NovelToon NovelToon
Putraku Menggila

Putraku Menggila

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Bad Boy / Keluarga / Teen School/College / Anak Yang Berpenyakit / Idola sekolah
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rere Lumiere

Bima, seorang mahasiswa semester akhir yang stres kerena skripsi nya, lalu meninggal dunia secara tiba-tiba di kostannya. Bima kemudian terbangun di tubuh Devano, Bima kaget karena bunyi bip... bip... di telinganya. dan berfikiran dia sedang mendapatkan hukuman dari Tuhan.

Namun, ternyata dia memasuki tubuh Devano, remaja berusia 16 tahun yeng memiliki sakit jantung dan tidak di perdulikan orang tuanya. Tetapi, yang Bima tau Devano anak orang kaya.

Bima yang selama ini dalam kemiskinan, dan ingin selalu memenuhi ekspektasi ibunya yang berharap anak menjadi sarjana dan sukses dalam pekerjaan. Tidak pernah menikmati kehidupan dulu sebagai remaja yang penuh kebebasan.

"Kalau begitu aku akan menikmati hidup ku sedikit, toh tubuh ini sakit, dan mungkin aku akan meninggal lagi," gumam Bima.

Bagaimana kehidupan Bima setelah memasuki tubuh Devano?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[9] Pertarungan

Devano melihat kearah kelas, namun beberapa orang hanya meliriknya saja, ketika mereka mendengar suara langkah Devano, dan setelah mengetahui itu Devano. Mereka nampak berbalik ke tempat semula dengan raut wajah tidak suka.

"Apa gue nggak ada temen di kelas ini?" gumam Devano menoleh ke penjuru kelas yang nampak mengacuhkan dirinya.

Devano mulai memasuki kelas dan mancari meja nya yang berada di mana, hingga menemukan kursi kosong di dekat laki-laki berkacamata yang sedang fokus menulis. Dan Devano langsung duduk di bangku itu tanpa bertanya.

Pria berkacamata itu menoleh pada Devano, terlihat datar dan serat akan ketidaknyamanan pada Devano membuat mengerutkan jidatnya.

"Lo kenapa?" tanya Devano bingung dan ingin meletakkan tasnya di atas meja itu.

"Ja… jangan duduk disini, gue nggak mau duduk bareng lo," ujar Theo membenarkan letak kacamatanya.

"Lah kalau gue nggak duduk disini terus gue duduk di mana," gumamnya pelan namun tetap terdengar oleh Theo.

Theo kemudian menujuk kearah bangku paling belakang yang berada di pojok kiri ruangan itu, Devano melihat kearah bangku itu dan terkekeh pelan.

"Ternyata sekolah elit masih ada yang bully," fikir Devano dalam hati, miris.

Devano kemudian berdiri dari bangku itu menuju kearah bangku yang di tunjuk oleh Theo. Devano melihat banyak coret di bangku nya, seperti kata-kata kutukan, hinaan, bahkan ada yang sengaja meletakkan lem atau permen karet di atasnya.

"Hahaha… 'Mati Lo', yang benar saja, ini sudah termasuk pengancaman, seharusnya sekolah bertindak," ujar Devano membaca tulisan di atas meja, dengan rahang yang mengeras.

Devano menghempaskan tasnya keatas meja itu dengan kasar agar tidak melihat tulisan itu dan detik berikut jika dia menemukan pelakunya, Devano akan memberikan pelajaran pada anak-anak yang mem-bully nya itu.

Hingga beberapa saat kemudian terlihat beberapa orang menghampiri Theo, sang laki-laki yang telah mengusirnya.

"Lo nggak lupa kan jatah gue," ujar pria itu menggebrak meja Theo.

"Maaf Liam, gue nggak ada uang hari ini," mohon Theo gemetaran hingga bulu kuduknya berdiri sekarang.

"Apa?! lo nggak bawa, lo tau kan apa konsekuensi nya!" geretak Liam mencengkram kerah baju Theo hingga Theo yang tadi duduk jadi berdiri dengan kaki gemeteran.

"Heh… anak-anak ini… oh, masa muda," dengus Devano tak ingin terlibat dengan drama di depannya dan memalingkan wajah menoleh pada jendela yang menuju ke lapangan sekolah itu.

"Maaf, tapi sumpah gue nggak bawah uang nya," Theo memegang tangan Liam karena laki-laki di hadapan nya makin kencang mencengkram kerah bajunya.

Dan Liam mulai geram dengan ketidakpastian Theo, rahang nya makin mengeras. Theo menutup mata nya seolah tau setelah ini keadaan nya tidak akan baik-baik saja. Benar saja di detik berikut nya, Liam memukul wajah Theo hingga kacamata Theo terlepas.

Mendengar hal itu semua orang menoleh dengan berbisik-bisik di antara mereka, begitu pun Devano yang tercengang. Setelah melihatnya Devano tak bisa tinggal diam lagi, kemudian berdiri dari bangkunya dengan gerakkan kasar yang membuat Liam me-notis dirinya.

"Hey… bro, tidak baik memukul orang lemah," ujar Devano mendekati mereka dengan mengepalkan tangan nya dan memutarnya seolah akan memberikan sedikit pelajaran pada mereka.

"Mau apa lo, cupu? Kalau lo nggak mau kena imbasnya, mending lo pergi, gue lagi nggak berurusan sama lo," geram Liam dengan wajah sinis.

"Yah, tapi gue nggak suka ada yang ngeremehin orang lain," seringai Devano pada Liam yang kini berhadapan dengannya.

"Lo nggak perlu perduli sama gue, pergi lo!" teriak Theo, tangan masih mencengkram tangan Liam.

Namun, Devano nampak bergeming senyum menyeringai nya masih terpampang jelas di hadapan Liam, membuat wajah Liam memerah padam, dan makin mencekik kerah baju Theo.

Dan detik berikutnya dia ingin meninju Devano, tapi dengan cepat Devano menghindarinya. Karena Devano di masa lalunya merupakan anggota silat dengan sabuk hitam.

"Ingat, kekuatan harus di gunakan dengan benar, jika ada orang yang menyakiti kamu, barulah kamu harus balas. Jangan gunakan kekuatan untuk kesombongan, kita harus tetap rendah hati agar kamu tidak hancur karena kekuatan mu sendiri," Devano mengingat pesan gurunya dulu.

"Gue belajar kekuatan ini memang untuk melawan orang-orang persis kayak kalian," gumam Devano dalam hati, memperlihatkan kuda-kudanya.

"Hahaha… ngapain lo, mau bab," kekeh Liam melihat gerakkan Devano, namun Liam merasa situasinya sudah serius sekarang, kemudian dia melemparkan Theo pada teman-temannya dan siap akan serangan Devano.

Devano tanpa aba-aba dengan cepat melakukan tendangan samping hingga Liam sedikit terjerembab di antara bangku dan meja sekolah. Karena Liam belum ada persiapan apapun.

Siswa kelas itu mulai berhamburan ke tempat yang jauh dari pertarungan, beberapa orang pun mulai membuka ponselnya dan akan merekam kejadian di hadapan mereka.

"Curang lo," gerutu Liam memegang perut yang berdenyut nyeri.

"Buat apa jadi baik untuk orang jahat dan main curang kayak lo," jawab Devano mengganti gerakkan nya manjadi gerakkan tangan kini.

"Sini maju," Devano mengayunkan tangan nya.

Lian tersenyum picik kemudian berdiri tanpa aba-aba dan meludah kearah samping nya dengan kasar. Seperti memandang jijik pada Devano, namun Devano tidak perduli, dia tetap fokus pada kuda-kuda nya.

Dengan setengah berlari Liam menghampiri Devano, namun Devano langsung menangkis tangan Liam dari atas, membuat Liam tertahan disana.

Kemudian Devano menargetkan rahang Liam dengan melayangkan pukulan bandul dari bawah ke atas. Hingga Liam terhuyung sembari memegang rahang nya.

Liam menyentuh darah di sudut bibir nya, dan menatap nyalang pada Devano, "Lo!"

"Iya… udah belum, gue pengel nih," ujar Devano merasakan dadanya mulai bereaksi padahal baru sebentar dia melakukan olahraga ini.

Tiba-tiba seorang guru masuk kedalam kelas karena mendapatkan laporan ada siswa yang berkelahi di kelas, "Hey… kalian apa-apaan ini?!" teriak guru itu.

Mereka kemudian menoleh kearah guru BK yang nampak mengerutkan keningnya, "Ayo kalian berlima ikut ibu keruangan BK sekarang," perintah Citra.

Kelima siswa itu mengikuti langkah Ibu Citra dengan pandangan menunduk, mata siswa-siswi lain mengikuti langkah mereka pergi hingga mereka menghilang di balik pintu.

Beberapa orang yang lewat pun penasaran dengan pemandangan itu, terdiam di tempat dan mulai berspekulasi kejadian apa yang baru saja terjadi.

"Eh… hehe si cupukan kenapa dia?" tunjuk Bara ingin menujukan pada sahabat nya Elio.

Elio memperlihatkan wajah datarnya seolah tidak senang dengan pemandangan di hadapannya.

"Lah iya… mungkin dia habis di bully sama geng Nico, padahal kalau ngadu malahan buat dia tambah kena bully kan, hahaha…" sahut Cakra menyenggol baju Bara.

"Eh… Lo perduli sama dia," ujar Bara tersenyum sinis pada temannya itu, terlihat mengoda nya.

"Eh, bodoh mana ada? hahaha…" kekeh mereka menggelegar membuat Elio menjadi pusing.

Namun Elio bingung kenapa dia sedikit terganggu dengan pemandangan di depannya, "Cabut!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!