NovelToon NovelToon
Satu Malam Dengan Kakaknya

Satu Malam Dengan Kakaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meldy ta

Dikhianati oleh pria yang ia cintai dan sahabat yang ia percaya, Adelia kabur ke Bali membawa luka yang tak bisa disembuhkan kata-kata.

Satu malam dalam pelukan pria asing bernama Reyhan memberi ketenangan ... dan sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga: ia mengandung anak dari pria itu.

Namun segalanya berubah ketika ia tahu Reyhan bukan sekadar lelaki asing. Ia adalah kakak kandung dari Reno, mantan kekasih yang menghancurkan hidupnya.

Saat masa lalu kembali datang bersamaan dengan janji cinta yang baru, Adelia terjebak di antara dua hati—dan satu nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.

Bisakah cinta tumbuh dari luka? Atau seharusnya ia pergi … sebelum luka lama kembali merobeknya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meldy ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernikahan Diam-diam

Malam itu, apartemen Adelia terasa lebih hangat dari biasanya. Mungkin karena lilin-lilin aroma lavender yang ia nyalakan, atau karena Reyhan yang duduk di seberang meja makan kecil dengan mata serius namun lembut.

Adelia menatap matanya lama, sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Aku nggak tahu bisa jadi istri yang sempurna atau nggak ... tapi aku mau coba."

Reyhan tersenyum, memakaikan cincin itu di jari manis Adelia. Tak ada pelukan histeris atau teriakan bahagia. Hanya tatapan dalam dan genggaman yang erat. Tapi justru di situlah maknanya.

Beberapa saat kemudian, mereka duduk di sofa, menyandarkan kepala satu sama lain.

"Aku merasa seperti karakter film keluarga," kata Reyhan pelan.

"Yang mana? Ayah satu anak yang suka masak dan jatuh cinta pelan-pelan?"

Reyhan tertawa kecil. "Yang tiap hari makin takut kehilangan perempuan paling keras kepala yang pernah kutemui."

Adelia mencubit lengannya. "Aku hamil, bukan keras kepala."

"Dua-duanya."

Keintiman malam itu sederhana. Reyhan mengelus perut Adelia, mencium pipinya, lalu berbaring bersama di sofa tanpa banyak kata. Tapi tangan mereka tak pernah terlepas.

"Rey, apa mungkin nanti kita masih bisa hanya bersandar sekejap seperti ini?"

"Maksudmu setelah menikah? Tentu saja, kenapa tidak? Del ... aku menyayangimu, jadi pikirkan yang baik-baik saja tentang kita, ok?"

Adelia mengangguk pelan. "Tentu, Rey." Lalu masuk dengan menenggelamkan wajah di dada Reyhan sambil pria itu mengelus pipinya.

Dan saat Reyhan pulang malam itu dengan senyuman ceria, ada sepasang mata yang mengikuti langkahnya dari kejauhan. Seorang wanita duduk di mobil hitam, menatap tajam ke arah Reyhan yang tak menyadari apa pun.

Wanita itu menggigit bibir bawahnya.

"Jadi kamu benar-benar sudah bisa jatuh cinta, Reyhan?" gumamnya lirih, penuh rasa tidak terima.

Tiga Minggu telah berlalu, dan hubungan keduanya semakin berjalan baik dan harmonis, tanpa banyak yang tahu. Hingga tiba di hari paling bersejarah untuk mereka.

Adelia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan mengucap janji pernikahan di ruang catatan sipil yang kecil, dikelilingi hanya oleh dua orang asing yang bahkan baru dikenalnya hari itu.

Tapi hari itu, ia mengenakan gaun sederhana berwarna krem lembut, dan berdiri di samping Reyhan—pria yang tak pernah menjanjikan keabadian, tapi selalu hadir dalam setiap kepingan kekalutan hidupnya.

Di depan mereka berdiri Leo dan Dina, pasangan kekasih yang ternyata rekan kantor Reyhan.

"Kalau lo batal nikah karena gugup, Rey, bilang sekarang ya," canda Leo sambil menyesap kopi kaleng. "Gue masih bisa kabur ke Bali sama Delia."

Dina mencubit pinggang Leo. "Kalau kamu kabur, aku ikut. Tapi bukan buat nikah sama kamu, buat jadi pengantin cadangan Reyhan."

Reyhan tertawa kecil sambil menggeleng. "Jangan salah, Delia lebih milih nikah sama kucing daripada sama lo, Leo."

Adelia tersenyum kecil. "Tenang saja, kalian cukup jadi saksi. Jangan curi spotlight kami."

Leo menepuk pundak Reyhan. "Bro, gue nggak nyangka ya akhirnya lo juga masuk perangkap. Tapi kalau perangkapnya begini cantik, ya sah-sah aja."

"Leo…" Reyhan menatapnya tajam.

"Baik, baik, serius!" Leo menegakkan punggung. "Gue Leo, dan ini pacar gue, Dina. Kami bersedia jadi saksi cinta kalian, meskipun kalian berdua kayak pasangan drama Korea episode sepuluh—yang nikahnya karena kehamilan, tapi ending-nya mudah-mudahan bahagia."

Dina menambahkan, "Kami bantu semua administrasi dan atur jadwalnya diam-diam. Jangan bilang kantor ya, nanti dikira Reyhan minta cuti buat honeymoon."

Adelia merasa hatinya menghangat. Ada tawa, ada canggung, tapi juga ada ketulusan.

Pernikahan itu berlangsung dalam diam yang damai. Tanpa gaun putih menjuntai, tanpa bunga, tanpa pelaminan. Hanya janji yang diucapkan perlahan, dan tangan yang saling menggenggam erat.

Setelah tanda tangan dan ciuman singkat, Leo bertepuk tangan dengan keras.

"Sah secara negara! Sah secara hati! Dan sah secara dompet karena nggak nyewa gedung!"

Dina menambahkan, "Sah secara drama—dijamin bisa viral kalau ada netizen tahu!"

Sesi berphoto kebersamaan tiba, namun tiada mereka sadari seseorang mengambil momen itu secara diam-diam dari balik celah jendela ruangan yang terbuka.

Beberapa gambar saat sesi kecupan antaran Reyhan dan Adelia, juga kebersamaan mereka. Dibalik senyuman licik dari seorang wanita yang memakai kacamata hitam.

"Kalian pikir bisa bermain dengan bahagia atas penderitaanku ini. Jangan salah," bisiknya sendiri.

Beberapa hari setelahnya, Reyhan membawa Adelia ke sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Rumah itu tidak besar, tapi bersih, rapi, dan punya taman mungil dengan ayunan kayu yang Reyhan pasang sendiri.

"Rumah ini bukan hadiah, bukan juga pelarian," kata Reyhan sambil membuka pintu. "Ini tempat untuk kamu istirahat. Tempatmu … membesarkan anak kita dengan tenang."

Adelia menatap sekeliling. Ruang tamu dengan sofa abu-abu lembut, dapur terbuka dengan meja kayu, dan kamar beraroma lavender.

"Kamu menyewa rumah ini?"

Reyhan mengangguk. "Atas nama kamu."

"Aku belum siap tinggal bareng."

"Aku tahu. Makanya rumah ini cuma untuk kamu. Tapi ... bolehkah aku datang kadang-kadang? Membawa martabak, mungkin?"

Adelia tersenyum. "Asal kamu tahu, aku alergi martabak manis."

Reyhan tertawa. "Berarti martabak telur dan susu anget. Catat."

"Asalkan itu dari kamu, apa saja. Akan aku habiskan."

"Lama-lama kamu juga bisa gombal ya."

"Tentu."

"Lalu sekarang ... apa maumu, Del? Mungkin seperti honeymoon layaknya seperti kebanyakan orang, siapa tahu kamu ingin," tanya Reyhan dengan serius.

Rasanya sangat ingin, namun Adelia tidak ingin egois apalagi ia tahu Reyhan memiliki pekerjaan yang sulit ditinggalkan. Ia menggeleng pelan. "Mungkin tidak sekarang, tapi tidak tahu kedepan. Untuk sekarang ... sepertinya aku ingin menghabiskan waktu di rumah baru ini, Rey."

"Aku paham, dan setelah anak kita lahir. Kita akan honeymoon bersama."

"Tentu. Aku senang kamu cukup pengertian."

"Bahkan lebih dari itu, Del."

Hari-hari berikutnya berjalan lambat, tapi menenangkan. Adelia mulai membiasakan diri tidur di kamar barunya, menyiapkan sarapan untuk satu orang, dan berbicara dengan janin di perutnya setiap malam.

Kadang Reyhan datang membawa bahan makanan, dan mereka memasak bersama. Kadang ia hanya duduk di teras sambil membaca buku, menunggu Adelia selesai mencuci baju.

Mereka tidak bersentuhan banyak, tidak memaksakan kemesraan. Tapi kenyamanan itu perlahan berubah jadi kehangatan. Mereka tertawa bersama. Bercanda soal nama anak. Dan terkadang, Reyhan akan mengusap perut Adelia tanpa berkata-kata.

Adelia masih sering menulis jurnal setiap malam. Dan suatu malam, ketika Reyhan tertidur di sofa karena kelelahan setelah memperbaiki pipa air, Adelia duduk di meja kecil dekat jendela, menuliskan sesuatu.

'Aku tidak pernah membayangkan luka ini akan membawaku ke sebuah rumah. Tapi nyatanya, luka itu juga yang mempertemukanku dengan dia—ayah dari anakku.'

'Cinta mungkin belum sepenuhnya datang. Tapi aku tidak lagi merasa takut untuk jatuh.'

Adelia menyadari bahwa ia belum sepenuhnya membuka hati untuk calon ayah bayinya nanti.

1
Adinda
lanjut thor
Adinda
sudah del lebih baik cerai saja
NurAzizah504
seromantis ini dibilang datar?! /Sob/
NurAzizah504
mantapppp
NurAzizah504
dan kamu termasuk salah satunya
NurAzizah504
kali aja reyhan memiliki firasat kalo adel hamil
NurAzizah504
hai, Thor. aku mampir nih. jgn lupa mampir di lapakku juga, ya. 'Istri Kontrak Sang Duda Kaya'. terima kasih ^^
NurAzizah504
hayo, Del. tanggungjawab tuh /Facepalm/
NurAzizah504
ya ampun /Sob/
NurAzizah504
wah, ada juga ya kasus begini. hubungan hambar lah istilahnya
NurAzizah504
ini bukan lagi ditusuk. tp ditikam berkali2
Adinda
cerai Saja del suami kamu gak perduli sama kamu,kamu keguguran saja dia tidak tau karena asyik dengan jalangnya
Adinda
cerai saja adelia untuk apa sama suamimu tukang selingkuh
Cindy
lanjut kak
Adinda
cerai aja del tinggalin reyhan buat apa bertahan kalau dia bersama dengan jalangnya terus
Adinda
pergi adelia tinggalin reyhan buat apa bertahan sama pria yang tidak bisa lepas dari masalalu
Cindy
lanjut kak
Adinda
lebih baik adel tinggalin reyhan dan cerai tak usah punya urusan sama keluarga itu lagi
Cindy
next
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!