ongoing
Tian Wei Li mahasiswi miskin yang terobsesi pada satu hal sederhana: uang dan kebebasan. Hidupnya di dunia nyata cukup keras, penuh kerja paruh waktu dan malam tanpa tidur hingga sebuah kecelakaan membangunkannya di tempat yang mustahil. Ia terbangun sebagai wanita jahat dalam sebuah novel.
Seorang tokoh yang ditakdirkan mati mengenaskan di tangan Kun A Tai, CEO dingin yang menguasai dunia gelap dan dikenal sebagai tiran kejam yang jatuh cinta pada pemeran utama wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#1
Tian Wei Li tahu satu hal sejak lama hidup tidak pernah gratis. Di kota ini, udara saja seperti menagih bayaran. Gedung-gedung menjulang tinggi, lampu-lampu neon menyala sepanjang malam, dan orang-orang berlalu-lalang dengan wajah lelah yang sama wajah yang terlalu sering kalah oleh tagihan, jam kerja, dan mimpi yang belum sempat tumbuh.
Wei Li duduk di depan layar laptop tua di kamar sempitnya. Kipas kecil di sudut ruangan berdecit seperti sedang sekarat. Kaos abu-abu yang ia kenakan sudah longgar dan tipis karena terlalu sering dicuci. Rambut hitamnya diikat asal asalan, beberapa helai jatuh ke kening, lengket oleh keringatnya.
Jam menunjukkan pukul 01.47 dini hari Ia belum tidur. Di layar, barisan kode bergerak cepat. Jarinya menari di keyboard dengan kecepatan yang tidak masuk akal untuk ukuran mahasiswi semester empat. Sistem keamanan sebuah situs luar negeri terbuka begitu saja di hadapannya seakan rapuh, bodoh, menyedihkan.
Wei Li mendengus pelan. “Payah,” gumamnya, lalu menutup semuanya. Ia bisa mengambil uang dari sana. Mudah. Terlalu mudah, malah. Tapi ia tahu satu hal: uang kotor selalu datang dengan harga. Dan ia belum cukup kaya untuk berurusan dengan dunia yang lebih busuk dari ini.
Perutnya berbunyi. Lapar. Lagi. Wei Li berdiri, membuka lemari kecil, hanya menemukan sebungkus mi instan rasa ayam. Kedaluwarsa dua minggu lalu. “hmm masih aman,” katanya sambil tersenyum miring.
Ia terbiasa hidup begini. Terbiasa menahan lapar. Terbiasa menghitung receh. Terbiasa bekerja di tiga tempat berbeda, kedai kopi pagi hari, asisten lab sore, dan joki coding malam. Hidupnya penuh angka, sistem, dan kelelahan.
Tapi di balik semua itu, Wei Li menyimpan satu mimpi yang terdengar bodoh di telinga orang lain. Ia ingin menjadi kaya. Kaya gila-gilaan. Bukan untuk menyelamatkan dunia. Bukan untuk terlihat mulia. Ia hanya ingin hidup enak, tidur tanpa takut besok makan apa, membeli apa pun tanpa melihat harga, dan menertawakan masa lalunya sambil minum minuman mahal.
Dan malam ini, untuk melarikan diri dari kenyataan yang kejam itu, ia membuka ponselnya. Sebuah novel muncul di layar. 'Tiran yang Kejam' Wei Li sudah membaca sampai setengah. Novel dunia paralel dengan CEO psikopat, dunia gelap, pembunuhan, dan cinta yang aneh. cinta yang tumbuh di antara darah dan kekuasaan.
Tokoh prianya, Kun A Tai, adalah tiran bajingan. CEO dingin, kejam, membunuh tanpa berkedip demi wanita yang ia cintai.
Tokoh wanitanya… Shen Yu An. Wei Li mendengus. “cih cewek licik.” Tangannya menggulir layar sampai ke bagian yang ia sukai. Adegan ketika wanita jahat yaitu Lu Xian Yue dibunuh karena menyakiti Shen Yu An.
Pisau. Darah. Teriakan. Ketakutan. Wei Li tersenyum kecil. “Pantes,” gumamnya tanpa rasa bersalah. “Nyusahin hidup orang, ya mati lah.” Ia tidak merasa iba sedikit pun. Di dunia nyata, ia sudah terlalu sering melihat orang baik diinjak-injak, sementara yang licik hidup nyaman. Melihat karakter jahat mati terasa… memuaskan baginya.
Setelah beberapa menit, matanya mulai perih. Wei Li meletakkan ponsel di kursi, lalu berdiri. “Cemilan enak nih” katanya pada diri sendiri. Ia melangkah ke arah dapur kecil tanpa menyalakan lampu. Pikirannya masih tertinggal di dunia novel itu tentang kekuasaan, uang, dan betapa mudahnya hidup jika kau berada di posisi atas. Langkahnya tiba-tiba berhenti.
Krak.
Sesuatu pecah di bawah telapak kakinya. Rasa sakit menjalar cepat. Wei Li terkejut, tubuhnya kehilangan keseimbangan. Ia terpeleset, jatuh ke belakang. Dunia berputar. “Sh—” desis Wei Li meringis
Brak.
Kepala belakangnya menghantam lantai dengan keras. Ada rasa panas. Nyeri. Lalu gelap. Ponselnya tergeletak di kursi, layar masih menyala, menampilkan kalimat terakhir yang ia baca 'Kun A Tai menatap Lu Xian Yue tanpa emosi sebelum pisau itu menusuk' Dan dunia Tian Wei Li… berhenti di sana.
