Rabella membenci Alvaro, adik angkatnya!
Semua orang tau itu, tapi apa jadinya kalau Rabella malah jadi istri kedua Alvaro karena kecerobohannya sendiri? Setelahnya, Rabella harus menanggung nasib paling buruk yang tak pernah dia impikan!
Apa yang terjadi sebenarnya?
Yuk simak cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alnayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata, Ini Rencana Papa!
"Oh baik, Pak. Apa daya juga harus membawa tab?" Rabella mengangguk, kemudian bertanya sebagai antisipasi. Barang kali dia membutuhkan tab untuk mengganti jadwal atau keperluan Pak Cakra.
Tapi, Pak Cakra hanya menggeleng pelan. "Tidak perlu, kita hanya berbincang ringan dan tidak lama. Ayo," ajaknya lagi, langsung memimpin jalan Rabella masuk ke dalam ruangan pria itu.
Mereka sekarang sudah ada di ruangan Cakra, Rabella dipersilakan duduk di depan meja. Sedangkan Cakra sudah duduk di kursi kebanggaannya sendiri.
Keduanya saling berhadapan sekarang, kemudian Cakra menyerahkan beberapa dokumen pada Rabella.
"Ini jadwal terbaru untuk minggu depan, sampai bulan depan. Kamu bisa mulai mengubah semua jadwalnya," ucap Cakra.
Rabella menerimanya tanpa ragu, mengangguk patuh.
"Baik, Pak. Apa hanya ini saja yang perlu saya ubah?"
"Ah, iya ada hal penting lagi. Tapi kita masih harus menunggu orang yang berkaitan dulu, kamu bisa santai aja di ruangan ini sambil menunggu orangnya datang."
Begitu ucapan Cakra, membuat Rabella merasa tenang. Setidaknya dia bisa santai sejenak, berlaku seperti orang yang kenal baik dengan Cakra, bukan sebagai atasan dan bawahan.
Lima belas menit Rabella menunggu di ruangan Cakra, hingga akhirnya suara ketukan pintu membuat mereka berdua kembali fokus pada pintu tersebut.
Cakra yang pertama berdiri, langsung mempersilakan orang yang mengetuk pintu untuk masuk saja.
Rabella juga berdiri, berpikir bahwa mungkin saja tamu yang mereka tunggu adalah orang penting, seperti klien misalnya. Tentu Rabella harus bersikap sopan dan baik, tidak perlu menunjukkan kejelekannya bukan?
"Selamat datang, Alvaro."
Deg
Rabella mematung, nama itu? Kenapa harus nama itu yang dipanggil Pak Cakra? Begitu pikir Rabella, hingga matanya benar-benar menemukan sosok Alvaro, yang semalam membuat sekujur tubuhnya sakit.
Iya, benar. Dia Alvaro adik angkat Rabella, sekaligus suaminya!
Bukan Alvaro yang lain.
Itu benar-benar Alvaro yang dibencinya!
Mata Rabella sontak beralih pada Cakra, seolah meminta penjelasan kenapa pria yang paling dibencinya ada di sini.
Tapi, sekali lagi Cakra mengabaikannya. Hanya fokus pada Alvaro.
"Ayo kita duduk dulu, Rabella kamu juga." Ajakan itu keluar dari mulut Cakra begitu saja, mau tak mau Rabella menurut.
Dia berusaha berpikir lebih jernih, siapa tahu kedatangan Alvaro ini bukan hal penting. Dengan begitu, dia juga bisa memamerkan diri sebagai orang yang berhasil naik jabatan dan mengalahkan pria itu..
Rabella sudah mengatur ekspresi wajahnya, tak lagi terkejut. Lebih percaya diri, karena yakin kalau Alvaro masih ada di bawahnya.
"Nah, Rabella... Mulai hari ini, Alvaro akan menjadi Direktur Utama perusahaan. Dia juga akan menjadi atasan kamu, saya harap kalian bisa bekerja dengan baik dan saling melengkapi."
"Baik, Pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin," balas Alvaro tenang, sembari tersenyum tipis pada Cakra dan Rabella.
"A-APA? APA MAKSUDNYA INI, PAK CAKRA?" Tapi tidak dengan Rabella yang mendadak terkejut karena ucapan Cakra barusan. Rabella juga langsung berdiri, tak Terima dengan ucapan Cakra.
Yang benar saja! Rabella baru akan memamerkan posisi barunya, tapi sekarang?
Alvaro malah naik jabatan jadi Direktur Utama dan asistennya adalah dirinya? Seorang Rabella?
Ini gila! Lagi-lagi, Rabella berada di bawah Alvaro. Sialan! Pasti ini rencana papa Felix, begitu pikir Rabella.
Pantas saja, papanya dengan mudah memberikan kenaikan jabatan padanya. Ternyata ini yang direncanakan papanya. Rabella merasa sudah gila sekarang, kenapa hidupnya selalu berhubungan dengan Alvaro.
Tidak di rumah saja, tapi di kantor juga.
Dua pria itu juga jadi berfokus pada Rabella.
"Oh, maaf Rabella. Saya kira, kamu sudah diberitahu oleh Tuan Felix."
Nah, benar. Ternyata memang semua ini rencana papanya!
"Saya gak bisa kerja sama dia, Pak. Lebih baik saya juga undur diri saja," ucap Rabella kepalang kesal dan malu pada Alvaro.
Malu karena dia belum bisa melampaui pria itu, tentu juga kesal karena kalau dia menerima Alvaro sebagai atasannya, anak ingusan itu pasti akan semakin semena-mena padanya.
Rabella hendak keluar dari ruangan itu.
"Tunggu dulu, Rabella. Kamu cukup kompeten sebagai sekretaris, akan membuang waktu sia-sia jika mencari sekretaris baru sekarang. Saya mohon kamu tetap di sini, Tuan Felix juga akan marah jika kamu bersikap seperti ini, tolong sedikit profesional dan kesamping kan masalah pribadi kalian."
Rabella berhenti sejenak, menatap Cakra dengan tatapan sinis.
"Ya, saya emang bukan karyawan yang profesional. Jadi, lebih baik saya berhenti saja. Saya lebih gak sudi kalau harus bekerja sama dia," ucap Rabella kesal.
Cakra jadi serba salah, bukan itu maksud ucapannya tadi.
"Rabella tolong pertimbangkan lagi, saya tidak mau kamu bertengkar lagi dengan Tuan Besar."
Tapi, Rabella terus melangkah keluar. Mengabaikan ucapan Cakra barusan.
Cakra diam, menoleh ke arah Alvaro.
"Maaf kan saya yang telah memperlihatkan sisi buruk saya kepada kamu, Alvaro."
"Tidak masalah, Pak Cakra. Urusan Kak Rabella, biar saya saja yang mengurus. Pak Cakra bisa mengurus sisa pekerjaan saja sebelum pindah ruangan ke lantai atas," ucap Alvaro, meyakinkan Cakra bahwa dirinya bisa mengatasi Rabella.
"Baik, Terima kasih."
"Kalau begitu, saya juga pamit. Saya harus membujuk Kak Rabella agar tetap bekerja sebagai sekretaris Direktur Utama di perusahaan ini," sahut Alvaro lagi, kali ini tanpa menunggu balasan dari Cakra, pria itu langsung melenggang pergi.
Segera mencari keberadaan Rabella.
Alvaro tak mau menyia-nyiakan kesempatan bisa bekerja bersama dengan kakak angkatnya yang cantik itu.
Saat diberitahu oleh papa Felix, bahwa Rabella akan menjadi sekretaris barunya setelah naik ke posisi Direktur Utama, Alvaro jadi tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
Harusnya dia masuk kerja baru minggu depan, tapi dia tak tahan lagi untuk cepat-cepat masuk kerja hari ini juga, lebih cepat dari yang direncanakan.
Karena Alvaro sangat ingin melihat wajah cantik kakak angkatnya itu. Seolah dia lupa sudah menghabiskan malam yang panjang kemarin.
Ketemu, Alvaro berhasil mengejar Rabella sampai ke basement.
Sepi di sana. Hanya ada mereka berdua, Alvaro buru-buru mencekal tangan Rabella agar wanita itu berhenti.
"Kak Rabella, tunggu sebentar! Kenapa kakak menyerah secepat ini??"
Spontan, Rabella membalikkan badannya.
"Apa lo bilang, hah? Menyerah??"
"Eung, bukan kah Kak Rabella langsung menyerah setelah tahu aku yang menggantikan pak Cakra sebagai Direktur Utama? Aku kira, kakak akan berusaha menggantikan posisi ku. Ternyata aku salah, apa kakak sudah capek bersaing denganku?"
"Heh, siapa yang bilang gue nyerah hah? Gue nggak nyerah! Gue juga gak bakal kalah dari lo," bantah Rabella dengan sengit.
Tapi Alvaro malah mengedikkan bahunya, masih dengan wajah yang mengejek Rabella.
"Kalau begitu, apa kakak mau menerima tantangan dari aku?"