CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Dua Tarzan
Siang hari saat Dara dan Bagas sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, ruangan mereka mendadak heboh dengan kedatangan dua orang sahabat kental Bagas.
"Wah, siapa nih?" Doni segera menghampiri meja Dara. Begitu pula Kevin.
Bagas memandang mereka malas, ia hanya melirik kedua temannya yang sedang sibuk menggoda Dara.
Awalnya, Bagas tidak peduli pada basa basi Doni kepada istrinya itu, ia yakin Dara pasti tidak akan mau meladeni mereka berdua sama seperti Dara yang tidak mau meladeni Bagas
"Aku Dara." Dara menyambut uluran tangan Doni dan Kevin bergantian, membuat Bagas jadi kesal sendiri. Ia segera menghampiri mereka dengan langkah panjang.
"Udah, jangan lama-lama, kebiasaan ni Tarzan dua!" ujar Bagas sewot.
"Apaan sih lo, Gas. Biasanya lo oke-oke aja kalo kita godain sekretaris lo." omel Kevin setelah mereka bertiga duduk di sofa yang agak jauh dari meja kerja Dara.
"Yang ini lain, haram buat kalian sentuh." sergah Bagas cepat, membuat Doni dan Kevin langsung tergelak.
"Sejak kapan lo peduli sama perempuan, Gas? Apalagi yang bentukannya begitu?" bisik Doni takut Dara mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
"Terus kenapa lo tertarik sama dia? bukannya selera lo sama kayak gue?" tanya Bagas, ia sebenarnya ingin mendengar penilaian dari kedua temannya itu tanpa ketahuan.
"Gue tau perempuan kayak sekretaris lo yang baru ini beda. Gue bisa melihat aura-aura Mia Khalifah kalo dia udah diajak berantem. Berantemnya di mana?" Doni menoleh pada Kevin.
"Di kasuuuurrr!" ujar keduanya serempak lalu tergelak kencang.
S**ialan! kenapa Doni bisa ngelihat itu ya? apa dia punya bakat jadi cenayang? atau gue minta Dara pake daster emak emak aja mulai sekarang kalo ke kantor? Bagas membatin sambil menatap Dara yang masih sibuk berkutat dengan laptop.
"Buat gue ya, Gas? belom lo apa-apain kan?" desak Doni cepat.
"Woi Tarzan! enak aja lo minta dia. Gak boleh! Haram bagi kalian yang penuh noda lendir perempuan ini untuk mendekatinya." ujar Bagas sambil mengangkat kedua tangan lalu meletakkannya di kening kedua sahabatnya kiri dan kanan.
"Segitunya lo, Gas. Kan lo gak suka juga sama dia!" balas Kevin.
"Pokoknya gak bisa! Dia itu payah, masa sama belah duren aja gak tahu!"
Bagas yang keceplosan segera menutup mulutnya.
"Nah lo ketahuan ya, lo pasti udah ngapa-ngapain tuh cewek kan?"
"Enak aja. Sumpah, gak ada gue macem-macem."
Gak bisa macem-macem lebih tepatnya. Sungut Bagas dalam hati.
"Dia beneran cuma sekretaris lo doang kan?" tanya Kevin penuh selidik.
"Iya bener, cuma itu sekretaris pilihan bokap gue, jadi dia itu harus gue amankan dari manusia-manusia kayak kalian ini." balas Bagas.
"Kayak kita gimana maksud lo?" Doni mulai protes.
"Tarzan b*kep!" balas Bagas lalu tertawa terpingkal-pingkal.
"Sialan lo! kita tuh cuma kalah ganteng doang sama lo! kalo br*ngs*k sebelas dua belas, orang elo dewa nya kok!" sahut Kevin sambil melempar kulit kuaci ke wajah Bagas.
Saat ketiga manusia somplak itu sedang saling berbalas candaan, suara Dara kembali terdengar. Nampaknya gadis itu riang sekali, apalagi setelah itu ia segera keluar ruangan dan setengah berlari menuju ke luar ruangan entah kemana.
"Tuh kan aneh tingkahnya." ujar Bagas lagi berusaha menghasut agar kedua temannya itu berhenti mencari tahu tentang gadis itu.
Beberapa menit kemudian, Dara masuk dengan sesuatu di tangannya. Bagas dan kedua temannya sontak tercengang saat Dara sedang kesulitan membawa kedua benda itu lengkap pula dengan pisau tajam di tangannya.
"Mas Bagas, aku udah nemu nih duren sama semangkanya." Dara memekik senang, Bagas sudah hampir kehabisan nafas, Doni dan Kevin ternganga sendiri melihat manusia unik langka yang rasanya perlu dilestarikan itu.
"Buat apaan duren sama semangka itu, Dara?!" tanya Bagas kehabisan sabar.
"Kan Bagas mau belah duren dari semalem. Ini aku pesan khusus, dianterin pula sama yang jual. Ini duriannya montok Mas. Mas pasti suka."
"Demi Maria Ozawa yang udah tobat, tolong segera sadarkan Betty Lapea ini sebelum gue yang kehilangan kesadaran." Bagas berdoa lirih lalu segera diamini oleh kedua temannya dengan takzim.
"Hah? beneran Bagas ngajak lo belah duren semalem???" Kevin yang tersadar langsung menatap Dara dan Bagas bergantian.
"Iya ini Mas Bagas pengen belah duren, makan duren, makan semangka. Udah kayak orang ngidam aja!" sahut Dara masih dengan mode kebegoan yang haqiqi di mata Bagas.
"Tapi makan semangkanya ntar aja ya, kan kurang baik kalo dimakan secara bersamaan. Nah sekarang Mas Bagas udah bisa belah duren, nih pisaunya tajem, pasti sekali tusuk langsung belah." Dara memberikan pisau tajam itu pada Bagas yang akhirnya diterima Bagas dengan tatapan masih melongo.
"Ayo Mas, belah durennya! semalem nyariin, sekarang barangnya udah ada dianggurin." omel Dara.
"Iya, Gas. Ayo belah durennya belah durennya belah durennya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga." Kedua sahabatnya malah bernyanyi riang menunggu Bagas membelah duren itu dengan pisau tajam.
"Yeeeee akhirnya belah duren jugaaaaa." seru Dara riang.
Bagas hanya menatap duren itu lemas, kenapa nasibnya bisa begini. Ia menyantap duren montok itu sambil tertawa bodoh. Iya, Dara sukses membuat dirinya yang pemain wanita itu seperti lelaki bodoh yang bahkan menyentuh Dara saja ia harus memutar otak sampai mentok ke paling sudut.
Dara kembali ke meja kerja lalu meraih bekal, ia juga meletakkan satu bekal lagi ke atas meja Bagas yang masih melihatnya dengan bola mata ke sana kemari.
"Aku istirahat dulu ya." Ia berpamitan kepada tiga manusia yang masih memandangnya dengan pandangan takjub.
"Gila, tipe gue banget sekretaris lo itu." celetuk Doni.
"Gak bisa! langkahin dulu mayat Jordi!" sahut Bagas tegas.
"Jordi burung Beo elo yang cerewet itu? bukan cuma gue langkahin, gue injek sampe ke biji-bijinya!" balas Doni tak mau kalah.
"Gas, gue curiga lo sama dia bukan sekedar sekretaris sama atasan doang." Perkataan Kevin itu membuat Bagas dan Doni menoleh bersamaan.
"Iya nih, lo ngotot banget gue gak boleh deketin tuh cewek. Ngaku gak lo, kalo lo gak ngaku juga, gue embat beneran." ancam Doni dengan pisau bekas belah duren barusan. Bagas dan Kevin menatap ngeri benda itu.
"Gak ada sumpah." Bagas masih mengelak.
"Ngaku cepetan!" desak Kevin dan Doni lagi.
"Gue ajak kencan beneran, lihat aja ntar." ancam Doni lagi.
"Iya-iya, gue ngaku sekarang. Nih pasang kuping lo berdua ya, Dara itu.... Dara itu... Dia bini gue!"
Doni dan Kevin saling menatap bersamaan lalu keduanya memekik keras.
"Jangan berisik, tar satu kantor tahu semua, b*ngs*t!" desis Bagas kesal.
"Jadi foto-foto perempuan dengan stiker monokorobo itu Dara?" tanya Doni tak percaya. Bagas hanya mengangguk pasrah. Dan mengalirlah cerita tentang kejadian malam itu yang mengakibatkan ia dan Dara harus terjebak dalam pernikahan tanpa cinta itu juga tentang kesialannya karena belum bisa mempertemukan Jeki dan Nyai ting ting.
Doni dan Kevin menepuk-nepuk bahu Bagas dengan penuh simpati. Kasihan juga mereka melihat buaya gondrong itu dikacangin Dara, gadis berkacamata titisan Betty Lapea.
"Sabar ya Bro, suatu saat Nyai yang akan minta ketemu Jeki. Yakin gue. Eh, kurang yakin juga sih." timpal Kevin sambil mengangguk-angguk.
"Semangkanya gede, Gas?" tanya Doni dan Kevin antusias.
"Favorit gue tuh." sahut Bagas bangga.
"Cintai dulu, Gas. Baru Nyai mau ketemu Jeki." Kali ini Doni serius. Cinta? mengapa ia bisa melupakan spesies jenis itu ya? mungkinkah Dara tidak peka karena tidak ada cinta di antara mereka berdua saat ini?
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.