NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Penuh Cinta

Sean membungkuk dan mencium Intan, begitu intens hingga kali ini, Intan mengerang dan Sean melepaskan diri.

"Aku akan mandi dulu, ini tidak akan berhasil." Ucap Sean buru-buru.

Intan mengangguk, dan Sean meninggalkan ruangan menuju kamar mandi, sepenuhnya diliputi kegembiraan. Sean melepas celananya, menyalakan pancuran air yang hampir dingin, meskipun dia tahu itu ide buruk karena dia belum sepenuhnya pulih dari pileknya. Tapi itu satu-satunya solusi karena dia ingin Intan mempercayainya.

Sean menyandarkan tangannya di dinding, membiarkan air dingin membasahi kepala, leher, dan punggungnya, mencoba untuk menenangkan diri.

Di dalam kamar, Intan mendengar suara pancuran. Dia merasa wajahnya terbakar karena kejadian itu, tapi dia ingin menyentuh Sean lebih dari yang pernah dia inginkan saat bersama Harris dulu.

Harris tak pernah membuatnya merasakan kegembiraan yang menggetarkan seperti Sean. Jadi, setelah beberapa saat mempertimbangkan apa yang harus dilakukan, Intan melepas pakaiannya dan berjalan menuju kamar mandi. Langkahnya begitu ringan sehingga Sean bahkan tak menyadarinya sampai dia mendengar suaranya.

"Sean?" Ucap Intan.

Mendengar suara Intan, Sean berbalik dan melihat Intan tanpa busana dan semua upayanya untuk menenangkan diri lenyap saat itu juga.

"Kau mau membuatku gila?" Pekik Sean.

Intan semakin mendekat.

"Intan? Aku takkan bisa mengendalikan diri, tidak denganmu yang seperti ini, tidak hari ini, sudah cukup sulit untuk mulai tenang dan sekarang aku di sini, semakin tergila-gila padamu." Ucap Sean lagi.

Intan melangkah beberapa langkah, dan Sean membuka pintu kamar mandi lalu menggenggam tangannya. Begitu masuk, Intan tersentak ketika merasakan percikan air dingin di kulitnya.

"Ahhh, kenapa dingin?" Ucap Intan.

"Aku perlu menenangkan diri." Balas Sean.

"Kau tidak bisa mandi air dingin kalau sedang pilek." Ucap Intan.

Sean lalu menyalakan pemanas dan Intan tampak sedang mengikat rambutnya seperti sanggul. Sean mencium leher Intan dan melihat seluruh tubuhnya merinding.

"Boleh aku menyentuhmu? Atau aturannya masih berlaku?" Tanya Sean.

Intan menoleh pada Sean dan menyentuh perutnya, mengangkat wajahnya ke arah Sean dan berkata;

"Bisakah aku menyentuhmu juga? Atau kau akan menghentikan ku sekali lagi?" Ucap Intan.

Sean meletakkan tangannya di kaca di sisi kepala Intan dan menjawab tepat sebelum menciumnya.

"Aku milikmu sepenuhnya, sayangku. Lakukan apa pun yang kau mau denganku." Ucap Sean.

Ciuman itu berlangsung lama, tapi ketika tangan Intan turun ke area sensitifnya, dia menarik diri. Dia meletakkan tangannya di atas tangan Intan dan mulai bergerak perlahan. Napasnya berubah.

"Mmm, rasanya enak sekali." Ucap Sean.

Dia melepaskan tangannya, tapi Intan melanjutkan gerakannya. Sean menyentuh bibir Intan membayangkan betapa indahnya merasakan bibir indah itu mengecapnya. Namun, segala sesuatu ada waktunya, dan Intan baru saja mulai menemukan kenikmatan yang bisa dirasakan bersama pasangannya.

"Aku akan membuatmu gila malam ini, sampai kau menjadi milikku!" Ucap Sean.

Sean mencium Intan sambil mengusap dadanya dengan lembut menggunakan tangan kirinya. Saat dia dengan lembut menggeser tangannya ke perut Intan, dia menarik Intan sedikit untuk mengamati ekspresinya. Dia menyentuhnya dengan mesra dan Intan terkejut, tapi kemudian mulai rileks ketika Sean bergerak perlahan di titik sensitifnya.

Suara Intan terdengar semakin pendek, yang membuat Sean semakin bergairah. Dia memanggil nama Sean dengan napas yang terengah-engah, membuat Sean mengangkat Intan dari lantai. Lengan kirinya melingkari pinggang Intan dan lengan kanannya memegang paha Intan saat mereka keluar dari kamar mandi.

Sean berjalan ke tempat tidur, membaringkan Intan dengan lembut, dan memperhatikannya terbaring lemah di sana. Dia membungkuk dan kembali mengecap bibir Intan. Tangannya meluncur ke belakang kepala dan menuruni lengannya.

Dengan mulutnya, dia menjelajahi telinga, leher, dan bahu Intan. Tangannya meluncur di sepanjang kaki Intan saat dia bergerak di bawahnya, meraba seluruh tubuhnya. Dengan sedikit lebih kuat, dia menatap mata Intan dengan intens, khawatir apakah Intan menikmati belaiannya atau tidak.

Dengan tangan melingkari pinggang Intan, ia berdiri, menarik Intan ke tepi tempat tidur. Bibirnya bergerak ke seluruh tubuh Intan dan menimbulkan reaksi yang belum pernah Intan rasakan sebelumnya.

Sean menggoda Intan sebisa mungkin, tapi seiring dia melakukannya, Intan semakin rileks.

Sean kemudian berbaring di samping Intan, menariknya sedikit lebih dekat, memeluknya. Mereka tetap seperti itu selama beberapa saat, di antara belaian, genggaman yang lebih erat, dan sentuhan mesra. Tubuh mereka sepenuhnya menyerah satu sama lain. Dengan gerakan tiba-tiba, Intan berbalik menghadap Sean, menyentuh wajahnya, dan berbicara dengan suara lembut dan penuh kasih sayang.

"Aku ingin lebih, aku ingin menjadi milikmu." Ucap Intan.

Sean tersenyum, berbaring di atas Intan. Dia sedikit melebarkan kaki Intan, memposisikan diri, menekuk lutut Intan sedikit, dan perlahan mulai menembusnya, mengatasi perlawanan awal yang ditunjukkan Intan.

"Apakah tidak apa-apa?" Tanya Sean.

"Ya, kau bisa melanjutkannya." Jawab Intan.

Mata Intan terpejam. Sean merasakan kehangatan yang menyelimuti dirinya dan betapa erat pelukan Intan. Sean mengembuskan napas lebih keras ketika tak ada lagi perlawanan dari Intan. Suara-suara manis Intan bercampur rasa sakit dan kenikmatan. Dia tetap tak bergerak di sana selama beberapa saat.

Mereka terhubung, menjadi satu. Intan menancapkan kukunya di punggung Sean, merasakan betapa Sean menginginkannya saat dia berdenyut di dalam dirinya. Ketika Sean mulai bergerak, Intan tak sengaja menggigit lengannya.

"Apakah aku menyakitimu?" Tanya Sean.

"Rasanya tidak nyaman." Ucap Intan.

"Sebentar lagi akan menjadi lebih baik." Ucap Sean.

Saat Sean kembali bergerak, dia mencium Intan untuk mengalihkan perhatiannya dari detik-detik ketidaknyamanan itu, dan perlahan-lahan, Intan merasa rileks dalam pelukan Sean. Rasa sakit tergantikan oleh kenikmatan, ketakutan oleh kepasrahan, dan keraguan oleh gairah, seolah-olah semuanya memang diciptakan untuk satu sama lain. Setiap sentuhan, setiap gestur bagaikan tarian yang terlatih dengan baik di mana setiap gerakannya sempurna.

Keduanya pun mencapai puncak kenikmatan. Beberapa detik kemudian, Sean berbaring di samping Intan, menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, dan mereka berdua bersantai dalam pelukan satu sama lain sementara napas mereka mulai stabil.

"Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Sean.

"Iya." Jawab Intan singkat.

"Apakah kau menikmatinya?" Tanya Sean lagi.

Intan menoleh sedikit, menangkup wajah Sean, dan menciumnya, berbicara di bibirnya.

"Itu luar biasa." Balas Intan.

Sean tersenyum dan memeluk Intan lebih erat, memejamkan mata, menikmati aroma kulitnya. Mereka berdua tertidur karena lelah.

Saat pagi tiba, Sean membangunkan Intan dengan beberapa ciuman di leher dan bahunya.

"Selamat pagi, ratuku." Sapa Sean.

"Selamat pagi..." Balas Intan.

"Ayo bangun dan mandi. Bi Lila akan segera datang untuk menyajikan sarapan." Ucap Sean.

Intan menyembunyikan wajahnya, merasa sedikit malu.

"Ada apa?" Tanya Sean.

"Yah, Bi Lila mungkin khawatir karena aku tidak kembali ke kamarku, dan kalau dia tahu kita bermalam bersama, dia pasti tahu persis apa yang telah kita lakukan." Ucap Intan.

"Haha, memangnya kenapa kalau dia tahu, ratuku?" Tanya Sean.

"Bukan apa-apa, tapi aku akan merasa canggung, kau tahu." Jawab Intan.

"Kau istriku, dan aku suamimu. Sudah hal biasa jika kita menghabiskan malam bersama. Kurasa sudah waktunya kau tinggal di kamar ini bersamaku, bawa saja barang-barangmu kemari." Ucap Sean.

"Hmm... Baiklah, aku akan bicara padanya, dan kita bawa semuanya ke sini." Ucap Intan.

"Haha, sempurna. Ayo kita mandi dulu?" Ajak Sean.

"Baiklah." Balas Intan.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!