NovelToon NovelToon
Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengganti / Cerai / Wanita Karir / Angst / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Dinda tidak menyangka kalau pernikahannya bakal kandas ditengah jalan. Sekian lama Adinda sudah putus kontak sejak dirinya mengalami insiden yang mengakibatkan harus menjalani perawatan yang cukup lama. Hingga pada akhirnya, saat suaminya pulang, rupanya diceraikan oleh suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19 Disergap warga

Di dalam rumah yang masih dipenuhi aroma hujan, Vikto duduk di kursi ruang tamu. Pakaian basahnya sudah diganti, namun rasa hangat dari pelukan Adinda di bawah hujan masih tertinggal kuat di dadanya.

Ia menunduk, kedua tangannya bertaut, napasnya masih belum sepenuhnya stabil.

Kenapa dada ini berdegup begitu kencang?

Kenapa aku takut kehilangan dia… bahkan hanya dalam hitungan detik?

Vikto menyadari betapa dalam perasaannya telah tumbuh. Bukan sekadar rasa sayang seperti kakak kepada adik. Ada yang jauh lebih besar. Ada yang menuntut kejujuran. Ada yang membuatnya takut sekaligus bahagia dalam waktu bersamaan.

Ia menatap pintu kamar Adinda yang tertutup.

Di balik pintu itu, gadis yang baru bisa berjalan lagi, gadis yang pernah hancur namun tetap tersenyum… kini menjadi pusat dunianya.

Vikto mengembuskan napas berat.

“Dinda… kalau kamu tahu apa yang Kakak rasakan sekarang…”

--------

Sementara itu, di sisi lain kota, Riko berdiri tengah fokus dengan layar ponselnya. Rambutnya masih basah oleh hujan, wajahnya kusut oleh amarah dan putus asa.

Anak buahnya masuk dengan napas terengah-engah.

“Tuan… kami… menemukan sesuatu.”

Riko spontan menoleh tajam. “Apa?”

“Kami tidak menemukan alamat pasti… tapi ada warga yang melihat seorang perempuan muda berkursi roda dulunya… tinggal bersama seorang pria… kira-kira dua bulan yang lalu.”

Detak jantung Riko langsung melonjak.

“Siapa pria itu?”

“Kami belum mendapat nama pasti. Tapi orangnya bilang… pria itu sering dipanggil ‘Tuan Vikto’.”

Riko terpaku. Darahnya serasa berhenti mengalir.

“Ulangi,” ucapnya pelan namun tajam.

“—Tuan Vikto, Tuan. Kami juga mendapat petunjuk bahwa mereka tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Lokasinya tidak jauh dari sini.”

Riko mengepalkan tangan, rahangnya mengeras.

“Siapkan mobil. Kita ke sana sekarang.”

“Baik, Tuan! Tapi-”

Anak buahnya langsung keluar. Riko melangkah menuju pintu, namun berhenti sejenak sambil menundukkan kepala.

“Vikto…” gumamnya, suaranya pelan namun penuh bara.

Tatapan matanya berubah gelap.

“Dinda… tunggu aku. Aku akan bawa kamu pulang… entah kamu mau atau tidak, aku akan membawamu pergi.”

---

Kembali ke rumah Adinda,

Vikto berdiri di teras rumah, memandangi langit yang masih kelabu. Ia memegang secangkir kopi hangat, namun pikirannya tidak tenang.

Tiba-tiba, bulu kuduknya meremang.

Entah kenapa, hatinya terasa tidak enak, seperti ada sesuatu buruk yang sedang mendekat.

Ia menoleh ke arah jalan.

Kosong.

Hening.

Tapi ada perasaan yang mengganjal.

“Dinda… aku harus melindungi kamu,” gumamnya pelan.

Ditempat lain, tidak terasa waktu begitu cepat.

Hujan rintik-rintik kembali jatuh, namun yang turun bukan hanya air. Melainkan kekhawatiran.

Hujan semakin deras menjelang malam. Riko yang sebelumnya memaksa anak buahnya untuk terus mencari, akhirnya terpaksa menghentikan pencarian. Jalanan licin dan gelap, jarak pandang nyaris nol. Dengan napas gusar, ia memutar mobilnya.

“Besok kita lanjut lagi,” ucapnya berat, meski jelas hatinya menolak pulang.

Sementara itu, di rumah sederhana tempat Adinda tinggal, suasana justru mendadak berubah riuh.

Beberapa hari terakhir, warga sekitar memperhatikan satu hal: Vikto terlalu sering datang. Menginap. Pulang larut. Mengantar Adinda terapi. Bahkan kadang terlihat menunggu hingga larut malam hanya untuk memastikan Adinda aman.

Bagi mata orang sekitar, semua itu sudah lebih dari cukup untuk menimbulkan curiga.

Malam itu, ketika hujan belum juga berhenti, beberapa warga setempat termasuk tetua warga telah datang berkunjung. Mbak Tia yang membuka pintu langsung terkejut melihat banyak orang berdiri dengan payung dan jas hujan.

“Ada perlu apa, Pak?” tanya Mbak Tia bingung.

Sang tetua setempat menghela napas panjang.

“Mbak… maaf sebelumnya. Tapi warga sini sudah beberapa hari resah. Mas Vikto terlalu sering menginap. Ini bukan hotel, Mbak… kita disini menjaga nama baik semua warga.”

Adinda yang mendengar itu dari ruang tengah langsung mematung, wajahnya pucat.

Vikto yang baru saja keluar dari dapur, membawa dua cangkir teh hangat, terpaku melihat orang-orang memenuhi teras.

“Maaf, ini maksudnya apa?” tanya Vikto sopan namun bingung.

Salah satu ibu-ibu berkata tanpa basa-basi, “Nak, daripada terjadi fitnah, lebih baik kalian menikah saja malam ini.”

Adinda tersentak. “Bu… tidak seperti itu, kami—”

“Kami tahu, Nak,” potong tetua itu lembut, namun tegas. “Tapi di tempat seperti ini… pandangan orang bisa jadi masalah. Kami hanya ingin melindungi kehormatan kalian berdua.”

Vikto langsung menatap Adinda. Keduanya sama-sama terkejut. Ini bukan pernikahan yang mereka rencanakan, bukan momen yang mereka bayangkan.

“Tidak perlu, Pak,” ujar Vikto mencoba menolak. “Saya bertanggung jawab, tapi tidak perlu seperti ini.”

Namun warga tidak bisa diyakinkan. Mereka khawatir gosip akan menyebar, dan nama Adinda lah yang paling mudah tercoreng.

“Kami tahu Mas Vikto orang baik,” ujar salah satu ibu bertubuh gempal. “Makanya sebelum fitnah menyebar, lebih baik dijaga baik-baik. Malam ini saja. Sederhana.”

Mbak Tia memegang bahu Adinda yang mulai gemetar.

“Nona Dinda… apa Nona…?”

Adinda menatap orang-orang di depannya. Wajah mereka tidak marah, justru terlihat tulus ingin membantu. Namun tetap saja, dadanya sesak oleh keterpaksaan situasi.

Vikto mendekat, lalu berbisik lirih, “Dinda… kalau kamu tidak mau, Kakak akan menolak. Biarkan Kakak yang hadapi semua.”

Adinda menunduk, tangan gemetar. Ia tidak ingin nama baiknya rusak. Tidak ingin membuat warga yang selama ini baik menjadi serba salah.

"Tapi, Kak..."

"Kamu gak usah khawatir, kita bisa pergi dari sini." Bisik Vikto.

"Kelamaan. Cepat, Pak! Nikahkan mereka berdua." Timpal seorang bapak bapak yang sudah tidak sabar.

Adinda maupun Vikto tidak menggubris, keduanya masih fokus untuk berpikir.

"Tapi kita mau pindah kemana lagi, Kak? Dimana tempatnya, pun akan sama saja nantinya. Maafin Adinda yang sudah membuat masalah buat Kakak. Kalau Adinda menikah dengab Kakak, bagaimana dengan keluarga Kakak?"

Vikto memejamkan mata sejenak, menahan rasa bersalah karena tidak bisa melindungi Adinda dari tekanan keadaan. Namun ia menggenggam tangan Adinda dengan mantap.

“Saya… siap bertanggung jawab. Malam ini pun saya bersedia.”

Akhirnya Vikto memberi keputusan untuk menikahi Adinda. Sedangkan Adinda sendiri sangat terkejut dengan keputusan dari Vikto.

"Kak, Adinda gak ingin menambah masalah buat Kakak."

"Tidak, Dinda. Keputusan Kakak sudah bulat untuk menikahi kamu. Semua yang Kakak lakukan ini hanya untuk melindungi kamu, biar mantan suami kamu dan orang-orang yang ingin berniat jahat sama kamu, seribu kali buat berpikir."

"Kak, maafin Adinda."

Vikto maju selangkah.

"Nikahkan saya dengan Adinda sekarang juga."

Hujan masih turun deras, namun warga mulai tersenyum lega. Mereka saling membantu menyiapkan apa yang diperlukan.

Dan di tengah suara rintik hujan dan lampu redup yang hangat…

Adinda dan Vikto akhirnya menikah. Sederhana. Mendadak. Tanpa gaun, tanpa riasan, tanpa undangan.

Hanya mereka, doa, dan restu warga yang ingin menjaga kehormatan seorang perempuan yang pernah terluka.

Mungkin tidak sempurna. Mungkin tidak seperti cerita cinta pada umumnya.

Namun di balik semua keterpaksaan itu…

ada takdir yang bekerja diam-diam.

Takdir yang mempertemukan dua hati yang sama-sama menemukan rumah satu sama lain.

1
Qaisaa Nazarudin
Noh yang lain,Denger gak tuh pesen Oma ke Dinda..Buka telinga kalian lebar2...
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah,ku pikir Oma manggil Dinda nyuruh dia ninggalin Vikto..
Apa keluarga nya Percaya dengan omongan Dinda nanti tentang wasiat Oma,Takutnya menuduh Dinda mengada2..Harusnya 2 orang yg masuk sebagai saksi..
Qaisaa Nazarudin
Selalu ALASAN ini yg digunakan untuk memaksa anak2 MENIKAH, Dengan cara begini anak2 gak bisa MENOLAK..🤦🤦
Qaisaa Nazarudin
Baru juga Vikto dan Dinda menemukan BAHAGIA, udah ada aja hambatan nya..kasian banget Dinda..
Qaisaa Nazarudin
Ialah dia PERGI dia udah diceraikan,ngapain lagi dirumah ini..Riko juga udah gila Talak kayaknya,Sebelum Cerai kenapa gak diselidiki dulu kebenaran nya,main Percaya gitu aja omongan mereka, Sekarang kamu yg kayak orang SEWEL,Kalo ketemu juga Dinda udah MILIK orang lain,Rasain kamu..😠😠😠
Uba Muhammad Al-varo
Riko oh Riko..... penyesalan terdalammu udah terlambat dan kau Vikto jagalah selalu Adinda.
Uba Muhammad Al-varo
semoga aja Adinda baik' saja dan kabar yang terjadi pada tuan Abdi tidak mempengaruhi pernikahannya Adinda dan Vikto
Uba Muhammad Al-varo
Vikto udah cinta dan sayang ke Adinda ternyata udah lama 😉😊
Uba Muhammad Al-varo
nggak salah kok kalian berdua tidur berpelukan,Vikto dan Adinda kan udah resmi menikah 🙂🙂🙂
Uba Muhammad Al-varo
semoga ini awal kebahagiaannya Adinda dan Vikto
Anjana: Semoga ya kak, kasihan menderita terus😭
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
jadi kalau seumpamanya Riko menemukan Adinda, Riko tidak bisa membawa pulang Adinda karena Adinda sudah menikah dengan Vikto.
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Vikto dan adinda menikah 🙏
Uba Muhammad Al-varo
karena sering bertemu antara Adinda dan Vikto akhirnya benih cinta tumbuh diantara kedua nya
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Adinda sembuh kembali dan mendapatkan kerja, buktikan ke keluarga nya Riko,kamu bisa sukses dan berhasil menjalani hidup
Uba Muhammad Al-varo
semoga cintanya Vikto diterima oleh Adinda dan mereka segera menikah
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Adinda bertemu dengan Vikto semoga ini juga awal kehidupan nya Adinda lebih baik lagi
Uba Muhammad Al-varo
Adinda....😭🤧😭🤧😭🤧 semoga kamu mendapatkan kebahagiaan ditempat baru
Uba Muhammad Al-varo
semangat sembuh Adinda,kamu pasti bisa melewati ujian sakit ini💪💪💪💪💪
Uba Muhammad Al-varo
benar Oma Hela kalau cinta sejati memang harus diuji dengan badai yang besar demi bisa bertahan
Uba Muhammad Al-varo
benar omongan mu mbak Tia,Vikto itu ada rasa sama Adinda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!