NovelToon NovelToon
Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"

"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

"Kamu sudah bangun?" tanya Mery saat baru saja membuka pintu kamar, serta mendapati Arya sedang duduk bersandar di atas ranjang. Itu berarti, Mama dan ayahnya sudah pulang.

"Eh iya, aku sudah bangun," jawab Arya dengan gugup.

"Barusan bangun atau sudah tadi?" tanya Mery dengan tatapan menyelidiki.

"Baru saja," jawab Arya. Mery pun mengangguk tipis.

"Tadi aku sedikit mendengar ada suara. Apa kita sedang kedatangan tamu?" tanya Arya dengan pura-pura.

"Iya, Mama dan Ayah tadi berkunjung kemari," jawab Mery.

"Kenapa kamu tidak membangunkan aku?" tanya Arya dengan basa-basi.

"Mereka bilang, tidak ingin mengganggu istirahatmu. Baik kan mereka?" tanya Mery yang membuat Arya mengulas senyum.

"Karena aku tadi bilang kalau kamu sedang sakit," imbuh Mery, yang sebenarnya Arya juga sudah tahu semua obrolan Mery bersama kedua orang tuanya.

"Apa kamu lapar?" tanya Mery.

"Tidak, aku tidak ingin terlalu banyak makan. Tidak enak jika harus berkali-kali keluar masuk kamar mandi lagi," jawab Arya.

"Apa perutmu sudah membaik? Apa perlu aku buatkan teh hangat? Atau air madu hangat? Atau kamu ingin apa?" tanya Mery dengan perhatian.

"Tidak, tidak perlu, kamu istirahat saja," ucap Arya dengan sungkan.

"Okelah, kalau gitu aku mau mandi dulu. Seharian ini aku belum mandi karena merawat kamu. Sore hari habis bersih-bersih, rencana mau mandi, tapi ternyata Ayah dan Mama datang kemari," jelas Mery.

"Hmb, kamu mandilah dulu, lalu istirahat," ucap Arya yang wajahnya masih nampak sedikit pucat.

***

Beberapa saat kemudian, setelah Arya memastikan, bahwa Mery benar-benar mandi, terdengar dari suara gemericik air. Arya pun segera turun dari ranjang, dia berjalan dengan cepat ke arah meja makan, tapi ternyata meja makan itu sudah kosong dan bersih. Arya pun berjalan ke ruang tamu dan dia menemukan hal yang sama, bahwa meja ruang tamu sudah bersih dan rapi. Arya akhirnya segera berjalan dengan cepat ke arah dapur, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut meja dapur, tapi juga tidak mendapati ada apapun di sana.

"Oleh-oleh apa gerangan yang bisa membuat Mery begitu senang?" gumam Arya. Dia masih terus berusaha mengedarkan pandangannya lagi dengan jeli, tapi memang tempat tersebut sudah bersih dan tidak ada apa-apa di atas meja dapurnya.

"Satu-satunya tempat penyimpanan," ucap Arya sembari melihat ke arah kulkas. Arya pun berjalan ke arah kulkas tersebut dan membukanya. Benar saja, dia mendapati yang dia cari, ada beberapa kue coklat yang sepertinya, bukan Arya ataupun Mery yang membeli, karena sebelumnya kue tersebut tidak ada.

"Apa ini tadi yang dibawakan oleh Mama mertua?" tanya Arya pada dirinya sendiri. Arya pun mencoba mencicipi satu suap kue yang ada di kulkas tersebut.

"hmb, rasanya benar-benar enak," gumam Arya.

"Sayang sekali aku tidak bisa memakannya banyak-banyak, karena perutku sedang eror," ucap Arya lagi. Dia pun segera menutup kulkas kembali dan segera duduk di sofa ruang tamu sembari memainkan ponselnya.

***

Ting tong.

Beberapa saat kemudian bel rumah Arya berbunyi lagi. "Siapa yang bertamu malam-malam begini?" tanya Arya sembari beranjak dari sofa dan menuju ke arah pintu.

"Permisi, apa benar ini rumah Pak Arya?" tanya seorang lelaki yang baru saja menekan bel, setelah Arya membuka pintu.

"Benar, anda siapa?" tanya Arya.

"Ini Pak, pesanan untuk Bu Mery," ucap Pria tersebut sembari menyodorkan satu kantong kresek.

"Apa ini?" tanya Arya sembari menerima kantong kresek tersebut, tapi pria tadi tidak menjawab, dia segera berlalu begitu saja meninggalkan Arya yang masih bertanya-tanya.

"Eh, ini apa?" teriak Arya, tapi Pria tersebut berlalu semakin jauh mengendarai motornya.

"Apa sih ini?" tanya Arya pada dirinya sendiri sembari mengerutkan kening.

"Pengirimnya juga aku tidak kenal, tapi knapa dia tahu nama istriku?" Tidak henti-hentinya Arya bergumam sendirian. Arya pun segera berjalan ke arah teras rumah dan membuang bingkisan dari orang tidak dikenal itu ke tong sampah tanpa membuka isinya. Kemudian Arya masuk kembali ke rumah dan memainkan ponselnya.

Setelah seharian dia tidak memegang ponsel, dia sedikit terkejut karena mendapati banyak sekali pesan dan panggilan tidak terjawab, sebagian besar semua itu dari Hany. Arya membuka satu persatu pesan yang isinya semua umpatan dan rasa curiga, karena Arya tidak kunjung menerima panggilan ataupun membalas pesan dari Hany.

"Arya." Tepat saat Arya hendak membalas pesan dari Hany, dia sedikit dikejutkan oleh suara Mery dari lantai atas.

"Iya," jawab Arya dengan sedikit berteriak.

"Apa pesananku sudah tiba?" tanya Mery.

"Pesanan apa?" tanya Arya sembari tetap fokus pada ponselnya.

"Aku tadi memesan nasi goreng karena belum makan seharian," jawab Mery sembari menuruni tangga.

"Tidak ada yang datang," ucap Arya dengan tetap menatap ponsel.

"Masak sih? Kok di sini pesanannya udah diselesaikan?" gumam Mery sembari melihat ponselnya dan segera duduk di sebelah Arya.

Degh.

Saat Arya masih memikirkan kata-kata yang pas untuk membalas pesan dari Hany, tiba-tiba saja dia teringat akan sesuatu. "Apa jangan-jangan pria yang tadi itu kurir?" monolog Arya dalam hati sembari menelan salivanya.

"Kamu seharian belum makan?" tanya Arya dengan terkejut.

"Hmb, aku hanya minum teh dan makan sedikit kue tadi bersama Mama dan Ayah," Jawab Mery dengan tidak memalingkan pandangannya pada telepon genggamnya.

Glek.

Arya menelan saliva. "Bagaimana bisa aku tidak peka sama sekali terhadap orang yang sudah merawatku?" batin Arya. Arya pun segera meletakkan ponselnya di meja dan mencoba berpikir.

"Apa aku komplain aja ya ini kurirnya?" tanya Mery.

"Eh, jangan Mery," ucap Arya dengan segera.

"Kenapa? Makanannya belum datang, tapi dia sudah menyelesaikannya di aplikasi," ucap Mery.

"Jangan Mery, nanti dia bisa kena surat peringatan dan tidak bisa bekerja lagi, lebih baik jangan. Mungkin dia sedang ada kendala di jalan," jelas Arya dengan segera.

"Hmb… benar juga," gumam Mery yang suaranya masih bisa sedikit di dengar oleh Arya.

Suasana menjadi hening sejenak.

"Mery, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tanya Arya.

"Jalan-jalan? Tiba-tiba?" tanya Mery.

"Bukannya gak mau ya Arya, tapi aku hari ini benar-benar sangat lelah, dan lihatlah, aku sudah mengenakan piyama sekarang," jelas Mery.

"Jalan-jalan ke depan kompleks aja, siapa tahu disana banyak makanan dan juga jajanan," ucap Arya.

"Tapi aku tadi udah pesen nasi goreng Arya," sanggah Mery.

"Udah biarin aja, nanti kan bisa diletakkan di pagar, bisa dihangatkan juga untuk sarapan besok pagi," jelas Arya.

"Tapi wajahmu sedikit pucat, apa kamu tidak masalah?" tanya Mery.

"Aku sudah baik-baik saja," ucap Arya.

"Ya sudah, aku ambil jaket dulu, sekalian juga aku ambilkan untuk kamu," ucap Mery.

"Hmb, oke," ucap Arya dengan lega, karena terlihat Mery sudah tidak mempermasalahkan tentang nasi goreng pesanannya.

Saat Mery berjalan ke atas mengambil jaket, Arya melihat ponselnya terus menyala, tapi perhatiannya sedang terbagi saat ini, sehingga dia tidak memperdulikan ponselnya dulu.

***

"Ayo," ajak Mery saat baru saja sampai di lantai bawah dan menyodorkan jaket pada Arya.

Saat Arya masih memakai jaket, Mery segera mengambil ponselnya dan ponsel Arya yang ada di atas meja ruang tamu, kemudian menyimpannya di sebuah laci yang ada di ruang makan.

"Kenapa ponselnya di simpan?" tanya Arya dengan heran.

"Hanya jalan-jalan ke depan kompleks, tidak perlu bawa ponsel, yang penting bawa dompet dan uang yang banyak.” Mery pun segera menggandeng lengan Arya dan segera berjalan keluar, Arya pun tidak bisa protes lagi dan segera mengikuti langkah Mery.

Setelah memastikan bahwa sudah mengunci pintu dan pagar dengan benar, Arya dan Mery pun berjalan bersama sembari bergandengan tangan, layaknya sedang berpacaran.

***

Sesampainya di depan kompleks, benar saja, disana banyak sekali makanan dan jajanan dari pedagang kaki lima. "Wah... kita gak pernah keluar malam-malam, ternyata disini banyak sekali makanan," ucap Mery dengan wajah berbinar.

"Ayo kita beli semua makanan kesukaan kamu," ajak Arya yang juga membuat Mery sangat antusias. 

Mereka berdua menghabiskan malam dengan senang meskipun sederhana. Banyak sekali jajanan yang mereka bali masing-masing satu porsi, sehingga mereka memakannya satu piring berdua. Bahkan Mery juga mau mengalah, dengan membeli semua makanan yang tidak pedas, padahal dia cukup ahli juga dalam memakan makanan yang pedas.

"Hanya begini saja? Kenapa aku bisa melihat bahwa senyum tersebut sangat tulus, hanya dengan kesederhanaan ini. Benar-benar sangat berbeda sekali dengan Hany," monolog Arya dalam hati, saat melihat Mery tengah sibuk menyuapinya dan juga menyuapi dirinya sendiri secara bergantian.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!