Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 ~ POS
"Patrick?" Nadira terdiam sejenak dengan kening yang di kerutkan. "Siapa atau apa artinya itu Patrick Pak?" Tanya Nadira kemudian.
"Sudahlah jangan kau dengarkan dia," imbuh Ken, Nadira pun tidak memperpanjangnya, dia terdiam memainkan handphone-nya, kemudian tak lama Ken pun tertidur.
Idih ko dia sih yang tidur? bukannya gue tadi makan obat flu ya? ko tidak mengantuk sama sekali, wah ajib banget tuh obat. lirih Nadira baru menyadari jika obat flu yang dia makan tidak membuat Nadira mengantuk sama sekali.
Kemudian Nadira beranjak menuju sebuah sofa yang terdapat di ruangan tersebut, dengan duduk santai sambil bermain game.
"Selamat Pagi sus, ini saya bawakan makan siang untuk Dokter Ken," salam suster yang membawa sepiring nasi untuk Dokter kepada Nadira.
"Oh iya terima kasih sus," ucap Nadira sambil beranjak dari tempat duduknya kemudian setelah suster itu berlalu, Nadira pun membangunkan Sang Dokter yang tengah terlelap.
"Pak Dokter, bangun, makan dulu!" Seru Nadira yang tengah berada di hadapan sang Dokter.
"Ish begini ya jadi POS?" keluh Nadira dengan bibir mengerucut.
"Hmm ... iya Ra, kenapa?" Tanya Ken yang baru tersadar dari tidurnya.
"Ya aku itu memang POS," keluh Nadira.
"Maksudmu POS surat?" Tanya Ken berpura-pura tidak mengerti
"Bukan Pengurus Orang Sakit," jelas Nadira sambil bete.
"Hmm apa kamu keberatan? jika begitu Biar aku bayar!" seru Ken mempertegas.
"Ga usah aku kan suster," keluh Nadira kemudian.
"Kamu bukan suster kamu itu dokter muda, asisten ku, tapi untuk saat ini kamu sudah seperti POS yang telah di sewa untuk menjagaku, berapa no rekeningmu?" ucap Ken sambil siap menulis dalam handphone-Nya.
"Tidak perlu, karena Bapak tidak memintaku kemarin untuk menjadi POS—." Nadira berhenti sejenak berbicara.
"Kata siapa? keluarga dan Thomas telah memintamu, sehingga kini kamu sekarang berada di sini, betul bukan?" jelas Ken.
"Hmm, itu memang benar, tapi dengarkan aku!, aku belum selesai bicara Pak Ken," protes Nadira masih berpikir.
Ken kini terdiam memperhatikan Nadira yang tengah berpikir.
"Lama sekali," protes Ken singkat sambil menatap Nadira.
"Apa yang lama?" Tanga Nadira polos.
"Berpikir." Ken sambil menutup matanya.
"Oh ..., eits jangan tutup mata Bapak dulu, saya tidak berniat untuk Bapak bayar—" jelas Nadira yang terpotong oleh Ken.
"Lantas apa yang akan kamu inginkan?" Tanya Ken menatap Nadira.
"Motong pembicaraan orang mulu," protes Nadira.
"Ayo cepat!" seru Ken yang tidak ingin mendengar protes Nadira.
"Iya, Ga sabaran banget sih jadi orang," keluh Nadira.
Ken pun mengangkat kedua alisnya menunggu yang di ucapkan Nadira.
"Aku ingin gratis makan siang selama satu bulan, bagaimana bisa?," jelas Nadira dengan memperlihatkan deretan giginya.
"Jangankan makan siang, makan pagi, siang dan malam pun aku jabanin, pokoknya gratis untukmu." Ken penuh kesombongan.
"APA? SERIUS?" Tanya Nadira membulatkan kedua bola matanya.
"Aku serius, tiap hari makan gratis aku kirim untukmu!" Seru Ken sambil tersenyum.
"Kalau begitu selamanya saja, tidak akan aku tolak," celetuk Nadira saking bahagianya.
"Tak masalah karena itu sudah tugasku," sahut Ken.
"Apa? maksudnya?" Tanya Nadira menajamkan pendengarannya.
"Hmm tidak, mana makanku, tolong suapi wahai POS." Ken mengangakan mulutnya.
Nadira tidak mengoceh, Nadira menatap tajam Ken saat mendengar POS, kemudian dia memutar kedua bola matanya sambil membawa piring untuk menyuapi Ken.
Awalnya Ken tersenyum namun ... Tiba-tiba muka Ken menunduk dengan terlihat sendu, Sehingga membuat Nadira menelisik ke arah Ken yang siap menyuapinya kembali.
"Bapak tidak apa-apa?" Tanya Nadira dengan memperhatikan muka Ken yang tertunduk.
"Aku tidak apa-apa, mana?" Tanya Ken ambigu.
"Mana apa?" Tanya Nadira keheranan.
Ken menarik lengan Nadira yang sedang memegang sendok, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Bilang dong Pak! bikin kaget aja," protes Nadira tak terima.
Ken hanya tersenyum menanggapi Nadira sambil kembali mengangakan mulutnya.
"Ni bayi gede," ucap Nadira sambil memasukkannya dengan kasar.
"Owh POS kurang ajar," protes Ken saat sendok itu melukai lidahnya.
"Sudah sini, gue makan sendiri saja!" ucap Ken sambil mengambil piring dari Nadira dengan kasar. Di mana posisi Ken kini telah duduk di atas kasur.
"Maaf aku kesal sama Bapak, sini biar aku kembali munyuapi Bapak, tangan kanan Bapak ada selang infus, itu akan sangat sulit di gunakan." Nadira mengambil piring dari tangan Ken, dengan seketika tangan mereka saling bersentuhan dan mereka pun saling tatap dalam hitungan beberapa menit.
"Sini Pak, biar cepat selesai!" seru Nadira memecahkan kegugupan dan keheningan, dengan tangan kembali mengambil piring dari lengan Ken.
Ken menatap Nadira dengan intens, ada raut muka terlihat mengembang.
"Saya tidak mau jika kamu benar-benar menjadi POS," ucap Ken sambil menatap Nadira.
"Maksud Bapak?" Tanya Nadira dengan heran.
"Iya kamu hanya boleh mengurus aku aja kalau menjadi POS," Jelas Ken.
"Ish ngatur kaya suami aja, lagian itu permintaan dari konsumen kan Pak? dan di ACC oleh rumah sakit, jadi Bapak ga bisa atur aku kaya gitu," protes Nadira panjang lebar.
"Tapi kamu bukan POS, ingat kamu itu co-ass, aku anak pemilik rumah sakit ini, lihatlah bagaimana tumpukan pekerjaanku selain menjadi Dokter?" jawab Ken sambil menunjuk ke arah mejanya di mana ada beberapa arsip yang harus di tandatangani oleh Ken.
"Iyalah gimana Bapak saja, yang penting Anda senang!" Nadira menjeda sejenak. "Makannya sudah selesai, saya izin mengisi perut saya Pak," pamit Nadira sambil beranjak.
"Tunggu!" Seru Ken menahan langkah Nadira.
"Apa lagi sih Pak?" Tanya Nadira emosi.
"Ambillah!" Ken menyerahkan selembar uang berwarna pink.
"Untuk apa?" Tanya Nadira mengerutkan keningnya.
"Untuk makan siangmu!" Seru Ken menjelaskan.
"Sudah di mulai makan gratisnya?" Tanya Nadira berbinar.
"Iya." Ken menahan senyumannya saat melihat Nadira berbinar-binar.
"Terimakasih, muach." Nadira dengan spontan mencium pipi Ken dengan girang, kemudian segera berlalu sambil jingkrak-jingkrak.
Ken terdiam bagaikan patung dengan tangan memegang pipi kirinya yang telah di cium Nadira.
Bersamaan dengan itu Thomas membuka pintu ruangan Ken secara perlahan, kemudian memindai seisi ruangan tersebut melalui celah pintu yang telah terbuka sedikit.
Tumben sepi amat. gumam Thomas sambil membuka pintu.
Thomas pun melangkahkan kakinya mendekati Ken, namun Ken masih terdiam dengan mimik muka tersenyum, Dengan tangan masih berada di pipinya.
"Woy kenapa Lo? kesambet hantu Bucin Lo? senyum-senyum sendiri dengan muka di tangan, ada gue ga nyaut pula," keluh Thomas sambil menggerak-gerakkan ke-lima jarinya tepat di muka Ken.
"Cepat periksa aku!, sepertinya aku sudah sembuh," titah Ken dengan muka masih mengembangkan senyuman dengan mata menatap langit-langit dan tangan masih berada di pipi kirinya.
"Iya sakit lambungmu sembuh pindah ke gila Lo," ledek Thomas yang paham akan diri Ken sambil memeriksa kondisi Ken.
"Gila lo, ngatain gue gila, lo aja kali!, dasar saudara ga punya akhlak," cecar Ken dengan geram sambil menoyor kening Thomas.
"Sadar kaga lo, dari tadi lo senyum-senyum sendiri sambil menatap langit-langit, apa yang kaya gitu bisa di katakan normal?" Tanya Thomas menjelaskan.
"Ah sudah males gue bahas yang ga bermutu dengan Lo, gimana sekarang kondisi gue?" Tanya Ken kemudian.
"Asli lo udah baikan, ini infusan ga usah ganti, habis ini lepas saja," ucap Thomas.
Manjur juga ciuman lo ra. Batin Ken sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong mana Nadira?" Tanya Thomas tanpa melihat Ken.
"Ken gue ngomong sama lo, Ken ...." Thomas memanggil Ken kemudian melirik Ken. "Hallo, beneran gila lo ya, gue lempar lo ke rs jiwa tau rasa," umpat Thomas sambil menelisik Ken.
"Woy, gila lo sumpah, gue turunin jabatan lo baru tau rasa," cecar Ken geram.
"Makanya sadar woy!" Thomas tak mau kalah.
"Makanya cari cewe nikah sekalian biar lo tau gimana rasanya berbunga-bunga hati Lo," ungkap Ken kembali tersenyum.
"Bener ini orang kesambet hantu bucin." Thomas pun berlalu dari hadapan Ken.
Kemudian saat menutup kembali ruangan Ken, Thomas terkaget dengan kehadiran seseorang yang mendabrak dirinya.
"Aww ...,
Bersambung ....