Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Awal: Menerima Kenyataan

Intan Berlian, gadis cantik berusia 23 tahun, harus mengalami kebutaan karena kecelakaan yang dialaminya tiga tahun yang lalu.

Tunangannya, Harris Bagaskara, membatalkan pernikahan mereka dan malah memilih untuk bertunangan dengan adik perempuannya, Hilda Annisa. Intan yang hancur mencoba bunuh diri, tetapi Papanya tiba di rumah tepat waktu dan menolongnya.

Dalam perjalanan ke rumah sakit, Purnomo, Papa Intan mencoba memahami apa yang terjadi dan berbicara dengan Harris dan juga Hilda.

"Kau harus menceritakan pada Papa apa yang terjadi di sana!" Ucap Pak Purnomo.

Hilda langsung membalas dengan senyum ironisnya tentang apa yang terjadi.

"Apa lagi yang harus dijelaskan selain fakta bahwa dia memang sudah gila." Ucap Hilda.

"Harris?" Ucap Pak Purnomo, berharap ada penjelasan lainnya.

"Om, dia tidak terima dengan kenyataan bahwa aku akan menikahi Hilda." Ucap Harris.

Pak Purnomo langsung menoleh ke calon menantunya itu. Wajahnya yang serius menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan apa yang didengarnya.

"Apa kau pikir putri-putriku adalah sebuah barang dalam sebuah etalase? Kau datang, memilih satu, lalu ketika kau bosan, kau tinggal menukarnya? Hilda masih terlalu muda untuk menikah." Ucap Pak Purnomo.

"Papa, Harris dan aku saling mencintai. Papa tidak bisa menghentikan kami untuk menikah." Ucap Hilda.

"Diam, Hilda. Saling mencintai? Yang benar saja, si bodoh ini cuma memanfaatkan kita, dan Papa tidak akan biarkan dia begitu saja melakukan semuanya." Balas Pak Purnomo.

"Apa Om tetap tidak setuju meskipun aku menawarkan sesuatu yang menguntungkan sebagai balasannya?" Ucap Harris.

Harris menatap Hilda, yang mengerti persis maksudnya, lalu tersenyum.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat Intan sedang memulihkan diri di rumah sakit, Papanya mengatur perjodohan untuknya dengan Sean Alexander, seorang pria yang wajahnya tak pernah dilihat siapa pun, dan ditakuti banyak orang. Semua orang mengira dia bersembunyi karena cacat atau karena usianya yang sangat tua, dan reputasinya yang kejam, ditambah dengan rumor tunangannya yang bunuh diri, menghalangi kemungkinan menemukan istri yang sesuai dengan keinginannya.

Namun, memanfaatkan fakta bahwa Intan buta, Pak Purnomo tidak keberatan menawarkan putrinya itu untuk dinikahi dengan Sean. Dan karena Intan juga ingin bunuh diri, jadi tidak masalah jika dia melakukannya setelah menikah, karena pernikahan itu akan memberikan keuntungan yang sangat besar baginya, dan di saat yang sama, dia tidak perlu menghadapi masalah yang datang dengan kehadiran Intan dalam hidupnya. Karena setelah menikah, maka Intan akan lepas dari tanggung jawabnya.

Setidaknya itulah yang dipikirkan Pak Purnomo.

Ketika dia pergi ke kamar putrinya dan memberitahunya tentang apa yang telah diputuskannya, Intan tidak dapat mempercayai semuanya.

"Bagaimana bisa Papa melakukan hal ini padaku?" Ucap Intan.

"Bukankah kau ingin mati, Intan? Setidaknya dengan cara ini, kau akan membawa manfaat bagi keluargamu." Balas Pak Purnomo.

"Apakah aku ini seperti itu bagi Papa?" Ucap Intan.

"Anak laki-laki berperan sebagai ahli waris, sementara anak perempuan berperan untuk memberikan pernikahan yang menguntungkan bagi keluarga. Apa itu sulit untuk dipahami?" Ucap Pak Purnomo.

Intan sudah tak berdaya untuk berdebat. Dia memunggungi Papanya dan hanya menangis. Dia tak percaya Papanya sendiri menjualnya demi pernikahan yang hanya bisa menguntungkan bagi Papanya.

"Pernikahanmu tiga hari lagi. Jangan coba-coba untuk melakukan hal yang aneh-aneh." Ucap Pak Purnomo lalu pergi meninggalkan Intan yang masih saja menangis.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di tempat lain...

"Pak, kami sudah menerima konfirmasi. Keluarga Pak Purnomo menyetujui usulan itu." Ucap Julian, sekretaris Sean.

"Aku tidak ingat pernah mengirim lamaran pernikahan pada keluarga itu." Balas Sean.

"Anda memang tidak melakukannya, Pak, tapi mereka menghubungi kami dan mengatakan mereka menerima pernikahan dengan putri sulung mereka." Ucap Julian.

"Wanita itu pasti menginginkan uang dan ketenaran. Dia akan melayani tujuan kita dengan baik. Kabarnya pernikahannya akan dilangsungkan tiga hari lagi. Apa ada keluhan dari mereka?" Tanya Sean.

"Tidak ada keluhan apapun, Pak. Mereka bahkan menerima kenyataan bahwa tidak akan ada pesta yang dirayakan." Jawab Julian.

"Bagus, mereka tipikal orang oportunis. Mereka tidak peduli aku orang asing, atau rumor yang beredar tentangku. Mereka hanya melihat keuntungan yang ditawarkan pernikahan ini. Aku ingin tahu apakah mereka akan segembira itu saat pernikahan ini berakhir." Ujar Sean.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di hari pernikahan...

Intan dibawa ke rumah barunya dan di sana, dia mulai didandani, dan dipersiapkan untuk pernikahannya. Dia tidak punya hak untuk memilih, tapi dia sudah menerima takdirnya. Jika keluarganya sendiri tidak menganggapnya sebagai manusia, dan hanya dianggap sebagai alat tawar-menawar demi harta, maka tidak ada ruginya bagi Intan untuk setuju menikah.

"Kau terlihat cantik sekali, Kak. Sayang sekali kau menikah dengan orang tua gila yang membunuh calon istri pertamanya. Tapi kurasa kau tidak peduli, lagipula, kau sudah mencoba bunuh diri." Ucap Hilda sinis.

Hilda lalu memegang erat pergelangan tangan Intan yang terdapat jahitan bekas luka yang disebabkan saat Intan hendak bunuh diri waktu itu. Hal itu lantas membuat Indah menjerit kesakitan.

"Hilda, kau menyakitiku. Apa belum cukup kau merebut Harris dariku?" Ucap Intan.

"Merebutnya darimu? Aduh, kakakku sayang, apa kau benar-benar mengira dia milikmu? Biar kuberitahu, Harris dan aku sudah berpacaran sebelum kau menjadi orang buta yang tak berguna.

Plak!

Suara Intan menampar Hilda bergema di seluruh ruangan.

"Ahhh!" Teriak Hilda.

"Kau seharusnya berterima kasih padaku. Aku menjadi buta karena melindungimu, dan Mama kita akhirnya meninggal. Dan kau malah berterima kasih padaku dengan tidur dengan tunanganku? Dasar tak tahu diri." Ucap Intan kesal.

"Sialan! Kau memukulku. Kalau kau mau tahu lebih banyak, menikahkanmu dengan pria tua itu adalah ideku dan Harris. Kami membicarakan lamaran pernikahan ini dengan Papa karena kami hanya ingin menyingkirkan orang tak berguna sepertimu. Jadi, setelah aku menikah dengan Harris, kami akan mengambil alih perusahaan, dan kau akan selalu menjadi wanita malang yang menikah dengan pria tua yang ditolak oleh semua wanita." Balas Hilda.

"Silakan saja. Kalian berdua memang cocok satu sama lain. Aku lebih baik menikah dengan orang asing daripada tinggal di rumah ini bersamamu." Ucap Intan.

"Tentu saja. Siapa yang tahu, mungkin dia akan membunuhmu sebelum malam pernikahan kalian. Haha." Ucap Hilda lalu pergi.

Intan menyeka air matanya yang jatuh tepat setelah mendengar pintu dibanting menutup. Seorang pelayan datang untuk membantu Intan masuk ke mobil karena Papanya bahkan tidak punya rasa iba pada putri sulungnya itu.

Intan dimasukkan ke dalam mobil, dan orang yang ada didalam mobil mengatakan bahwa Pak Purnomo akan menunggu Intan di tempat pernikahan berlangsung karena dia sudah pergi menemui calon suami Intan lebih dulu.

Intan tahu benar, Papanya hanya pergi untuk memastikan pembayaran yang ditawarkan calon suaminya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!