Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Canggung
Mobil Dewa berhenti di area parkir sebuah gedung yang sudah siap di huni. Dinda dan yang lain sudah datang dan langsung memberesi barang-barang yang sudah di pindahkan dari mobil boks.
Ayushita keluar dari mobil Dewa dengan membawa beberapa kantong kresek berisi makanan dan jajanan untuk pegawainya.
"Kamu suka tempatnya?" tanya Dewa pada Ayushita.
"Lebih suka di tempat yang lama," jawab Ayushita langsung masuk ke dalam.
Dewa mengerutkan dahinya, tapi dia ikut masuk ke dalam memperhatikan semua detail ruangan yang sebelumnya sudah dia bereskan oleh orang-orang suruhannya.
Dua hari lalu setelah kesepakatan itu, Ayushita dan dirinya datang ke tempat itu. Seperti biasanya, Ayushita tidak terlihat antusias dengan butik barunya. Tapi terlihat dari sikapnya kalau gadis itu semangat dengan tempat baru, Dewa tersenyum kecil karena dia juga merasa senang.
Dia ikut bergabung dengan pegawai yang lain, Ayushita memberikan bungkusan makanan untuk pegawainya. Di bagikan satu persatu dan dia bicara dengan mereka tentang tempat butik baru itu.
"Sambil makan ini, aku akan jelaskan kenapa pindah ke tempat ini. Di samping kalian juga tahu masalahnya bagaimana, aku juga akan jelaskan semuanya," ucap Ayushita melirik pada Dewa yang juga sedang memperhatikannya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Begini, kalian tahu awalnya butik ini adalah milikku sendiri. Karena tempat sewa ini lebih mahal dari yang lama, dan juga faktor menghindari dari gangguan ibu tiriku dan debt colector. Maka aku dan pak Dewa bekerja sama, lebih tepatnya pak Dewa ini menanam saham di butik yang baru ini. Dia menjanjikan sebuah kesuksesan dan keamanan pada butik ini, makanya aku menerima kerja sama itu. Dan sebagai pemilik butik ini, meski kalian sudah mengenalnya. Maka aku perkenalkan lagi pemilik butik baru kita, yaitu pak Dewa ah investor butik ini," ucap Ayushita.
Semua pegawai Ayushita menoleh pada Dewa yang sejak tadi memperhatikannya bicara, dia tersenyum kecil dan maju berdiri di samping gadis itu. Menatap pegawai Ayushita satu persatu.
"Ya, saya mencoba membantu bos kalian ini dari gangguan debt colector itu. Memberikan bantuan kecil, ya dengan menanam saham di butik ini. Nanti selanjutnya semua kegiatan kalian dan masalah keuangan akan di periksa olehku. Dan untuk yang menjalankan butik ini seperti biasanya bos kalian yang melakukannya, semoga kalian bisa bekerja sama dengan baik dan kinerja kalian juga akan saya pantau selanjutnya," ucap Dewa berhenti sejenak.
Ayushita mendengarkan penjelasan Dewa yang sebagai pemilik kedua butik itu meski hanya sebagian kecil dia menanam modal di butiknya. Namun begitu, dia menghormati apa yang di lakukan oleh Dewa.
"Maaf pak Dewa, apa setelah pindah tempat dan juga ada bantuan dari anda apakah emm gaji kami bisa di naikkan?" tanya Dinda dengan ragu dan takut.
Membuat Ayushita kaget menatap asistennya itu, lalu menoleh pada Dewa. Apa yang akan dia sampaikan setelah asistennya bicara masalah gaji di naikkan.
"Boleh, gaji kalian di naikkan bulan depan."
"Asyik!"
"Tapi setelah bulan ini penjualan naik, baik dari toko langsung atau dari online," ucap Dewa.
"Siap pak Dewa, kami siap meningkatkan penjualan butik ini. Ya kan teman-teman?" ucap Dinda.
"Siap dong, dan naiknya lima puluh persen. Heheh."
"Jangan ngelunjak Rani," ucap Ayushita melototi Rani bagian menjahit.
"Heheh. Piis mbak Ayu," ucap Rani mengacungkan dua jari.
"Ya ya, nanti di pikirkan kenaikan gaji berapa persen. Kita bicarakan dengan bosmu," ucap Dewa.
"Ish, kenapa harus menuruti mereka sih?" tanya Ayushita.
"Aspirasi pegawai harus di dengarkan, kenapa kamu marah?"
"Ya bukan marah, hanya saja ..."
"Nanti setelah ini kita bicarakan. Sekarang kalian makan siang dulu," ucap Dewa.
Laki-laki itu berjalan meninggalkan mereka, dia melangkah menuju ruangan khusus yang nantinya di tempati Ayushita. Gadis itu mengikuti langkah Dewa, dia ingin bicara pada laki-laki itu. Dia tidak tahu kalau ruangan itu khusus untuknya, melihat sekeliling ruangan cukup besar. Ada beberapa benda yang sengaja di siapkan untuk keperluan gadis itu.
"Tempat apa ini?" tanya Ayushita ketika dia masuk ke dalam ruangan dengan jendela full kaca.
Tapi bisa di tutup dengan penutup yang di tarik ke bawah. Gadis itu melihat sekeliling memang cukup nyaman tempat itu, ada tv di atas juga beberapa barang yang mudah di gunakan untuknya.
"Ini kantormu, lebih luas dan kamu bisa leluasa menuangkan inspirasimu di ruangan ini. Pembatasnya juga kaca semua dan bisa di tutup jika kamu inginkan," ucap Dewa duduk di kursi putar.
Ayushita menatap laki-laki yang sedang duduk, dia heran kenapa Dewa menyiapkan semuanya dengan lengkap. Apa sebenarnya yang laki-laki itu inginkan? Kenapa bisa menyiapkan semuanya.
"Pak Dewa, saya penasaran. Sebenarnya anda membantu saya atau ingin menggantikan saya nantinya? Kenapa semua seperti ini? Tempat luas, strategis di tengah keramaian dan ini? Ruangan ini?" ucap Ayushita kebingungan.
"Hei, bukankah seseorang butuh kenyamanan dalam bekerja? Dia juga butuh sukses untuk menjalankan bisnis seperti ini? Banyak di sukai orang-orang karya-karyamu. Kenapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Dewa.
"Tidak. Saya hanya heran dengan anda, kita kenal belum lama. Anda adalah klienku membuat jas, saya membantu sedikit saja. Yaa, masalah perselingkuhan calon tunangan anda itu dan itu juga tidak sengaja. Lalu kenapa balasannya seperti ini?" tanya Ayushita ragu.
Bukan apa-apa, dia hanya heran saja. Di samping Dewa sekarang jadi investornya karena dia pebisnis. Mencari peluang apa saja untuk keuntungannya, bukankah aneh jika dirinya di bantu begitu besar?
"Ayushita Dewi, kupikir untuk bisnis tidak boleh tanggung-tanggung. Aku mencari keuntungan dari bisnis itu, bukankah wajar?"
"Ya memang wajar, tapi tidak wajar jika anda memanfaatkan kesusahan saya," ujar Ayushita.
"Hahah! Jangan salah sangka, aku tidak memanfaatkan kesusahanmu. Aku membantumu. Aah, kenapa kamu berpikir aneh-aneh. Sekarang jalankan saja apa yang sudah ada, nanti tinggal keamanan yang kutingkatkan. Setelah semua berjalan, semua ruangan akan terpasang cctv dan kamu cari juga seorang satpam untuk keamanan," ucap Dewa lagi.
Ayushita menarik napas panjang, berpikir penuh selidik pada laki-laki itu memang aneh juga. Tapi kini dia lega karena sudah tidak di ganggu lagi oleh ibu tirinya untuk saat ini.
"Baiklah, terima kasih pak Dewa. Mungkin hanya ucapan terima kasih sementara waktu, saya dan anak buah saya akan bekerja keras untuk mendapatkan untung yang banyak. Biar anak buah saya dapat kenaikan gaji sesuai ucapan anda," kata Ayushita.
"Itu bagus."
Diam, keduanya diam tak ada pembicaraan lagi. Dewa menatap Ayushita lekat, begitu juga dengan gadis itu. Tapi buru-buru gadis itu memutus pandangannya ke arah lain, tiba-tiba canggung.
Ayushita menunduk dan melangkah keluar dari ruangan itu, tak sadar beberapa pegawainya melihat pemandangan aneh dari balik kaca jendela.
"Apa yang kalian lihat?!"
"Eh, itu mbak anu ..."
_
_
*****