NovelToon NovelToon
HIDDEN MARRIAGE

HIDDEN MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Pernikahan rahasia
Popularitas:243
Nilai: 5
Nama Author: Wendy081104

Elena terikat pernikahan sejak umurnya menginjak 17 tahun. Awalnya pernikahan ini tidak ia ketahui, hingga saat umurnya menginjak 20 tahun, barulah ia mengetahui bahwa ia sudah menikah selama 4 tahun. Namun yang membuat Elena bertanya, siapa pria yang berstatus sebagai suaminya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wendy081104, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Rumah sakit Universitas - lantai 10.

Ruangan praktik bedah. 

Semua mahasiswa sudah berada di dalam ruangan itu, bersiap untuk melakukan praktik bedah hari ini. Tidak seperti sebelumnya, yang melakukan pembedahan pada hewan, kali ini adalah manusia.

Di antara mereka adalah gadis bernama Emma, yang merupakan blasteran Rusia - Thailand, berdiri menatap satu persatu mahasiswa dengan angkuh dan sombong. Sejak awal, dia adalah orang pertama yang menolak jika Elena menjadi pemimpin bedah kali ini, berbagai upaya sudah gadis itu lakukan. Namun semuanya sia - sia saja.

Namun saat sudah hampir waktunya, Elena belum juga memunculkan batang hidungnya, membuat Emma berpikir ini adalah kesempatan untuknya. "Pemimpin bedah belum ada di sini, apakah ini yang di namakan tanggungjawab?" kata Emma.

Namun sebelum salah satu profesor sempat membalas, pintu ruang bedah yang terhubung, terbuka.

"Aku tidak terlambat bukan?" tanya Elena tenang, lalu melangkah masuk dengan santai, tanpa mempedulikan tatapan orang lain.

Elena memakai baju berwarna biru laut, yang biasanya di pakai oleh para dokter di ruang operasi. Rambutnya yang panjang di ikat setinggi mungkin, agar tidak mengganggunya. Langkahnya masuk ke dalam ruangan itu begitu tenang seperti air, dan wajahnya tidak menampilkan ekspresi gugup sama sekali.

"Akhirnya datang juga, aku mengira kamu takut dengan praktik ini." kata Emma setengah mengejek.

Namun tidak seperti harapan Emma, di mana Elena akan membalasnya. Elena melangkah melewati Emma dengan tenang, melangkah ke arah profesor Arland yang sudah menunggu di sana.

"Aku di sini profesor, bisakah kita mulai sekarang?" tanya Elena tenang.

Profesor Arland menatap Elena sambil tersenyum tipis, "Karena ini bukan hanya sekedar praktik, aku ingin tahu sampai mana kemampuanmu, Elena." profesor Arland menatap Elena serius.

Elena hanya menganggukan kepalanya pelan, "Baik profesor." jawab Elena.

Profesor Arland langsung berbalik dan menatap mereka semua, "Kalian sudah melihat data pasien bukan? Namun kalian harus tahu, bahwa data penyakit pasien yang kalian lihat itu tidak sepenuhnya benar, jadi kalian harus membedah pasien ini dan menemukan sendiri apa penyakitnya." jelas profesor Arland.

"Ingat satu hal! Ini adalah manusia, bukan hewan, bukan boneka! Kalian harus mempunyai konsentrasi yang tinggi, jadi jangan bermain - main, da jangan mencoba untuk bercanda." kata Arland dingin.

Hening.

Semua mahasiswa yang ada di ruangan itu menjadi tegang. Ini pertama kalinya mereka akan langsung mempraktikkannya di tubuh manusia, namun bagi beberapa orang seperti Elena yang memang sudah lulus dari kedokteran, ini adalah hal yang mudah. Yang harus mereka lakukan adalah memusatkan seluruh konsentrasi mereka.

Apa yang di katakan oleh profesor Arland, benar adanya. Saat Elena menerima data tentang penyakit pasien, hampir semuanya di sensor untuk keamanan, ada yang berpendapat bagaimana mengetahui penyakit seseorang ketika datanya di sensor semuanya.

Bagi seorang pasien, data penyakit mereka, adalah sebuah kelemahan.

Emma maju dengan percaya diri, membuat semua mata tertuju padanya, "Profesor, bisakah saya yang memimpin bedah ini?" tanya Emma.

Elena yang berdiri di samping Emma, namun sedikit jauh hanya memutar bola matanya malas, gadis ini hanya ingin mencari perhatian. Sedangkan mahasiswa lain hanya mendengus pelan, melihat kepercayaan diri Emma yang seakan - akan di buat. Sebelum profesor Arland menjawab, Elena sudah menjawab Emma terlebih dahulu, dia ingin tahu dan ingin melihat bagaimana kemampuan Emma, gadis yang sombong ini.

"Silahkan, Emma. Aku tidak akan melarangmu." kata Elena santai, sambil bersandar dan melipat kedua tangannya.

Emma sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa Elena akan menjawab seperti itu. Sedangkan Roland yang berada di samping Emma langsung melongo tidak percaya.

"Elena apa kamu yakin?" tanya Roland tidak percaya.

Profesor Arland menatap Elena, dengan penuh antisipasi, "Kamu yakin?" tanya profesor Arland.

Elena hanya menampilkan senyuman kecil, namun tidak dalam konteks ramah, "Tentu profesor. Saya ingin melihat, bagaimana kemampuan Emma karena dialah yang menawarkan diri." sambung Elena.

Emma tersenyum remeh dan menatap Elena puas, "Kalau begitu aku akan memimpin praktik ini." kata Emma percaya diri.

Elena menatap Roland, dan menaruh jarinya di bibirnya, "Ini akan menarik." bisik Elena.

Ruang bedah - 7 menit kemudian... 

Emma berdiri di depan meja operasi, namun pasien belum dalam keadaan tertidur, karena belum menyuntikkan obat bius. Sederhana saja, tugas mereka adalah mencari tahu penyebab penyakit pasien, dan membedah perutnya. Emma menarik napasnya dalam - dalam, tanpa di duga, dirinya langsung mengambil pisau bedah, yang membuat Elena dan profesor Arland terdiam.

"Berhenti!" kata profesor Arland, setengah membentak.

Emma langsung menjatuhkan pisau bedah itu, sedangkan Elena hanya menatap dengan tenang. Tidak menyangka bahwa Emma akan langsung ingin membedahnya.

"Kamu tidak cukup untuk memimpin praktik ini, silahkan keluar dari sini." kata profesor Arland, membuat semua orang yang berada di ruangan itu terkejut.

"Ap—profesor kamu tidak bisa melakukan ini." Emma menatap profesor Arland tidak percaya.

"Elena, giliranmu." profesor Arland menatap Elena serius.

Elena melangkah maju perlahan, melewati Emma, yang masih terpaku pada tempatnya. "Tekanan darah 175 dan denyut nadinya 100." kata Elena.

Tekanan darah tinggi dan denyut nadi yang cepat dan tidak beraturan, Elena menduga jika pasien terkena hipoglikemia, namun pada data pasien di katakan bahwa pasien mengalami usus buntu, ini sangat aneh.

"Apa mungkin insulin?" gumam Elena.

Semua orang yang ada di ruangan itu, tidak ada yang berani berbicara, mereka semua fokus pada Elena yang menganalisis secara detail apa yang terjadi pada pasien. Apapun itu, sepertinya Elena harus berhati - hati dalam mengambil langkah selanjutnya.

Tiba - tiba layar monitor berbunyi, membuat semua orang menatap bingung, bahkan Elena yang belum menyentuh pasien saja juga bingung

"Tekanan darahnya menurun drastis." kata perawat itu sedikit panik.

"Siapkan IV penuh." kata Elena, yang di angguki oleh mereka yang sudah bersiap.

Elena membuka baju bagian bawah pasien, dan menekan perut pasien. Kerutan halus muncul di keningnya.

"Apa ini? Dia mengalami distensi abdomen dan tekanan darahnya menurun drastis? Mungkinkah Hemoperitoneum?" gumam Elena setengah terkejut.

Hemoperitoneum (Darah terkumpul di rongga perut, atau pendarahan dalam rongga tubuh. Rongga perut (tubuh), adalah ruang yang berisi organ-organ penting seperti usus, lambung, hati, dan limpa.)

"Kamu menemukan sesuatu?" tanya profesor Arland.

"Pasien menderita Hemoperitoneum, dan tekanan darahnya menurun drastis, jadi...aku harus membedahnya. Karena sepertinya, keluarganya menyembunyikan sesuatu." jelas Elena.

Profesor Arland tersenyum puas, ini pertama kalinya dia menemukan seseorang, dengan kemampuan seperti ini. Bahkan mungkin untuk anak muda seusianya, tidak mungkin bisa hal ini.

"Izin di berikan, dan lakukan saja di sini." sambung profesor Arland.

Elena mengangguk pelan, " Kita akan melakukan laparotomi, siapkan semuanya." kata Elena.

"Baik." dalam sekejap mata, tempat itu telah berubah menjadi ruang operasi.

Elena memakai sarung tangan miliknya, juga masker. Wajahnya yang tenang menatap pasien itu, yang sudah di bius dan berbaring dengan tenang. Semua mahasiswa berdiri di setiap sudut dengan tenang.

"Aku akan memulainya, pisau bedah." perawat memberikan pisau bedah pada Elena.

Elena menatap pisau bedah itu sekilas, lalu dengan hati - hati membedah perut pasien, membuat mahasiswa lain menahan napas mereka. Bahkan Roland, hanya menatap Elena kagum.

Elena dengan cermat mengiris kulit pasien, gerakan tangannya tepat dan pasti. Jari-jarinya bergerak lincah, membelah jaringan dengan presisi yang luar biasa. Para mahasiswa yang berdiri di sekelilingnya menelan ludah, tak percaya dengan apa yang mereka saksikan.

"Darah..." bisik seorang mahasiswa, matanya membulat.

Elena memejamkan matanya perlahan, "Sesuai dugaan, Hemoperitoneum." gumam Elena.

Dari celah irisan itu, terlihat darah yang mengental, memenuhi rongga perut. Seolah-olah organ-organ di dalamnya terendam dalam cairan merah pekat. Jantung Elena berdebar kencang. Dia tahu ini akan menjadi operasi yang rumit, namun rasa tekad membara di dalam dirinya.

Dengan hati-hati, Elena mengangkat organ-organ dalam pasien, satu per satu. Dia memeriksa dengan teliti, mencari sumber pendarahan. "Usus buntu?" gumamnya.

Tiba-tiba, pandangan Elena tertuju pada bagian belakang usus buntu. Terdapat robekan kecil, namun dari situ darah terus mengalir deras.

"Ini dia." gumam Elena.

Dengan tenang, Elena mengendalikan pendarahan. Dia melakukan penjahitan dengan cepat dan akurat. Perlahan, darah mulai berkurang, dan warna kulit pasien pun mulai membaik. Elena menghela napas lega. Dia berhasil. Dia telah menyelamatkan nyawa pasien.

"Bagus, kita telah berhasil. Kamu luar biasa, Elena" kata Profesor Arland, tersenyum bangga.

Elena tersenyum tipis. Dia tidak bisa menahan rasa bangga, tetapi juga sedikit takut. Dia masih harus menyelesaikan operasi ini. Mereka berdua kembali fokus pada operasi. Elena dengan cekatan menjahit kembali luka pasien. Tidak lama kemudian, operasi pun selesai.

"Elena, kau benar-benar fenomenal. Kau memiliki bakat luar biasa. Aku sangat bangga padamu." profesor Arland, menatap Elena bangga.

Elena melepaskan sarung tangannya yang berdarah, lalu berjalan keluar dari ruang operasi. Tapi sebelum mencapai pintu, Elena berbalik dan menatap Emma.

"Kamu mau melakukannya lagi?" tanya Elena tenang. Namun kalimatnya seperti tantangan, bagi Emma.

Emma terdiam.

Untuk pertama kalinya, dia tidak bisa melawan balik, Elena bukan lawan dan saingan yang mudah. Elena langsung berjalan keluar, meninggalkan para mahasiswa dan profesor Arland di dalam sana, sedangkan para perawat langsung memindahkan pasien ke ruangan lain. Karena operasi ini...sukses.

Ruang Sterilisasi

Elena melepaskan sarung tangan sterilnya yang terakhir, lalu membuangnya di tempat sampah. Dirinya melangkah menuju wastafel, lalu menyabuni tangannya dengan sabun antiseptik. Air mengalir, membersihkan sabun antiseptik itu, dari tangan Elena.

Setelah selesai, Elena langsung memakai kembali cincinnya yang awalnya tergantung di kalung lehernya.

Namun ketenangannya di usik oleh Emma, yang dengan lancang langsung menjambak rambut Elena. Namun Elena tidak merasakan sakit, bahkan matanya menyipit menatap Emma tajam.

"Kamu merebut semua tempatku di ruang operasi tadi, jika kamu melakukan itu lagi, aku akan memastikan kamu tidak akan berdiri di meja operasi lagi." ancam Emma.

"Kamu pikir karena profesor memuji—"

BRAK—

Tubuh Emma menghantam wastafel, beturan itu menggema di seluruh ruangan itu, namun tidak ada yang akan mendengar karena ruangan sterilisasi itu, kedap suara. Tubuh Emma bergetar ketakutan, darah keluar melalui keningnya, dan mengalir di dekat wastafel.

Elena mengibaskan rambutnya ke belakang, wajahnya sangat datar, memandang Emma dingin. Elena mencekik Emma keras, yang membuat gadis itu kesulitan bernapas. Elena hanya tersenyum tenang, tapi bukan yang ramah.

"Aku selalu bertanya - tanya, mengapa sejak hari pertama kamu sudah memusuhiku di dalam kelas, ternyata ini alasannya, kamu iri padaku?" bisik Elena dingin.

Emma hanya mengerjabkan matanya, tubuhnya bergetar hebat, tidak menyangka bahwa orang yang selalu tenang di dalam kelas, bisa mempunyai sikap tersembunyi seperti ini.

"Sekali lagi kamu mengusikku, jangan salahkan aku berbuat kejam padamu, Emma." bisik Elena pelan.

Elena menarik rambut Emma lalu menepisnya kasar ke lantai, lalu pergi meninggalkan ruangan itu meninggalkan Emma yang bernapas cepat, Emma menatap lemah ke arah Elena yang sudah menjauh.

Untuk pertama kalinya Emma merasakan perasaan ini.

Takut.

·–·–·–·–·

"Praktik bedah?" tanya Alex tidak percaya.

"Benar tuan, tuan Arland sendiri yang sedang mengawasi mereka sekarang, dan nyonya adalah pemimpin praktik bedah ini, bahkan nyonya sedang melakukan operasi secara terbuka." jelas David.

"Beritahu Arland, untuk mengirimkan sesuatu yang aku minta." perintah Alex.

"Baik tuan." David langsung meninggalkan ruangan Alex.

Tiba - tiba ponsel Alex berbunyi, dan itu merupakan panggilan masuk dari temannya, Arland Blackwood, profesor di fakultas milik Elena.

"Istrimu melakukan semuanya dengan baik, aku bahkan terkejut dengan kemampuannya." kata Arland dari seberang, yang membuat sudut bibir Alex terangkat.

"Tentu saja, dia adalah istriku." kata Alex bangga.

Sedangkan di saat yang sama, setelah dari ruang sterilisasi, Elena duduk dan menikmati waktunya di perpustakaan kampus, tepatnya di dekat jendela, sambil memakai earphone miliknya. Memandang hujan di malam hari, yang membuat Elena sedikit bosan. Hari sudah malam, dan Elena baru saja menyelesaikan laporannya terkait praktik pembedahan tadi, Elena ingin meminta suaminya untuk datang menjemputnya, tapi dirinya masih sedikit takut seperti hari itu.

Sepertinya hujan bertambah lebat, Elena mengambil bukunya dan kembali menandai apa saja yang penting, perpustakaan itu masih ramai, maklum saja semua orang menunggu tumpangan dan jemputan. Saat sedang fokus, tiba - tiba pesan masuk dalam ponselnya. Saat Elena melihat pesan itu, dirinya terdiam sejenak, ini adalah pesan dari profesor Arland. Tanpa berlama - lama, Elena langsung merapikan semuanya dan menuju ke ruang profesor Arland di lantai yang berbeda.

·–·–·–·–

to be continue...

1
nyonya
jangan bilang lu sengaja menta ditembak lex
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!