NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Bersemi

Ketika Cinta Bersemi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cumi kecil

Di sebuah universitas yang terletak kota, ada dua mahasiswa yang datang dari latar belakang yang sangat berbeda. Andini, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang sangat fokus pada studinya, selalu menjadi tipe orang yang cenderung menjaga jarak dari orang lain. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku-buku tentang perilaku manusia, dan merencanakan masa depannya yang penuh dengan ambisi.

Sementara itu, Raka adalah mahasiswa jurusan bisnis. raka terkenal dengan sifatnya yang dingin dan tidak mudah bergaul, selalu membuat orang di sekitarnya merasa segan.

Kisah mereka dimulai di sebuah acara kampus yang diadakan setiap tahun, sebuah pesta malam untuk menyambut semester baru. Andini, yang awalnya hanya ingin duduk di sudut dan menikmati minuman, tanpa sengaja bertemu dengan Raka.

Yuk guys.. baca kisah tentang perjalanan cinta Andini dan Raka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 TEMPAT NYAMAN SETELAH HARI BERAT.

Andini datang lebih pagi dari biasanya. Rambutnya dikuncir rapi, map di tangan, dan wajahnya mencoba tetap tenang walau dadanya sedikit berdebar. Hari ini ia dijadwalkan membantu tim menyusun bahan presentasi untuk klien besar.

Namun sejak masuk ruangan, aura berbeda sudah terasa. Tatapan dingin dari seorang wanita. berusia sekitar akhir dua puluhan, elegan, penuh percaya diri, mengarah padanya. Namanya Kak Vira, salah satu senior di tim marketing, dan jelas… ia bukan tipe yang mudah akrab.

Andini menyapa sopan. “Pagi, Kak Vira.”

Wanita itu hanya melirik sekilas. “Pagi,” jawabnya datar, tanpa senyum.

Wanita itu hanya melirik sekilas. “Pagi,” jawabnya datar, tanpa senyum.

Andini menunduk kecil dan melanjutkan pekerjaannya. Tapi sepanjang pagi, ia merasa diawasi. Setiap langkahnya dikomentari halus, tentang cara mengetik, menyusun data, bahkan memilih font.

“Kalau kamu belum ngerti, mending nggak usah coba-coba. Klien nggak suka hal asal-asalan,” kata Vira ketika Andini menyarankan ide desain sederhana.

Andini menelan ludah. Ia mencoba menjelaskan, tapi tatapan Vira tajam, seolah tak memberi ruang. Rekan-rekan lainnya hanya diam, tak ada yang membela, meski beberapa terlihat iba.

Sore harinya, Andini duduk sendirian di pantry, mencoba menenangkan diri. Air matanya hampir jatuh, tapi ia menahannya.

Ponselnya bergetar.

Raka: “Gimana hari ini?”

Andini mengetik pelan.

Andini: “Capek. Banget. Tapi aku baik-baik aja kok.”

Tak butuh lama, panggilan masuk.

“Din?” suara Raka langsung terasa hangat.

Andini diam sejenak. Lalu akhirnya jujur, dengan suara serak. “Kenapa ada orang yang kelihatannya nggak suka aku bahkan sebelum kenal aku, Rak?”

Raka terdiam sejenak, lalu menjawab dengan lembut. “Mungkin karena mereka ngerasa kamu datang dengan cahaya… dan cahaya itu bikin mereka ngerasa silau.”

Andini terisak kecil, tersenyum dalam tangis. “Aku cuma pengen belajar… bukan ganggu siapa-siapa.”

“Aku tahu,” kata Raka pelan. “Dan kamu nggak sendirian. Kalau kamu mau mundur, aku ngerti. Tapi kalau kamu tetap lanjut, aku akan ada buat kamu. Tiap hari.”

Andini memejamkan mata. Dalam dunia yang kadang dingin, Raka selalu jadi rumah hangat yang membuatnya ingin terus melangkah.

HARI BERIKUTNYA.

Suasana kantor makin terasa kaku bagi Andini. Meskipun ia berusaha tetap sopan dan profesional, tekanan dari Kak Vira seperti tak pernah reda. Selalu ada yang salah. Selalu ada yang kurang.

Siang itu, rapat evaluasi tengah berlangsung. Andini dengan ragu diminta mempresentasikan data insight digital campaign yang ia susun semalaman. Semua mata tertuju padanya, termasuk milik Kak Vira yang menatap tajam.

Namun ketika Andini mulai menjelaskan dengan runtut, perlahan suasana berubah. Supervisor mengangguk-angguk pelan. Salah satu manajer bahkan menimpali, “Ini ide bagus, pendekatannya fresh.”

Wajah Kak Vira tampak menegang. Ia mencatat sesuatu di laptopnya, tapi tidak menatap Andini sekali pun. Setelah rapat selesai dan semua orang bubar, Vira berjalan keluar lebih dulu. tanpa sepatah kata.

Andini menunduk, tak tahu harus senang atau cemas.

Di tempat lain, Vira duduk sendiri di ruang kecil dekat pantry. Matanya menatap kosong ke arah jendela.

“Baru magang saja sudah dapat perhatian. Dulu aku butuh waktu satu tahun lebih untuk dilihat,” gumamnya lirih.

Ia mengingat hari-harinya dulu. Lembur sendirian, ide-idenya ditolak berkali-kali, dan perjuangan naik dari nol. Ia sudah terbiasa jadi satu-satunya perempuan muda yang bersinar di divisi itu. hingga Andini datang.

Andini yang cerah. Andini yang cepat tanggap. Andini yang membuatnya merasa… terancam.

Bukan karena Andini salah. Tapi karena Vira takut kehilangan tempat yang selama ini ia perjuangkan mati-matian.

Sore itu, Vira dan Andini bertemu di lift. Hanya berdua. Hening.

Andini mencuri pandang, mencoba tersenyum kecil. “Terima kasih untuk arahannya selama ini, Kak. Aku banyak belajar.”

Vira hanya mengangguk. Tapi hatinya bergejolak.

“Jangan terlalu cepat senang,” ucap Vira akhirnya, tanpa menoleh. “Dunia kerja itu keras. Kadang, lebih dari sekadar ide bagus.”

Lift terbuka. Vira melangkah pergi duluan.

Andini tetap berdiri di sana. Ia menarik napas dalam. Ia tak mengerti sepenuhnya… tapi ia bisa merasakannya. Vira bukan sekadar tak suka, dia takut.

Dan Andini tahu, satu-satunya cara untuk menjawab rasa itu… bukan dengan membalas. Tapi dengan tetap berjalan. Pelan-pelan, dengan kepala tegak.

KAFE.

Langit sore mulai gelap saat Andini melangkah pelan ke sebuah kafe kecil di sudut jalan. kafe milik Raka. Tempat itu tidak besar, tapi selalu terasa hangat. Aroma kopi dan kayu manis menyambutnya begitu pintu dibuka.

Raka berdiri di balik meja bar, sibuk menyusun cangkir, tapi senyumnya langsung muncul begitu melihat Andini masuk.

“Wah, tamu spesial,” sapa Raka lembut. “Sendirian?”

Andini hanya mengangguk pelan. Matanya tampak lelah. Ia duduk di kursi tinggi dekat bar, meletakkan tasnya, dan menatap meja kosong.

Raka bisa langsung membaca suasana. Tanpa banyak tanya, ia menyeduhkan segelas latte hangat dan meletakkannya di depan Andini.

“Ini racikan tenang. Nggak bikin jantung deg-degan, tapi bikin hati hangat.”

Andini menatap cangkir itu, lalu menatap Raka. “Hari ini… capek banget, Rak.”

Raka bersandar di meja, menatapnya sabar. “ apa ini tentang senior kamu? "

Andini ragu sejenak, lalu menghela napas panjang. Ia mulai bercerita. tentang Kak Vira, tentang perasaan ditekan, dan tentang seseorang di kantor yang seolah melihatnya sebagai ancaman, bukan rekan.

" Aku nggak pernah minta semua itu terjadi, Rak. Aku cuma pengen kerja, belajar, buktiin kalau aku mampu. Tapi… kayaknya keberadaan aku aja udah cukup bikin orang sebel.”

Raka diam. Lalu menjawab pelan, “Kadang, kehadiran kita bisa jadi cermin buat orang lain. Dan bukan salah kamu kalau cermin itu menunjukkan sesuatu yang nggak mereka suka.”

Andini memejamkan mata, menahan air mata yang nyaris jatuh. “Aku takut, Rak. Takut dibilang cari perhatian, takut jadi alasan orang lain sakit hati.”

Raka menyentuh tangannya pelan, hangat dan mantap. “Kamu nggak salah jadi diri kamu, Din. Dan kamu nggak harus minta maaf karena orang lain belum siap nerima keberadaan kamu.”

Andini membuka mata, menatapnya dalam.

“Terima kasih,” bisiknya.

“Selalu,” jawab Raka. “Selama kamu butuh tempat pulang… kafe ini, dan aku, selalu ada.”

Sore itu, di antara denting sendok dan musik jazz yang mengalun pelan, Andini menemukan ketenangan. Bukan karena masalahnya selesai, tapi karena ia tahu, ada satu tempat, satu orang, yang selalu melihatnya apa adanya.

Dan itu cukup… untuk membuatnya kuat esok hari.

1
Drama Queen
Hai kak, salam kenal. kalo berkenan mampir ya di novel aku ☺
Marchel: Terimakasih sudah mampir ☺
total 1 replies
Kim Bum
lanjut
Kim Bum
titip sandal ya kak. nanti kalo udah rame balik lagi😁
Marchel: Terimakasih kak, sudah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!