NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Monumen Fisik dan Ingatan yang Terlupakan

Shanmu berdiri di tepi hutan, matanya menyapu formasi batuan di hadapannya. Pikirannya bekerja dengan sederhana. Di Dusun Sunyi, batu terbesar yang pernah kuangkat setinggi dadaku, dan itu sudah membuatku kelelahan. Sekarang, setelah satu tahun perjalanan dan kerja keras, aku harus bisa lebih. Mari coba yang dua kali lebih besar dari itu.

Ia memilih sebuah target, sebuah bongkahan batu granit abu-abu gelap, tinggi dan lebar, kira-kira dua kali ukuran tubuhnya yang perkasa, terkubur sebagian di tanah. Batu itu berada sekitar seratus meter ke dalam hutan. Tanpa ragu, Shanmu melangkah masuk. Suasana hutan yang sejuk dan damai menyambutnya, aroma tanah basah dan daun membawanya kembali pada kenangan tahun pengembaraannya. Ia merasa nyaman, seperti kembali ke rumah yang sebenarnya.

Sampai di depan batu pilihannya, Shanmu berhenti. Ia mengamatinya dengan kritis. "Ini pasti sangat berat," gumamnya sendiri. "Tapi aku harus berusaha sekuat tenaga."

Itu adalah mantra pribadinya. Ia menarik napas panjang, mengisi paru-parunya dengan udara segar hutan, seolah-olah bisa mengisinya dengan kekuatan. Kemudian, ia membungkuk, kedua tangannya yang besar dan berotot mencengkeram erat dua tonjolan di sisi batu. Kukunya yang pendek dan kuat mencengkeram permukaan batu yang kasar.

"Hyarrgh!"

Dengan teriakan kecil dari dalam dada, ia mengerahkan seluruh tenaga yang ia kira dimilikinya. Apa yang terjadi selanjutnya sama sekali di luar perkiraannya.

Alih-alih batu itu terangkat perlahan dengan susah payah, seolah-olah tubuh Shanmu mengeluarkan tenaga ledakan yang tak terduga. Batu itu seketika terlepas dari cengkeraman bumi dengan suara gemuruh yang pendek. Namun, bukannya naik ke bahunya, batu raksasa itu terlontar ke atas seolah-olah ditendang oleh raksasa tak kasat mata. Dengan kecepatan yang mengagetkan, batu itu melesat ratusan meter ke udara, menghilang di antara puncak-puncak pohon, entah ke mana jatuhnya.

Shanmu sendiri, karena daya tolak yang tiba-tiba dan tidak seimbang, terlempar ke belakang. Bokongnya mendarat di tanah dengan suara 'gedebuk' yang keras, mengirimkan rasa sakit tumpul yang menyebar ke tulang ekornya. "Aduh! Sakit sekali!" keluhnya, tangannya mengusap bagian yang sakit.

Namun, rasa sakit itu segera terlupakan oleh keheranan yang lebih besar. Ia menggosok matanya dan melihat ke atas. Langit kosong. Ia menoleh ke depan. Tanah tempat batu itu tadi terkubur kini hanya meninggalkan lubang besar. Batu itu lenyap.

"Kemana perginya batu itu?" gumamnya, wajahnya berkerut dalam kebingungan yang mendalam. "Kenapa tiba-tiba menghilang? Apa aku sedang bermimpi?"

Ia berdiri, masih memegangi bokongnya, dan memandang sekeliling dengan waspada. Tidak ada tanda-tanda batu jatuh, tidak ada suara gemuruh. Hanya angin yang berdesir di daun. Tapi Shanmu bukanlah orang yang mudah patah semangat. Sebuah pepatah sederhana dari masa kecilnya muncul. Patah satu, tumbuh seribu. Hilang satu, masih banyak yang menunggu.

"Baiklah," katanya pada diri sendiri, mengusap debu dari pakaian hijaunya. "Mungkin batu itu tidak cocok."

Ia berjalan beberapa langkah, menemukan batu lain yang bahkan lebih besar. Kira-kira tiga kali ukuran tubuhnya, sebuah monster batu yang tampaknya mustahil untuk digerakkan oleh manusia mana pun. Shanmu kali ini tampak lebih serius. Ia mengitari batu itu, mencari titik pegangan yang baik. Ini pasti akan menguji batasku, pikirnya.

Dengan tekad yang membaja, ia kembali membungkuk, mencengkeram batu itu dengan erat. Ia mengumpulkan tenaga, merasakan otot-otot di lengan, punggung, dan kakinya menegang seperti kabel baja.

"Hiiiyyaaah!"

Kekuatannya meledak lagi.

'whoosh'

Suara angin yang mengerikan, batu raksasa itu terlepas dari tanah dan meluncur ke angkasa seperti batu yang dilempar dari ketapel raksasa. Ia melayang tinggi, melintasi puncak pohon, dan menghilang ke arah bukit yang jauh.

Shanmu sekali lagi terlempar ke belakang, mendarat di tempat yang sama dengan rasa sakit yang lebih tajam di bokongnya. "Aduh! Lagi-lagi!" jeritnya. Dan lagi, ketika ia melihat ke depan, batu itu telah lenyap tanpa jejak.

Kebingungannya kini berubah menjadi kecurigaan. Ia berdiri, matanya menyapu hutan yang sunyi. Sebuah pemikiran muncul di benaknya yang polos. Mungkinkah ada seorang kultivator yang bersembunyi di sini, mengujiku atau mengolok-olokku? Mungkin mereka menggunakan kekuatan Qi mereka untuk melemparkan batuku atau bahkan menyembunyikannya?

Dengan reaksi yang cepat dan penuh hormat dan sedikit ketakutan jika itu adalah kultivator jahat, Shanmu segera menundukkan kepalanya ke segala arah, membungkuk dalam-dalam.

"Maafkan kelancangan saya, Tuan atau Nyonya Kultivator yang mulia!" serunya ke udara. "Saya hanyalah seorang pengembara yang sedang berlatih. Saya tidak bermaksud mengganggu latihan atau kedamaian Yang Mulia!"

Ia menunggu, menjaga posisi membungkuk. Namun tidak ada jawaban. Hanya suara alam.

Ironi yang dalam terletak pada ketidaktahuan Shanmu. Ia tidak menyadari bahwa ledakan kekuatan yang baru saja ia tunjukkan itu berasal dari dalam dirinya sendiri. Selama setahun penuh pengembaraan di hutan belantara, tubuhnya telah mengalami tempaan yang jauh melampaui imajinasinya, namun kenangan-kenangan itu terpendam di bawah kesadaran sehari-harinya yang fokus pada bertahan hidup.

Ia ingat hujan badai. Ia ingat harus berteduh. Tapi ia melupakan detailnya. Suatu kali, dalam sebuah badai dahsyat yang mengamuk selama berhari-hari, satu-satunya tempat berlindung adalah di bawah sebuah pohon raksasa berusia ratusan tahun yang akarnya membentuk gua kecil. Namun, angin begitu kencang hingga akar-akar penyangga pohon itu mulai tercabik, dan pohon raksasa itu mulai miring, mengancam akan roboh dan menghancurkannya.

Dalam kepanikan dan naluri bertahan hidup, Shanmu telah mendorong tubuhnya ke batang pohon yang miring itu. Bukan sekadar menahan, tetapi mendorongnya kembali dengan segenap tenaga. Saat itu, ia merasakan rasa sakit yang luar biasa, otot-ototnya seperti robek, dan ia bahkan muntah darah karena tekanan yang ekstrem.

Tapi ia tidak bisa pergi. Tidak ada tempat lain. Jadi ia bertahan. Ia mendorong dan menahan selama tiga hari tiga malam, dengan badai yang semakin menjadi-jadi menambah beban yang harus ditahannya. Beban itu bukan hanya berat pohon, tetapi juga amukan angin dan hujan yang mendorongnya. Dalam hitungannya yang sederhana, beban itu setara dengan puluhan, bahkan mungkin ratusan, batu sebesar yang baru saja ia coba angkat.

Dan tentang kecepatan larinya. Setelah insiden pembunuhan di desa pertama, Shanmu diliputi oleh kengerian dan penolakan terhadap dirinya sendiri. Ia lari. Ia lari tanpa henti, bukan sekadar melarikan diri dari kejadian, tapi juga dari kenyataan bahwa ia adalah seorang pembunuh. Selama tiga hari itu, ia hampir tidak berhenti. Hanya untuk minum dari genangan atau sungai, atau menyambar buah liar tanpa berhenti berlari. Jarak yang ia tempuh dalam keadaan setengah sadar dan penuh adrenalin itu mencapai seratus lima puluh kilometer melewati medan hutan yang sulit. Itu adalah kecepatan dan stamina yang mengerikan, yang hanya bisa dicapai oleh kultivator tingkat tertentu.

Tapi bagi Shanmu, itu semua hanyalah "lari karena takut" dan "bertahan dari badai". Ia tidak pernah menghubungkannya dengan kekuatan fisik yang luar biasa. Baginya, itu adalah hal yang harus dilakukan untuk hidup.

Kini, setelah menghormat dan tidak mendapat jawaban, Shanmu menghela napas. Rasa penasarannya mengalahkan kecurigaan. Jika ada kultivator yang bermain-main, bagaimana kalau aku mencoba menjebaknya keluar?

Matanya berbinar dengan ide yang agak jahil. Ia melihat ke arah tebing di kejauhan. Di sana, tersandar pada lereng, ada sebuah batu yang benar-benar monumental. Ukurannya sebesar sebuah rumah kecil penduduk desa. Mustahil untuk diangkat. Tapi itulah tujuannya.

"Ini bukan berarti aku bisa," bisiknya pada diri sendiri, sambil berjalan mendekat dengan semangat baru. "Aku hanya ingin melihat... apakah kultivator itu bisa menghilangkan batu sebesar ini juga."

Senyum licik yang jarang terlihat menghiasi wajah lugunya. Ia merasa seperti anak kecil yang hendak memancing reaksi.

Sampai di depan batu raksasa itu, Shanmu merasa kecil. Batu itu setinggi tiga kali tingginya dan selebar lima kali rentang tangannya. Dengan penuh teatrikal, ia mengelilinginya, seolah-olah memeriksa kelemahannya. Lalu, dengan gerakan yang penuh keyakinan, ia membungkuk dan mencengkeram bagian bawah batu yang sedikit menonjol.

Kali ini, ia mengerahkan kekuatannya dengan lebih terkontrol, perlahan. Batu itu bergetar, dan tanah di sekitarnya retak. Dengan desisan napas, Shanmu berhasil mengangkat satu sisi batu itu setinggi satu meter dari tanah. Debu dan kerikil berhamburan. Tanpa berhenti, ia merangkak perlahan ke bawah batu yang terangkat, mencari titik tengah gravitasinya. Setelah menemukan posisi yang stabil di bawah tonjolan batu yang paling kuat, ia menempatkan bahunya yang lebar, lalu mendorong dengan kaki dan tangannya.

Dengan gemuruh yang dalam dan menggetarkan bumi, batu raksasa rumah itu terangkat. Perlahan, dengan ketegangan otot yang terlihat jelas di setiap urat leher dan lengannya, Shanmu berdiri. Kaki-kakinya yang kokoh seperti pilar menyangga beban yang tak terbayangkan. Ia berdiri tegak, dengan batu sebesar rumah itu sekarang bertengger di atas bahu dan punggungnya, diangkat tinggi oleh kedua tangannya yang menahan dari bawah.

Keringat mengucur deras di pelipisnya, tetapi ekspresinya bukanlah ekspresi kesakitan atau kelelahan ekstrem. Itu adalah ekspresi konsentrasi dan... antisipasi yang penuh tipu daya.

Dari bawah bayangan batu raksasa, matanya yang berbinar menyapu hutan di sekelilingnya. Suaranya, meski sedikit tertekan oleh beban, terdengar jelas dan penuh tantangan.

"Ayo, Tuan atau Nyonya Kultivator yang bersembunyi!" panggilnya, suaranya bergema di bawah batu. "Tunjukkan pada saya jika kalian bisa menghilangkan batu yang satu ini!"

Ia lalu terkikik geli, suaranya terdengar aneh di tengah keheningan hutan yang ia langgar dengan kekuatannya yang monster. Dalam benaknya, ia sudah membayangkan seorang kultivator perkasa melompat keluar dari balik pohon, terkejut, dan takjub, lalu tertawa bersama-sama.

Tapi yang ada hanyalah keheningan. Dan Shanmu, dengan batu raksasa di pundaknya, hanya berdiri di sana, menunggu sebuah reaksi yang tidak akan pernah datang dari luar dirinya sendiri, karena rahasia kekuatannya yang dahsyat telah bersemayam di dalam tubuhnya sendiri sepanjang waktu, menunggu untuk disadari.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!