NovelToon NovelToon
Mahar Nyawa Untuk Putri Elf

Mahar Nyawa Untuk Putri Elf

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Perperangan / Elf / Action / Budidaya dan Peningkatan / Cinta Murni
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Alif

Dibuang ke neraka Red Line dengan martabat yang hancur, Kaelan—seorang budak manusia—berjuang melawan radiasi maut demi sebuah janji. Di atas awan, Putri Lyra menangis darah saat tulang-tulangnya retak akibat resonansi penderitaan sang kekasih. Dengan sumsum tulang yang bermutasi menjadi baja dan sapu tangan Azure yang mengeras jadi senjata, Kaelan menantang takdir. Akankah ia kembali sebagai pahlawan, atau sebagai monster yang akan meruntuhkan langit demi menagih mahar nyawanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Alif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Legiun Karang

Angin dingin di Sektor 4 malam ini membawa aroma debu besi dan keputusasaan yang lebih pekat dari biasanya. Di tengah lapangan terbuka yang dikelilingi oleh barak-barak rapuh, Kaelan berdiri di atas sebuah balok batu tambang yang besar. Cahaya obor yang tertiup angin menciptakan bayangan panjang yang menari-nari di wajahnya yang kini tampak lebih tegas. Di sekelilingnya, ribuan budak penambang berkumpul dalam keheningan yang mencekam, mata mereka tertuju pada sosok pria yang tadi siang berani menghancurkan cambuk pengawas.

"Kaelan, utusan dari High Council akan tiba dalam hitungan jam," bisik Bara sembari mendekat, tangannya menggenggam sepotong roti gandum yang keras dan berdebu. "Mereka tidak akan memaafkan apa yang terjadi pada Letnan Kaelis di gudang tempo hari, apalagi setelah kau terang-terangan membela budak-budak tua ini."

Kaelan menerima roti itu, namun ia tidak memakannya. Ia melihat seorang anak kecil di dekat kaki balok batu itu, tubuhnya kurus kering dengan mata yang cekung akibat kelaparan. Tanpa ragu, Kaelan berjongkok dan menyerahkan roti itu kepada sang anak.

"Makanlah. Kau butuh kekuatan untuk berdiri tegak besok pagi," ucap Kaelan lembut.

"Tapi kau belum makan sejak terobosan kekuatanmu kemarin, Kaelan!" protes Bara dengan suara tertahan. "Tubuhmu sedang memproses energi Spark Tahap 3. Tanpa nutrisi, kau akan kolaps sebelum utusan itu sampai."

Kaelan berdiri kembali, menatap Bara dengan tatapan yang membuat raksasa itu terdiam. "Perutku mungkin kosong, Bara. Tapi jiwaku sedang kenyang oleh harapan mereka. Jika aku memakan roti ini sementara mereka kelaparan, maka aku tidak layak berdiri di atas batu ini."

Di ketinggian Benua Langit, suasana di meja makan mewah istana Elviana sangat kontras namun memiliki ketegangan yang sama. Pangeran Alaric duduk di ujung meja panjang yang dipenuhi hidangan daging panggang, buah-buahan kristal, dan anggur terbaik. Di seberangnya, Lyra duduk mematung. Piring di depannya masih bersih, tak tersentuh sedikit pun.

"Lyra, ini sudah hari ketiga kau menolak menyentuh makananmu," Alaric berkata sembari memotong daging dengan anggun. "Jangan biarkan emosi kekanak-kanakanmu merusak kesehatanmu. Kau butuh tenaga untuk upacara penyerahan upeti nanti."

Lyra menatap piring kosong itu, namun penglihatannya seolah menembus lantai istana, menuju daratan Terra yang gelap. Melalui resonansi penderitaan, ia bisa merasakan rasa lapar yang melilit perut Kaelan. Setiap kali perutnya berbunyi karena lapar, ia justru merasa lebih dekat dengan pria itu.

"Aku tidak lapar, Alaric," sahut Lyra dingin. "Bagaimana aku bisa menelan makanan ini jika aku tahu setiap kunyahannya berasal dari keringat dan darah mereka yang kau sebut beban logistik?"

Alaric membanting garpu peraknya ke atas piring porselen hingga menimbulkan bunyi denting yang memekakkan telinga. "Berhenti bersikap sok suci! Kau adalah seorang putri Elf! Martabatmu ada di sini, di atas awan, bukan di lumpur bersama tikus-tikus tambang itu!"

"Martabat tidak diukur dari ketinggian tempat kita berdiri, Alaric," Lyra berdiri, suaranya bergetar namun penuh wibawa. "Tapi dari seberapa berani kita mengakui kemanusiaan orang lain. Jika kau ingin aku makan, maka berhentilah menindas mereka di bawah sana."

Lyra berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Alaric yang wajahnya memerah karena murka. Di dalam kamarnya yang terkunci, Lyra jatuh terduduk di lantai. Rasa lapar yang hebat menghantamnya, namun itu bukan hanya laparnya sendiri. Ia merasakannya—rasa lapar Kaelan yang kini bercampur dengan energi perak yang sedang mencari keseimbangan di dalam tulang pria itu.

Kembali di Terra, suasana di lapangan semakin panas. Seorang pengawas senior dengan zirah perunggu maju ke depan, dikawal oleh sepuluh penjaga bersenjata tombak energi.

"Kaelan! Turun dari sana!" teriak pengawas itu. "Kau telah memprovokasi massa dan menyembunyikan pencuri inti kristal hijau. Serahkan dirimu sekarang, atau kami akan mengurangi jatah makanan seluruh sektor ini menjadi setengah untuk sebulan ke depan!"

Gumam kemarahan terdengar dari kerumunan budak. Beberapa orang mulai menoleh ke arah Kaelan dengan tatapan ragu. Fitnah adalah senjata paling ampuh yang dimiliki para penjaga untuk memecah belah solidaritas para budak.

"Kalian dengar itu?" Kaelan bersuara, suaranya menggema di seluruh lapangan berkat manipulasi energi Iron Bone di tenggorokannya. "Mereka ingin menyalahkan kita atas kegagalan mereka sendiri. Mereka menyebut kita pencuri, padahal merekalah yang mencuri masa depan kita, mencuri matahari kita, dan kini mereka ingin mencuri harga diri kita!"

"Tapi kami lapar, Kaelan! Anak-anak kami butuh makan!" teriak seorang budak dari kejauhan.

Kaelan melompat turun dari balok batu, mendarat tepat di depan pengawas itu. Tekanan udara di sekitarnya mendadak berubah. Partikel debu perak mulai berputar di sekitar kaki Kaelan, tanda bahwa auranya sudah tidak bisa lagi disembunyikan sepenuhnya.

"Kau ingin aku menyerah?" Kaelan menatap mata pengawas itu dengan tajam. "Lakukan. Tapi ketahuilah, jika kau menangkapku hari ini, kau tidak akan menangkap satu orang budak. Kau akan menangkap ribuan orang yang sudah tidak lagi takut pada cambukmu."

Kaelan menoleh ke arah kerumunan budak. "Kita telah hidup seperti debu yang tertiup angin. Kita mudah dihancurkan karena kita terpisah-pisah. Tapi lihatlah karang di tepi laut. Air tidak bisa menghancurkannya, badai tidak bisa memindahkannya. Mulai malam ini, kita bukan lagi budak Sektor 4. Kita adalah Karang yang akan memecah ombak penindasan mereka!"

"Legiun Karang!" Bara berteriak sembari mengangkat tinjunya ke udara.

Satu per satu, para budak mulai mengikuti. "Legiun Karang! Legiun Karang!"

Suara itu membumbung tinggi ke langit, membelah keheningan malam. Para penjaga mulai melangkah mundur, ketakutan melihat ribuan orang yang biasanya menunduk kini menatap mereka dengan kepala tegak.

Namun, di tengah gelombang semangat itu, Kaelan mendadak tersungkur berlutut. Rasa lapar yang dikirimkan oleh Lyra melalui resonansi batin menghantamnya seperti pukulan fisik. Di saat yang sama, ia merasakan aura gelap yang sangat dingin mendekat dari arah luar gerbang sektor.

"Kaelan! Ada apa?" Mina berlari mendekat, mencoba menopang tubuh Kaelan yang mulai mendingin.

"Mereka... mereka tidak datang sendiri," bisik Kaelan dengan gigi gemeretak. "Void. Alaric mengirim sesuatu dari Celah Void untuk memadamkan kita."

Kegelapan yang merayap di balik gerbang Sektor 4 bukan sekadar malam tanpa bintang. Itu adalah keheningan yang menghisap suara, sebuah kabut hitam yang membawa aroma tanah kuburan dan logam berkarat. Para penjaga berzirah perunggu yang tadinya sombong kini gemetar, tombak energi mereka bergetar hebat saat melihat bayangan-bayangan tanpa wajah mulai merayap di dinding pembatas.

"Void... Legiun Bayangan telah menembus Garis Merah!" teriak salah seorang budak dengan nada histeris.

Kaelan mencoba bangkit, meskipun perutnya terasa melilit hebat akibat resonansi kelaparan dari Lyra. Setiap napas yang ia tarik terasa berat, seolah-olah atmosfer di sekitarnya sedang diperas oleh kekuatan gaib. Di batinnya, ia bisa merasakan Lyra yang sedang meringkuk di pojok kamarnya di Benua Langit, menolak suapan makanan terakhir dari pelayan istana sebagai bentuk protes.

"Lyra... jangan sekarang... aku butuh kekuatanmu," bisik Kaelan sembari mencengkeram dadanya yang terasa kosong.

Bara segera berdiri di depan Kaelan, mengangkat sebuah perisai besi tua yang penuh dengan bekas hantaman kapak. "Kaelan, tetaplah di bawah! Biar aku dan mereka yang masih kuat menahan gerbang ini! Kau sudah memberikan kami harapan, sekarang biarkan kami melindungimu!"

"Tidak, Bara," Kaelan memaksakan diri untuk berdiri tegak, membiarkan energi Spark Tahap 3 miliknya mengalir keluar untuk melawan rasa lapar yang melumpuhkan. "Seorang pemimpin tidak berdiri di belakang perisai kawan-kawannya. Dia adalah perisai itu sendiri."

Kaelan melangkah maju, melewati barisan budak yang ketakutan. Ia mengambil sebuah obor dari dinding dan melemparkannya ke arah kabut hitam yang mendekat. Saat api obor itu menyentuh kabut, suara pekikan melengking yang memekakkan telinga terdengar, membuat para budak menutup telinga mereka rapat-rapat.

"Dengarkan aku, Legiun Karang!" suara Kaelan menggelegar, membelah kebisingan pekikan Void. "Makhluk-makhluk ini memakan rasa takut kalian! Jika kalian lari, mereka akan mengejar! Jika kalian bersembunyi, mereka akan menemukan! Tapi jika kalian berdiri sebagai satu kesatuan, kalian adalah karang yang tidak bisa mereka tembus!"

Mina berlari di antara kerumunan, membawa botol-botol kecil berisi ramuan pemurni yang ia buat dari limbah kristal hijau tempo hari. "Siramkan ini ke alat tambang kalian! Ini akan memberikan pendaran energi untuk melukai bayangan itu!"

Para budak mulai bergerak. Ketakutan yang tadinya melumpuhkan kini berganti menjadi keberanian yang terdesak. Mereka mulai membasahi linggis, kapak, dan sekop mereka dengan cairan dari Mina. Alat-alat kerja itu kini berpendar hijau redup, menciptakan garis pertahanan cahaya di tengah kegelapan.

Di Benua Langit, Lyra merasakan lonjakan adrenalin Kaelan. Ia membuka matanya yang mulai sayu karena kekurangan nutrisi. Pendaran ungu di matanya mulai bergejolak, menunjukkan bahwa Mata Void-nya merespons ancaman yang sedang dihadapi Kaelan.

"Kau ingin aku makan, Alaric?" Lyra bergumam lirih di dalam kamarnya yang sunyi, meskipun Alaric sudah pergi. "Akan kumakan rasa sakit ini agar dia bisa menang."

Lyra meraih sepotong roti kering yang ia sembunyikan di balik bantalnya—roti pemberian seorang pelayan Terra yang setia padanya. Ia mengunyahnya dengan paksa, menelan setiap butiran kasar itu dengan air mata yang mengalir. Melalui resonansi, rasa kenyang yang tiba-tiba muncul di perut Lyra segera merambat turun ke Terra, menyuntikkan energi instan ke dalam sel-sel tubuh Kaelan yang kelaparan.

Kaelan merasakan aliran tenaga baru yang hangat menjalar di otot-ototnya. Rasa lemasnya menghilang dalam sekejap. Ia menatap ke langit, mengetahui bahwa Lyra baru saja menyelamatkannya dari kejauhan.

"Terima kasih, Putriku," batin Kaelan.

Dengan satu raungan keras, Kaelan menerjang masuk ke dalam kabut hitam. Kapak tambangnya yang berpendar perak menebas bayangan pertama yang mencoba menerkam seorang budak tua. Splash! Bayangan itu buyar menjadi partikel hitam yang segera lenyap terkena aura perak Kaelan.

"Serang!" teriak Bara sembari menghantamkan perisainya.

Pertempuran pecah di mulut gerbang Sektor 4. Para budak yang selama ini dianggap sampah kini bertarung dengan keganasan yang tidak terduga. Mereka tidak lagi bertarung demi upah atau jatah makanan, melainkan demi satu nama yang baru saja mereka sepakati: martabat.

Kaelan bergerak seperti badai di tengah-tengah Legiun Bayangan. Setiap ayunan kapaknya meruntuhkan formasi makhluk-makhluk Void itu. Namun, di balik kabut, ia melihat sosok yang lebih besar—seorang Avatar Void dengan zirah hitam yang menyerupai zirah pengawal Alaric.

"Jadi kau adalah tikus yang membuat keributan ini," suara Avatar itu terdengar berat dan bergema, seolah-olah ribuan jiwa sedang berbisik bersamaan.

Kaelan tidak mundur. Ia berdiri di atas tumpukan debu bayangan yang telah ia hancurkan. "Aku adalah orang yang akan memastikan kalian kembali ke kedalaman Celah Void tanpa membawa satu pun nyawa dari sini."

"Berani sekali seekor Spark Tahap 3 menantang bayangan Sovereign," Avatar itu mengangkat pedang hitamnya yang panjang.

Kaelan merasakan tekanan yang luar biasa, namun ia justru tersenyum tipis. Ia bisa merasakan batin Lyra yang kini sedang berdoa dengan khusyuk di Benua Langit, memberikan dukungan moral yang tak terlihat namun terasa seperti tembok baja di punggungnya.

"Aku mungkin hanya Tahap 3," ujar Kaelan sembari memutar kapaknya. "Tapi aku membawa harapan dari ribuan orang yang sudah tidak punya alasan untuk takut lagi."

Bara, Mina, dan seluruh budak yang masih bisa bertarung berkumpul di belakang Kaelan, membentuk formasi setengah lingkaran yang rapat. Mereka adalah karang yang kokoh, dan malam ini, mereka akan membuktikan bahwa kegelapan paling pekat sekalipun tidak bisa memadamkan cahaya kemanusiaan yang sedang bangkit.

Di saat pedang hitam Avatar Void itu mulai turun, Kaelan melepaskan seluruh energi peraknya dalam satu ledakan terkendali, menerangi seluruh sektor dengan cahaya yang begitu murni hingga kabut hitam itu mulai menguap.

1
prameswari azka salsabil
ok sip kalau begitu
prameswari azka salsabil
bagus kaelan
prameswari azka salsabil
kaelan semakin kuat💪👍
prameswari azka salsabil
dataran tinggi?
prameswari azka salsabil
lasihan lyrs🤣🤣
prameswari azka salsabil
baguslah kalau begitu👍
prameswari azka salsabil
awal keseruan
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
sungguh pengertian
prameswari azka salsabil
kasihan sekali kaelan
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
luar biasa
Kartika Candrabuwana: jos pokoknya👍
total 1 replies
prameswari azka salsabil
ujian ilusi
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
sesuai namanya
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
syukurlah kaelan meningkat
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
ada petubahan tradisi?
Kartika Candrabuwana: pergerseran nilai
total 1 replies
prameswari azka salsabil
kaelan bertahanlah
Kartika Candrabuwana: ok. makasih
total 1 replies
prameswari azka salsabil
bertarung dengan bayangan🤣
Indriyati
iya. untuk kehiduoan yang lebih baik
Kartika Candrabuwana: betul sekali
total 1 replies
Indriyati
ayo kaelan tetap semanhat😍
Kartika Candrabuwana: iya. nakasih
total 1 replies
Indriyati
bagus kaelan semakinnkuat👍😍
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
Indriyati
iya..lyra berpikir positif dan yakin👍💪
Kartika Candrabuwana: betul
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!