NovelToon NovelToon
Ternyata Aku Mencintainya

Ternyata Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: iqueena

Seorang pria tampan yang tidak sengaja bertemu dengan wanita cantik namun jutek , pertemuan pertama mereka membuat si pria sangat penasaran ,sampai pada akhirnya mereka jadi sering bertemu karna sesuatu,kira kira apa yah alasan mereka sering bertemu,dan apa yang terjadi diantara mereka?
yuk ikuti ceritanya ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Ternyata Aku Mencintainya

Kelvin mengemudi dengan kecepatan tinggi, nyaris melampaui batas aman. Tangan kirinya erat menggenggam kemudi, sementara tangan kanan sesekali menyentuh layar ponsel yang terpasang di dashboard menanti kabar dari mamahnya. Tak ada pesan masuk. Tak ada panggilan. Hanya kesunyian yang menghantui perjalanan itu.

Langit di luar mulai menggelap. Awan hitam menggantung rendah, seakan memberatkan bumi. Angin berhembus kencang, menyapu dedaunan kering yang beterbangan dan berputar-putar di sepanjang jalan, menciptakan suasana mencekam seiring waktu yang terus bergulir.

Tak lama, mobil Kelvin berhenti mendadak tepat di depan lobi rumah sakit. Ia tak memedulikan parkiran. Dengan napas memburu, ia berlari masuk ke dalam rumah sakit, tubuhnya nyaris menabrak petugas keamanan di pintu depan.

Tanpa bertanya pada siapa pun, ia segera menuju kamar rawat inap Wilona. Hatinya dipenuhi ketakutan. Namun saat membuka pintu kamar bernomor lima belas itu, jantungnya seperti berhenti berdetak.

Ruangannya kosong.

Tak ada Wilona di sana. Tak ada suara alat monitor yang biasanya terdengar. Hanya cardigan mamahnya yang tergantung rapi di sandaran kursi, seolah menjadi saksi bahwa seseorang baru saja meninggalkan tempat itu dalam keadaan darurat.

Kelvin membalikkan badan. Ia berlari menuju meja resepsionis dengan wajah panik, napasnya tersengal.

“Permisi … pasien atas nama Wilona, kamar lima belas, dia sekarang ada di mana?” suaranya terburu dan nyaris putus.

Seorang perawat yang berjaga langsung berdiri dan mengecek layar komputer.

“Pasien atas nama Wilona baru saja dipindahkan ke ruang penanganan darurat di lantai dua, karena detak jantungnya mendadak menurun cukup signifikan,” jelasnya cepat.

Kelvin mengangguk kaku.

“Terima kasih,” ucapnya, lalu segera berlari menuju lift. Tangannya gemetar saat menekan tombol. Saat pintu terbuka, ia masuk dan buru-buru menekan tombol tutup lift berulang kali, seolah waktu tak ingin berpihak padanya.

Di dalam lift, tubuh Kelvin terus bergerak tak tenang. Ia mengacak-acak rambutnya, berjalan mondar-mandir dalam ruang sempit itu, berusaha menahan rasa cemas yang hampir meledak.

DING

Pintu lift terbuka.

Kelvin langsung berlari keluar. Sepanjang lorong lantai dua, ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari ruang penanganan darurat. Dan dari kejauhan, sebuah suara yang ia kenal baik memanggil namanya.

“Kelvin...”

Ia menoleh cepat. Di ujung lorong, mamahnya berdiri di depan sebuah ruangan dengan wajah khawatir.

Kelvin menghampirinya dengan langkah cepat. Beberapa meter sebelum tiba, ia bertanya lirih.

“Mah… gimana keadaannya?”

Mamahnya menggeleng pelan. Matanya berkaca-kaca.

“Dokter belum keluar dari tadi, Nak … Mamah takut, takut terjadi apa-apa pada Wilona…”

"Mamah jangan khawatir, Wilona pasti baik-baik saja, dia kuat mah" kata Kelvin menguatkan.

Kelvin menghela napas panjang, dadanya terasa sesak oleh kecemasan yang belum juga mereda. Perlahan, ia menoleh ke arah pintu ruang tindakan.

Di balik kaca kecil yang sedikit berembun karena udara dingin, ia bisa melihat beberapa perawat berlalu-lalang dengan langkah cepat, sibuk menangani sesuatu yang tak bisa ia jangkau.

Tirai hijau membentang menutupi sebagian besar ruangan, namun dari celah sempit di antara lipatannya, tubuh Wilona tampak terbaring lemah di ranjang.

Berbagai alat medis terpasang di sekujur tubuhnya, kabel dan selang tampak seperti simpul-simpul harapan yang rapuh. Monitor di samping ranjang menyala merah, berkedip dalam irama yang tidak stabil, tanda bahwa keadaan Wilona masih dalam kondisi kritis dan belum sepenuhnya aman.

Di luar, suara petir menggelegar, membelah langit yang kelabu seakan ikut menjerit bersama rasa cemas yang menyelimuti.

Hujan deras mulai turun, mencurahkan air langit tanpa henti, seolah langit pun turut menangis atas luka dan ketidakpastian yang terjadi di dalam sana.

Rintik air menampar kaca jendela rumah sakit dengan keras, menciptakan irama duka yang menyayat hati, seperti alunan kesedihan yang terus menggema di sudut-sudut lorong rumah sakit, menemani doa-doa yang diam-diam dipanjatkan dalam hati.

Kelvin perlahan mundur. Kakinya lemas. Ia jatuh duduk di kursi tunggu. Tangannya gemetar, wajahnya pucat. Air mata jatuh, mengalir tanpa bisa ditahan. Ia hanya bisa berdoa dalam hati, memohon Tuhan menyelamatkan gadis yang ia cintai.

Mamahnya ikut duduk di sampingnya. Ia menggenggam tangan Kelvin erat, menahan air mata yang nyaris tumpah. Mereka diam, larut dalam kecemasan yang sama.

Tiba-tiba, dering ponsel memecah keheningan.

Mamah Kelvin buru-buru mengambil ponsel dari tas dan melihat layarnya. Ayah Kelvin menelepon. Ia berdiri, melangkah menjauh untuk mengangkat telepon, memberikan Kelvin ruang untuk tenang, walau hanya sebentar.

Kelvin menatap lurus ke pintu ruang tindakan. Jantungnya masih berdetak kencang. Ia merasa begitu kecil, tak berdaya di hadapan kemungkinan kehilangan.

Tak lama kemudian, mamahnya kembali dan menyentuh pundaknya dengan lembut.

“Nak … kamu harus kuat, ya. Banyak-banyak berdoa. Jangan lepas dari doa. Kalau Wilona sudah sadar, sampaikan salam mamah ke dia.”

Kelvin mengangguk pelan.

"Iya, Mah. Makasih ya, sudah temani dia".

Mereka berdiri. Kelvin memeluk mamahnya erat, seakan tak ingin melepaskan. Mamahnya tersenyum tipis, menahan air mata yang hampir jatuh. Lalu ia berbalik dan perlahan meninggalkan lorong itu, membawa kekhawatiran di dalam hatinya.

Kelvin kembali duduk. Kepalanya disandarkan ke dinding, matanya menatap kosong. Kelelahan dan ketakutan bergumul di dadanya. Ia perlahan memejamkan mata, berharap waktu cepat berlalu.

Dua jam berlalu. Hujan telah reda, langit mulai cerah. Sinar matahari pagi menyusup lewat jendela panjang di lorong rumah sakit, menyentuh wajah Kelvin yang masih tertidur.

Ia terbangun. Seketika teringat Wilona. Ia berdiri cepat dan menghampiri pintu ruang tindakan. Lampu merah di atas pintu telah padam, tapi tirai di dalam masih tertutup.

Pintu terbuka perlahan. Seorang dokter keluar, wajahnya tampak lelah. Kelvin langsung menghampiri.

“Dok, gimana keadaan Wilona? Dia baik-baik saja, kan? Nggak perlu tindakan operasi, kan?” tanyanya tergesa-gesa.

Dokter itu mengangguk.

“Keadaannya sudah stabil. Syukurnya kami bisa menanganinya tepat waktu. Kalau sedikit saja terlambat, mungkin hasilnya akan lain.”

Kelvin menunduk, menahan napas lega.

“Terima kasih, Dok, terima kasih banyak.”

Dokter itu tersenyum tipis, lalu mengangguk sopan.

“Kalau begitu, saya pamit dulu,” ucapnya pelan sebelum akhirnya berbalik dan melangkah meninggalkan Kelvin seorang diri di depan ruang tindakan,

Namun baru beberapa langkah, seorang dokter lain keluar dari ruangan, diikuti dua perawat. Ia melihat ke arah Kelvin.

“Anda keluarga pasien Wilona?”

“Iya, Dok. Ada apa?”

“Boleh ikut saya sebentar? Ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan secara pribadi,” ujar dokter itu dengan nada serius.

Kelvin mengangguk cepat. Rasa khawatirnya kembali menyeruak. Ia mengikuti dokter itu ke lift, naik menuju lantai lima, lorong yang sepi dan senyap. Tak ada satu pun orang lain yang mereka lewati.

Setibanya di ruang kerja dokter, pria paruh baya itu membuka jas putihnya, meletakkannya di gantungan, lalu mempersilakan Kelvin duduk di sofa.

Kelvin duduk perlahan, merasa seperti akan mendengar sesuatu yang tak ia siap hadapi…

...----------------...

1
IG : @dadan_kusuma89
Aseeek....disimpan nomernya, seneng ya Vin?😁
Deliathis
Ah ga sabar liat kebucinan kelvin lagi. semangat kak jgn gantungkan rasa penasaran ku y 😄
iqueena: Heheh, pantengin terus yah, masih nulis nih 🤭
total 1 replies
Deliathis
takut ah sama mira 😣
Deliathis
Takut baca bab selanjutnya 😭
Deliathis
matamu lama 😏
Deliathis
ah pantes
Deliathis
si buaya ngapain diajak sih😡
iqueena: Sabar-sabar 🤣
total 1 replies
Kutipan Halu
semangat thorr cerita nya bguss
iqueena: Terimakasih sudah mampir kak 🌹
total 1 replies
Dewi Ink
enak jadi willona😅😅
sjulerjn29
kayaknya wilona masih belum move on dari gifa deh
Rezqhi Amalia
aduh, bau bau something nih
Pandandut
jahat si /Sob/
Anyelir
semangat kelvin. semoga hatimu lapang dan tidak gundah gerana
Bulanbintang
Nah kan, nyesel
iqueena: Kelvin nya kelelahan, ternyata Wilona lebih lelah lagi 🥹
total 1 replies
Dewi Payang
Lantes aja mamanya Kelvin gak suka sama Gifa....
Dewi Payang: Aku dari awal dah curiga si pavarnya Kelvin celingkuh kuh....
iqueena: Ternyata ada bakwan di balik batu
total 2 replies
Muffin
Kejar terus vin sampai dapat hihi
IG : @dadan_kusuma89
lampu hijau ini Vin...😁, pas banget
drpiupou
dinner siapa kak kok nungguin/Joyful/
iqueena: Namanya gugup kak, jadi asbun 😆
total 1 replies
Afriyeni Official
pantes mamanya Kelvin gak suka lihat gifa. Mungkin si mama udah tau y viona dan gifa selingkuh
iqueena: Selamat, Kaka benar ✨🥳
total 1 replies
Yoona
🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!