan itu kelak akan berubah bentuk, perlahan, tanpa ia sadari.

1
@fjr_nfs
tinggalkan like dan Komen kalian ☺❤️‍🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!