NovelToon NovelToon
Rainy Couple SEASON TWO

Rainy Couple SEASON TWO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:609
Nilai: 5
Nama Author: IG @nuellubis

"Ivy nggak sengaja ketemu sama kamu dan Nabilah. Kamu--sabtu kemarin itu--ketemuan kan sama Nabilah di Rainbow Caffee?!"

Sempet ada jeda sebentar, yang akhirnya Matias berbicara juga. "I-iya, t-tapi a-aku ng-nggak ka-kayak yang kamu pikirin. Aku sama Nabilah pun nggak ada hubungan apa-apa. Murni ketemuan sebagai temen. Aku cuman cinta sama kamu, Ke."

Ternyata Kezia masih mau memaafkan Matias. Berlanjutlah kisah cinta mereka. Hanya saja, jalan di hadapan mereka berdua semakin terjal.

Berikutnya, tidak hanya tentang Matias dan Kezia. Ada juga kisah Martin Winter dan Vanessa Rondonuwu. Pun, kisah-kisah lainnya. Kisah yang sama manisnya.

Terima kasih banyak yang sudah menyimak season one RAINY COUPLE di tahun 2020 silam. Kali pertama aku menulis novel di platform.

NOVEL INI PERNAH MELEDAK DI NOVELTOON DI TAHUN 2020 SILAM!

Season 1 Rainy Couple
(https://noveltoon.mobi/id/share/102447)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IG @nuellubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benah-benah Pan Lova

Dua minggu setelah penandatanganan kontrak, Pan Lova mulai berubah. Renovasi lantai dua dimulai lebih cepat dari yang diperkirakan. Kerja sama dengan Elf Designator ternyata lebih dari sekadar urusan estetika. Vanessa, sebagai perwakilan utama dari Elf Designator, turun langsung ke lapangan hampir setiap hari, memastikan semuanya berjalan sesuai visi.

Lantai dua yang sebelumnya hanya berisi meja-meja kayu dan rak pajangan dengan bunga kering, kini kosong total. Meja-meja sudah dipindahkan ke gudang sementara. Pekerja dari vendor interior datang silih berganti, membawa kayu, lampu gantung, keramik handmade, bahkan kaca besar yang akan dijadikan dinding pembatas area workshop.

Di ruang koordinasi lantai tiga, papan dinding dipenuhi sketsa, daftar belanja material, jadwal kerja tukang, dan post-it warna-warni.

Vanessa berdiri di depan blueprint bersama Mega dan Ivy. Kezia duduk sambil meninjau beberapa berkas tambahan.

“Kita perlu pastikan partisi lipat yang dari Jepang itu datang sesuai jadwal. Itu bagian sentral desain. Kalau mundur, semua akan kena delay,” jelas Vanessa.

“Beres, Kak Vanessa,” jawab Mega sambil mengetik cepat di tablet. “Aku sudah follow-up distributor di Bandung. Paling lambat Senin depan.”

Kezia menambahkan, “Ngana perlu surat jaminan legal soal keterlambatan? Kita bisa bikinkan addendum kecil dalam perjanjian kerja sama, biar aman semua pihak.”

Vanessa menatap Kezia. “Boleh. Torang nda mau ada masalah di belakang hari.”

Karena sama-sama dari Sulawesi Utara, spontan saja Kezia berbicara dengan Vanessa dalam bahasa lokal dari Sulawesi Utara.

Kerja sama mereka berlangsung rapi. Meski intens, suasana tetap cair. Bahkan sesekali diselingi canda.

“Ada satu masalah,” sela Ivy tiba-tiba. “Budget buat corner wall art over limit. Gambar mural yang dipilih butuh seniman freelance dari Jogja. Biaya akomodasi dan fee-nya lumayan tinggi.”

Beby yang baru masuk ruangan langsung bergabung dalam pembicaraan. “Kita cari seniman lokal yang gayanya mirip. Sekalian angkat potensi lokal. Sebar infonya ke sosmed, Vy.”

Kezia mengangguk. “Bagus. Eh, gimana kalo Matias?"

Beby mengernyitkan dahi. "Pacar elo itu?"

"Iya, Beb. Dia kan jago gambar."

"Coba lo kontak aja, Zia. Gue tunggu kabar dari dia."

"Kalau pacarnya nggak mau, Beb," sela Vanessa. "aku ada kenalan seniman mural lokal. Namanya Stefan. Dulu kerja bareng waktu aku di proyek coffee shop di Bekasi. Gaya dia lebih organik, cocok untuk tema ruang komunitas yang rumahan."

“Hubungi dia besok. Kalo bisa, suruh kirim portofolio malam ini,” tukas Beby. "Siapa aja kita rekrut. Soal biaya, bisa, lah, aku todongin om gue."

Yang lainnya tertawa terbahak-bahak.

*****

Di lantai dua Pan Lova,

Setiap hari, Vanessa ikut mendampingi para tukang. Ia bahkan tidak ragu naik tangga lipat sendiri untuk mengatur pencahayaan lampu. Mega sempat kaget saat melihat Vanessa mengangkat lampu gantung besar bersama dua tukang.

“Eh Kak, itu kan berat!” seru Mega.

Vanessa hanya tertawa. “Enteng ini. Dulu waktu kerja di Bekasi, kadang aku yang bikin sendiri. Kamu pikir aku cuma duduk-duduk di kantor doang?”

Mega cengar-cengir. “Kakak keren banget!"

Sambil bekerja, Vanessa terus memerhatikan fungsi tiap ruang. Ia menambahkan detail yang semula tak masuk rencana awal. Itu seperti area alas duduk rendah di dekat jendela untuk pengunjung yang ingin membaca santai, serta ruang kecil di sudut ruangan untuk kegiatan privat seperti terapi seni atau kelas yoga.

“Pan Lova itu bukan cuma tempat ngopi,” ujar Vanessa kepada Beby suatu sore. “Aku bakal bikin ini jadi tempat healing. Beda dengan kafe-kafe lain, di sini beda. Serasa ada jiwa di sini.”

Beby mengangguk, terharu. “Satu visi, ternyata.”

*****

Di bilik keuangan,

Ivy dan Mega terus bekerja keras mengatur cashflow. Pan Lova mulai mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Bukan hanya untuk interior, tapi juga pengadaan alat-alat workshop, speaker, AC baru, hingga penambahan jaringan WiFi premium.

“Selama masih ada ROI-nya, nggak ada masalah,” ujar Ivy. “Kita bikin simulasi keuangan baru, target balik modal satu setengah tahun. Tapi itu bisa lebih cepat kalau event jalan.”

Mega membuka spreadsheet. “Kita bisa mulai open registration untuk workshop minggu kedua bulan depan. Mulai dari sketching, journaling, dan lain-lainnya.”

Kezia masuk ke ruang itu membawa draft memory of understanding untuk mitra komunitas. “Ini aku udah siapin berkas hukum buat kerja sama dua komunitas yang bakal pakai ruang workshop Pan Lova. Pakai sistem bagi hasil dari fee peserta.”

Ivy membaca cepat. “Intinya, nggak berat di kita."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!