"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 Diusir
Setelah melihat kondisi rumah yang
menurut Alvin masih cukup layak
untuk di huni, ia pun segera menyewa
rumah milik kakek Rusdi, nama yang baru
Alvin ketehaui beberapa saat yang lalu.
"Jadi berapa sebulannya kek?" tanya
Alvin.
"Kamu ada uang berapa le?" tanya
kakek Rusdi.
"Saya sebenarnya saya nyari kosan
yang sebulannya 300an kek, berhubung ini
rumah, saya gak tahu kali kontrak berapa"
jawab Alvin.
"Hmmm berhubung rumahnya juga
sudah jelek, gimana kalau 2 juta setahun"
ujar kakek Rusdi.
"Tapi saya Ndak ada uang sebanyak itu
kek' protes Alvin jujur.
"Yawes kamu adae berapa, sisanya bisa
dicicil" jawab kakek Rusdi penuh
pengertian.
"Saya bayar 500 dulu ya kek" ucap
Alvin.
"Boleh, saya tinggal didepan situ, itu
rumah saya. Kalau ada apa apa, kamu bisa
datang ke rumah ya" ujar kakek Rusdi
sembari menunjuk sebuah rumah yang
cukup mewah.
Mereka pun sempat berbincang
beberapa saat sebelum akhirnya kakek
Rusdi pamit berlalu.
"Kamu yakin bakal betah tinggal
disini vin?" ucap Mingyu yang sejak tadi
lebih banyak memperhatikan sekitar.
Sebuah rumah lama dengan 1 kamar
tidur, dapur dan kamar mandi kecil. Serta
ruang depan yang tak begitu luas.
"Insyallah Ming, untuk saat ini bukan
kenyamanan yang aku prioritaskan, yang
penting punya tempat tinggal sendiri aja
sudah bersyukur" jawab Alvin.
"Tapi perlu dibersihkan dulu vin, itu
pada kotor semua loh" ujar Mingyu.
"Yah kan bisa tak beresin pelan-pelan
Ming, lagian ada kamu kan, bisa lah
bantuin teman yang membutuhkan ini"
jawab Alvin merayu.
"Hadeh, ya udah sih gampang. Eh
uangmu masih sisa gak, kalau sisa beli hp
sekalian, biar meskipun nanti tinggal
sendiri, kamu bisa kontakan sama aku dan
temen-temen kelas" ide Mingyu.
"Hmmm masih ada sih Ming, tapi beli hp bulan depan aja deh. Ini aku pegang
buat pegangan aja dulu, takut ada
kebutuhan mendesak juga" jawab Alvin.
"Yawes terserah kamu" ucap Mingyu.
Kini keduanya tampak mulai
membersihkan rumah tersebut, meski
bagi Mingyu rumah tersebut sangat tidak
layak, tapi bagi Alvin rumah tersebut
sudah sangat mewah bagi ia yang tak
memiliki apa-apa.
Ya meski jika boleh jujur, memang
terlihat memprihatinkan. Tapi apa boleh
buat, batin Alvin.
Dua jam telah Alvin dan Mingyu
habiskan waktu untuk membersihkan
rumah tersebut, alkhirnya mereka
memutuskan menyudahi acara bersih-
bersih tersebut.
Kini rumah itu terlihat lebih layak
huni daripada tadi. Alvin pun meminta
Mingyu untuk mengantarnya pulang.
Setelah sebelumnya mereka mampir
membeli bakso.
Usia mengantar Alvin, Mingyu pun
segera berlalu. Sedangkan Alvin
langsung masuk ke dalam rumah. Ia
belum ingin berpindah sekarang.
Mengingat rumah yang ia sewa masih
diurusi masalah lampu, karena sudah
lama dicabut oleh PLN, dan baru di
uruskan oleh kakek Rusdi hari ini.
"Lama banget ambil gaji aja" sapa Bu
Elanor tanpa basa-basi.
"Iya buk, tadi ada perlu lain" jawab
Alvin.
"Mana bagian ibuk" tagih Bu Elanor.
Alvin pun menghela nafas, dengan pelan ia membuka amplop yang berisi
gajinya bulan ini, ia mengeluarkan uang
sebanyak 5 lembar seratus ribuan.
"Ini buk" ucap Alvin seraya
memberi Bu Elanor uang 500 ribu tersebut.
"Tambahin dong vin, kamu itu masih
kecil jangan pegang uang banyak banyak"
protes Bu Elanor.
"Sekolah Alvin banyak kebutuhan
buk" jawab Alvin enggan menambahi.
"Tapi ini dikit banget loh" protes Bu
Elanor.
"Gaji Alvin juga gak terlalu banyak
buk' ucap Alvin.
"Jawab aja kamu ini!" Hardik Bu Elanor.
Tak ingin menjawab lagi, Alvin
memilih terdiam, saat pak Rohman masuk
ke rumah, tanda sudah pulang kerja.
"Assalamualaikum" sapa pak Rohman.
"Waalaikumsalam pak" jawab Alvin
seraya menyalami pak Rohman.
Tak lama kemudian, tampak Dina dan
Rafi juga baru datang, sepertinya dari
indomaret karena terlihat kresek besar yang
ditenteng oleh Dina. Serta es krim yang
dinikmati oleh Rafi dengan lahap hingga
belepotan.
"Waduh anak-anak bapak abis jajan
ya" sambut pak Rohman.
"Iya pak, ecimnya enak loh" pamer
Rafi. Yang segera digendong oleh pak
Rohman.
"Banyak banget itu jajannya nduk,
dikasih uang siapa?" tanya pak Rohman.
"Dikasih ibuk pak" jawab Dina membuat
Bu Elanor tersenyum.
Dina pun berlalu, ia memilih masuk ke
dalam kamarnya untuk bermain ponsel,
ya Dina memang memiliki ponsel.
Kehidupan serumah yang memang sangat
berbanding terbalik dengan Alvin.
"Oh ibuk baru dikasih uang sama
Alvin ya, makanya nyuruh Dina jajan
banyak gitu" tebak pak Rohman.
"Enak aja, itu uang ibuk sendiri pak.
Ini loh uang Alvin, dia baru aja ngasih
ibuk barusan" protes Bu Elanor.
"Kok ibu punya uang banyak banget"
tanya pak Rohman.
"Eh itu kan sisa belanja sehari-hari
pak" jawab Bu Elanor sedikit kaget.
"Bukan uang hasil jual rosokan
Alvin kan buk?" sahut Alvin yang
mengingat kejadian di kediaman haji
Maliki tadi.
"Masih aja kamu nuduh aku yang jual
rosokan kamu itu!!" jawab Bu Elanor marah.
"Saya gak nuduk buk, Alvin cuma
konfirmasi" sangkal Alvin.
"Kemarin kan kita sudah bahas ini le,
kemarin itu bapak memang dapat rejeki
lebih, makanya ngasih ibukmu uang
belanja yang lebih banyak dari biasanya.,
mungkin itu yang dipake ibuk buat beliin
Rafi sepatu dan jajan buat adik-adik kamu
hari ini" bela pak Rohman terhadap
istrinya.
"Masalahnya tadi saya bertemu
dengan orang yang membeli rosokanku
pak, orangnya bilang beli dari istrinya pak
Rohman. Bukankah itu ibuk?
Ucap Alvin.
DEG
"Halah orang itu mungkin fitnah ibuk!" ucap Bu Elanor mengelak.
"Yang bener buk?" tanya pak Rohman,
kini mulai meragukan pernyataan sang
istri.
"Beneran pak, jangan bilang kamu
mau ikut-ikutan nuduh ibuk" protes Bu
Elanor.
"Bukan bermaksud nuduh buk, tapi
perkataan Alvin masuk akal" jawab pak
Rohman.
"Heh kamu, anak kurang ajar.
Beraninya adu domba terus ya kamu ini!!"
Tunjuk Bu Elanor pada Alvin dengan
tatapan penuh emosi.
"Alvin gak pingin adu domba buk,
Alvin cuma bertanya hal yang
seharusnya menjadi hak Alvin" jawab
Alvin membela diri.
"Kamu itu gak punya hak apapun
disini, kamu itu cuma numpang, jadi gak
berhak apa apa. Dasar anak pungut!" teriak
Bu Elanor yang langsung di hadiahi sebuah
tamparan dari pak Rohman.
"Kamu berani nampar aku demi anak
pungut itu pak!" protes Bu Elanor seraya
memegang pipinya dengan wajah yang
memerah.
"Jangan dengerin ibuk le" ucap pak
Rohman yang lebih memilih mendekati
Alvin.
Alvin yang sudah tahu mengenai
fakta tersebut, tidaklah kaget, ia hanya
sedikit heran, sebegitu buruknya ia di
mata sang ibu yang sudah merawatnya
sejak kecil.
"Lihat! Lihat ini! Gara gara kamu,
suamiku menamparku" tunjuk Bu Elanor pada Alvin.
Tak ingin mendengar Bu Elanor yang
terus memarahi Alvin, pak Rohman pun
segera membawa Bu Elanor ke dalam
kamar.
Pertengkaran terus berlanjut, Alvin
memilih diam, tanpa berniat keluar
seperti biasanya. Ia harus segera pindah
dari rumah itu, pikir Alvin.
"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.