NovelToon NovelToon
MUTIA

MUTIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Selingkuh / Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Riaaan

Masa remajaku tidak seindah remaja lain. Di mana saat hormon cinta itu datang, tapi semua orang disekitarku tidak menyetujuinya. Bagaimana?

Aku hanya ingin merasakannya sekali saja! Apa itu tetap tidak boleh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

Wisnu makan hanya sedikit, kemudian dia kembali masuk ke kamar dan aku hanya menatap kosong seisi rumah ini. Dia kembali dan menyelimuti tubuhku dengan sebuah bedcover berwarna lusuh, kemudian kembali makan.

Tidak ada percakapan di antara kami. Aku tak tahu apa yang aku lakukan sekarang. Jika Alex tau ini, pasti dia akan marah besar. Mungkin juga dia akan memutuskan hubungannya denganku. Atau mungkin dia akan menghajar Wisnu.

Bulan mengirim pesan bahwa dia juga akan datang ke sini, aku memintanya untuk membawa pakaian untuk aku berganti nantinya sebab baju yang sekarang aku pakai masih lembab dan juga makanan sebab aku juga belum makan dari siang tadi.

Kemudian aku kembali berdiam diri. Begitu juga Wisnu. Setelah selesai makan, dia kembali memperbaiki alat-alat elektronik.

"Nu," panggilku. "Gue tau ini bukan saatnya untuk bawelin lo, tapi gue khawatir banget sama lo. Kalo lo ada masalah, lo bisa telpon gue. Lo kan punya nomer gue. Atau lo bisa ke rumahnya Bulan. Lo kan tau rumah gue sama rumah Bulan," lanjutku.

"Makasih," ucapnya singkat.

Sekitar 2 jam kemudian, Bulan datang dan aku berganti pakaian menggunakan pakaian Bulan yang aku pinjam. Bulan membersihkan bekas-bekas proses pengurusan jenazah nenek tadi siang. Aku tidak tahu bahwa itu harus dibereskan. Tapi ...

"Ya kan dulu pas ibu gue meninggal, gue ikut prosesnya. Jadi gue udah ngerti lah dikit-dikit," ucap Bulan. "Bapak gue minta lo pindah ke mess karyawan, Nu. Di sana kan juga rame karyawan lain, biar lo ga sepi," lanjutnya.

"Gue mau di sini aja," balas Wisnu.

"Tapi mending lo di mess deh, Nu. Biar jarak lo ke sekolah juga ga terlalu jauh, jarak ke pabrik kan juga ga jauh," ucapku.

Akhirnya dia menuruti pinta kami berdua.

Malam itu, aku dan Bulan mengantarkan Wisnu ke mess karyawan pabrik roti milik bapak Bulan. Tak banyak yang ia bawa. Hanya beberapa pakaian di dalam tas termasuk seragam sekolah dan buku-buku yang aku bantu bawa dengan tas lain. Aku juga meminta Bulan untuk dibonceng oleh Wisnu, sebab entah kenapa aku berpikir bahwa Wisnu sedang dalam keadaan yang buruk dan dia mungkin saja mengakhiri hidupnya di jalanan. Jika dia membawa Bulan, dia pasti akan memikirkan keselamatan Bulan juga.

Sesampainya di mess karyawan, Bulan langsung pulang karena bapaknya menelepon. Mess karyawan ini awalnya aku kira seperti rumah kontrakan. Ternyata tidak. Seperti rumah pribadi yang terpisah antara satu dengan yang lainnya.

Wisnu duduk ruang tamu yang masih kosong. Aku membawa buku-buku milik Wisnu ke dalam rumah tersebut.

"Ini gue taroh di sini dulu ya? Ntar lo susun sendiri deh," ucapku dan bolak balik untuk menbawa buku yang lain, sebab aku tidak kuat jika harua membawanya sekaligus.

Wisnu hanya berdiam diri sedari tadi. Entah kenapa aku selalu berpikir yang buruk-buruk.

Di sini dia tinggal sendirian, bisa saja dia berpikir untuk ikut menjelang ajalnya agar bisa bersama sang nenek.

Ibuku menelepon sebab sudah jam 9 malam.

"Mut, kamu masih di rumahnya Wisnu?" tanyanya.

"Ga, Bu. Ini aku di rumah Bulan," jawabku sebab memang rumah Bukan tak jauh dari sini.

"Di sini hujan lebat, kalo di sana hujan malem, kamu nginep aja ya? Jangan maksa hujan-hujanan," ucap ibu dan aku hanya mengiyakan kemudian telepon itu terputus.

"Gue bakalan nginep di sini," ucapku membuat Wisnu menoleh.

"Ga boleh," balasnya.

"Di luar hujan! Gue juga udah diizinin kok," ucapku.

"Lo izin nginep di rumah Bulan, bukan di sini!"

"Ya kan ini deket rumah Bulan!"

"Ya udah nginep rumah Bulan aja!"

"Ga mau! Gue mau di sini!"

"Lo gila ya?" balas Wisnu kesal.

"Iya! Gue gila! Dari tadi pagi gue kepikiram terus sama lo! Gue khawatir lo bertingkah aneh-aneh karena nenek lo ga ada dan lo tinggal sendirian sekarang! Gue udah coba biar ga kepikiran sama lo tapi ga bisa! Gue juga nyuruh lo binceng Bulan karena gue takut lo bunuh diri di jalan! Gue hujan-hujanan ke rumah lo, karena gue takut lo bunuh diri!" tegasku. Akhirnya unek-unek itu tersampaikan pada orangnya secara langsung.

"Sekarang gue udah tenang!" bantah Wisnu yang kini berdiri di hadapanku.

"Iya sekarang, nanti? Tengah malem? Subuh? Besok? Gimana? Ga mungkin lo tenang terus! Gue tau lo cengeng! Ini bukan pertama kalinya gue ngeliat lo nangis, Nu! Lo juga pernah nangisin Suci di depan gue! Gue pernah liat lo hampir mati digebukin orang cuma gegara Suci! Gegara kehilangan cewek yang lo suka! Gimana sekarang? Lo kehilangan satu-satunya manusia yang setia sama lo! Satu-satunya keluarga yang lo punya! Apa yang bakal lo lakuin? Separah apa lagi yang bakalan lo perbuat?!" ocehku dengan penuh emosi.

"Kenapa lo peduli?" tanyanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!