NovelToon NovelToon
Dikhianati Keluarga, Dicintai Mafia

Dikhianati Keluarga, Dicintai Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kara_Sorin

Irene Brilian Ornadi adalah putri sulung sekaligus pewaris keluarga konglomerat Ornadi Corp, perusahaan multi-nasional. Irene dididik menjadi wanita tangguh, mandiri, dan cerdas.

Ayahnya, Reza Ornadi, menikah lagi dengan wanita ambisius bernama Vania Kartika. Dari pernikahan itu, lahirlah Cassandra, adik tiri Irene yang manis di depan semua orang, namun menyimpan ambisi gelap untuk merebut segalanya dari kakaknya, dengan bantuan ibunya yang lihai memanipulasi. Irene difitnah dan akhirnya diusir dari rumah dan perusahaan.

Irene hancur sekaligus patah hati, terlebih saat mengetahui bahwa pria yang diam-diam dicintainya, bodyguard pribadinya yang tampan dan cekatan bernama Reno ternyata jatuh cinta pada Cassandra. Pengkhianatan bertubi-tubi membuat Irene memilih menghilang.

Dalam pelariannya, Irene justru bertemu seorang pria dingin, arogan, namun karismatik bernama Alexio Dirgantara seorang bos mafia pemilik kasino terbesar di Asia Tenggara.

Ikuti perjalanan Irene menuju takdirnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Manuver Rahasia dan Bayangan Pewaris

Ruang rapat bawah tanah markas Valtherion Syndicate kembali menjadi saksi pertemuan penting. Irene duduk di samping Alexio, sementara Jay, Davin, dan Vincent menempati kursi masing-masing. Papan proyektor menyala, memperlihatkan rekaman hasil penyamaran dan pengintaian mereka terhadap Rayden Prasetya.

“Ini bukti-bukti awal yang berhasil kami kumpulkan,” ucap Irene, menatap layar.

“Rayden melakukan sejumlah pertemuan informal dengan pebisnis bayangan dan dua di antaranya diketahui berafiliasi dengan Red Scorpio. Termasuk dugaan penyalahgunaan dana perusahaan untuk menyuap media.”

Alexio menyimak tanpa banyak komentar. Matanya menyipit.

“Ini bagus, tapi belum cukup. Kita butuh sesuatu yang membuatnya tak bisa berdalih,” ucapnya tegas.

Davin bersandar santai di kursinya, memainkan flashdisk di tangannya.

“Kalau boleh bicara sedikit frontal… Aku bisa meretas sistemnya, asalkan aku bisa mendapatkan ponsel Rayden selama beberapa menit. Cukup untuk menanam satu aplikasi mata-mata.”

Jay mengernyit, “Kau yakin bisa melakukannya tanpa ketahuan?”

Davin menyeringai, “Kau tahu aku tak pernah gagal jika sudah menyangkut peretasan. Tapi masalahnya, siapa yang akan ambil ponsel itu?”

Alexio menyapu ruangan dengan pandangannya.

“Vincent kurang pandai menyamar. Jay terlalu kentara. Tinggal kau, Rin.”

Irene mengangguk.

“Aku bisa menyamar lagi. Kita pakai nama samaran yang dulu saat hendak menjalin kerja sama dengan Ornadi Corp.”

Vincent menimpali, “Rayden punya jadwal makan siang tetap. Jam dua belas sampai setengah satu. Dia tidak pernah membawa ponsel saat makan, kebiasaannya sejak dulu.”

“Waktu kita tiga puluh menit,” lanjut Irene.

“Dan aku akan menunggu di van di seberang gedung kantor Ornadi Tech,” tambah Davin, “Begitu ponsel di tanganku, aku butuh sekitar enam menit untuk menyelesaikan semuanya.”

Jay berdehem.

“Kalau sampai dia sadar ponselnya hilang, misi kita selesai.”

“Kita pastikan dia tidak sadar,” kata Alexio, mengakhiri diskusi.

***

Esok siangnya, suasana kantor Ornadi Tech tampak tenang. Irene, mengenakan setelan blazer warna nude dan wig rambut pendek, memasuki lobi sebagai seorang konsultan bisnis dari luar negeri. Di luar, Jay, Vincent, dan Davin bersiaga. Dita, yang menyamar sebagai petugas bersih-bersih, sudah berada di lantai yang sama dengan ruang kerja Rayden.

Rayden seperti biasa meninggalkan ruangannya tepat pukul dua belas. Ponselnya tertinggal di meja, tidak pernah dibawanya saat makan. Irene masuk beberapa menit kemudian, disambut oleh staf administrasi dengan sopan.

“Maaf, Pak Rayden sedang makan siang. Apakah Anda memiliki janji?”

“Ada beberapa berkas kerjasama yang ingin saya sampaikan langsung. Tak masalah jika saya tunggu,” jawab Irene dengan aksen asing, senyumnya diplomatis.

Sementara itu, Dita masuk ke ruang kerja Rayden dengan cepat, ia mengambil ponsel dan membawanya keluar melalui jalur layanan. Ponsel itu langsung diserahkan pada Davin yang menunggu di van.

“Mulai proses penanaman,” ucap Davin sambil mengetik cepat.

“Enkripsi ganda. Sistem ini cukup ketat, tapi bukan tandingan otakku.”

Tiba-tiba, Dita bicara cepat melalui earpiece.

“Rayden tiba-tiba memutuskan kembali. Katanya ada hal penting yang harus dia laporkan ke Cassandra.”

Semua terdiam.

Irene langsung berdiri dari tempatnya, berjalan ke arah pintu ruang kerja Rayden. Beberapa detik kemudian, pria itu muncul di lorong.

“Oh! Tuan Rayden!” Irene menyapanya dengan ramah, masih dengan aksen asing.

“Saya ingin berbicara tentang peluang ekspansi pasar teknologi di kawasan Asia Tengah. Kami yakin Ornadi Tech memiliki potensi luar biasa.”

Rayden mengerutkan dahi.

“Maaf, saya sedang terburu-buru.”

“Sangat sebentar saja,” bujuk Irene, memposisikan tubuhnya agar menghalangi jalannya. “Kami punya data yang menarik terkait valuasi pasar—”

“Saya bilang saya sibuk!” potong Rayden, semakin tak sabar.

“Security!”

Dua petugas keamanan mulai berjalan mendekat.

Davin masih berkutat di dalam van.

“Butuh sepuluh detik lagi…” gumamnya, keringat menetes.

Rayden menghela napas panjang, berusaha melewati Irene. Namun sebelum ia membuka pintu ruangannya, seorang wanita pembersih dengan pakaian lusuh melintas dan diam-diam meletakkan ponselnya kembali ke meja.

Rayden masuk. Menemukan ponselnya di tempat semula. Tak ada kecurigaan. Dita bergerak cepat menjauh dari tempat itu. Irene berpamitan sambil meminta maaf karena telah mengganggu, lalu segera keluar gedung dan bergabung dengan yang lain.

Di van, Davin bersorak kecil.

“Sudah selesai. Kita punya akses penuh. Semua log panggilan, pesan, bahkan aplikasi terenkripsi sudah terhubung ke sistem kita.”

Jay menghela napas lega, “Kau gila, Davin.”

Davin terkekeh.

“Gila? Tidak. Aku hanya sangat… berbakat.”

Vincent mengangguk.

“Sekarang kita punya amunisi.”

Irene menatap ke luar jendela.

“Pertarungan baru saja dimulai.”

***

Sementara itu, di rumah sakit swasta kawasan elite, Cassandra duduk di ruang VIP sambil memainkan ponselnya. Vania, ibunya, duduk di seberangnya.

“Kenapa mendadak Mama ingin ke rumah sakit?” tanya Cassandra.

Vania menatap tajam.

“Mama baru pulang dari kantor pengacara dan sepertinya kita punya masalah.”

Cassandra mengernyit.

“Masalah apa?”

“Surat wasiat Papamu. Belum diubah. Irene masih tercatat sebagai pewaris utama Ornadi Corp.”

“APA?!” Cassandra berdiri kaget.

“Papamu memang sempat ingin mengubahnya, tapi belum sempat ditandatangani karena ia keburu koma.”

Cassandra menggigit bibir.

“Berarti… secara hukum, aku belum sah?”

“Belum,” jawab Vania tenang.

“Kalau Irene kembali, dia bisa mengambil semuanya.”

Cassandra meremas ponselnya.

“Dia tidak akan kembali. Tidak akan pernah.”

Vania menatapnya.

“Kau harus temukan cara. Sebelum terlambat.”

Cassandra mengangguk. Matanya memancarkan tekad. Namun di balik tekad itu, tersembunyi ketakutan, karena ia tahu… jika Irene benar-benar kembali, maka semua yang telah ia bangun akan runtuh.

***

Setelah semua anggota tim kembali ke markas Valtherion, malam pun turun perlahan. Di lantai atas gedung kasino yang menjulang mewah, lampu-lampu kota berkelip bagaikan bintang-bintang di tanah. Dari balik dinding kaca besar ruang kerjanya, Alexio berdiri membelakangi pintu, menatap kosong ke arah kerlap-kerlip kehidupan malam. Tangannya disilangkan di depan dada, pikirannya melayang jauh.

Pintu ruang kerja terbuka perlahan tanpa ketukan. Irene masuk dengan langkah ringan, mengenakan pakaian biasa tanpa wig atau penyamaran. Rambut panjang aslinya tergerai indah. Tatapannya bersinar penuh semangat.

“Alexio,” panggilnya pelan.

Alexio tidak menoleh, tetapi mendengarkan.

Irene berdiri di belakangnya.

“Misi berhasil. Ponsel Rayden berhasil kami retas, dan aplikasi mata-mata sudah tertanam dengan sempurna. Davin bilang, kita sekarang bisa memantau seluruh komunikasi Rayden, termasuk pesan terenkripsi dan panggilan keluar-masuk.”

Alexio akhirnya menoleh sedikit, matanya menatap Irene dari balik bayangan kaca.

“Kerja yang baik,” ucapnya singkat.

Irene tersenyum sangat lebar, rasa puas mengalir dalam dirinya. Ia merasa ini adalah awal dari keberhasilannya… keberhasilan merebut kembali apa yang menjadi miliknya. Ornadi Corp. Haknya sebagai putri sulung Reza Ornadi. Tapi perasaan itu tak ia ungkapkan.

Tanpa pikir panjang, dorongan rasa senang dan lega meluap begitu saja. Irene melangkah cepat dan tiba-tiba memeluk Alexio dari belakang, memeluk erat tubuh dingin lelaki yang selama ini selalu menjaga jarak itu.

“Terimakasih…” bisiknya tulus, “Karena telah mempercayai aku…”

Alexio sontak membelalak. Ia tidak siap. Tubuhnya menegang, jantungnya berdetak keras tanpa bisa dikendalikan. Sentuhan hangat Irene begitu asing tapi nyata.

“Lepas,” ucapnya kaku, berusaha menjaga nada suaranya tetap datar.

Namun Irene justru memeluknya lebih erat. Alexio, yang tidak biasa disentuh tanpa izin, refleks mendorong tubuh Irene menjauh. Dorongan itu cukup kuat dan tak terduga. Irene kehilangan keseimbangan, tubuhnya condong ke belakang.

“Wah!” jeritnya pelan.

Alexio segera menyadari kesalahannya. Tangannya bergerak cepat, menangkap lengan Irene sebelum gadis itu menghantam lantai. Tapi momentum gravitasi tak bisa dihentikan begitu saja. Ia ikut tertarik ke bawah, menimpa tubuh Irene yang sudah terduduk lemah.

Brak!

Tubuh mereka berdua jatuh bersamaan ke lantai marmer ruang kerja. Posisi mereka tak terduga—Alexio di atas, wajahnya sangat dekat. Begitu dekat hingga...

Cup.

Tanpa sengaja, bibir mereka bersentuhan. Sepersekian detik dunia seperti berhenti. Mata Irene membelalak, wajahnya memerah dalam sekejap.

“WAAAAA! Ciuman pertamaku!!” teriak Irene kaget, matanya menatap Alexio tak percaya.

Alexio juga terdiam, wajahnya dingin seperti biasa... tapi ada semburat merah samar yang tak bisa disembunyikan di telinga dan lehernya. Ia segera bangkit berdiri, menarik napas dalam, lalu membuangnya perlahan.

“Salahmu sendiri. Jangan asal peluk,” gumamnya datar, menatap ke arah lain.

Irene masih terbaring, menatap langit-langit.

“Aku… aku tidak sengaja…” katanya pelan, kedua pipinya merona seperti buah delima.

Alexio berbalik, berjalan ke arah jendelanya lagi.

“Lain kali, bersikap profesional,” ucapnya dingin.

Tapi Irene melihat bahu Alexio sedikit tegang, dan meski samar senyuman kecil muncul di ujung bibir lelaki dingin itu dan untuk pertama kalinya, ruang kerja tertutup itu terasa lebih hangat dari biasanya.

1
NurAzizah504
aw, alex tau dia tampan /Facepalm/
Kara: ya masa bilang dia jelek😅
total 1 replies
NurAzizah504
kalo alex tau motifnya, kira2 pria itu bakalan marah ga ya?
Kara: bisa iya, bisa tidak 😁
total 1 replies
NurAzizah504
kayaknya yang kedua deh, wkwk
NurAzizah504
dia kayak ganteng bgt ga sih /Sob/
Kara: iya bener, ganteng banget dengan rahang tegas tatapan mata tajam tubuh tegap 😁
total 1 replies
NurAzizah504
nah, sikap kamu ini cocok buat Alex
Kara: syukurlah klo cocok😁
total 1 replies
NurAzizah504
apapun itu, jgn sampai membuat alex kecewa ya, Rin
Kara: nah ituuu 😁
total 1 replies
NurAzizah504
wajar sih kamu begitu, Lex. kalian pasti ga bisa langsung mempercayai org baru secepat itu
Kara: iya, apalagi di dunia mafia. lawan bisa jadi kawan, kawan bisa jd lawan
total 1 replies
NurAzizah504
Rin, ini peluangmu. Kamu bisa kan?
NurAzizah504: harus bisa. aku maksa soalnya /Sob/
Kara: diusahakan 🤣
total 2 replies
NurAzizah504
kalo ga terbukti, kamu harus mencintai Rin ya, Lex /Facepalm/
NurAzizah504: maksa dikit /Facepalm/
Kara: lhoh lhoh kok maksa😁
total 2 replies
NurAzizah504
wahh, keren nih. semuanya terdiam. ga menyangka rin bisa begitu
NurAzizah504
kayaknya kalo dilatih oleh alex, rin bakalan cepet jago
NurAzizah504
bukan Irene, tpi Rin /Proud/
NurAzizah504
aku suka nih yang kaya Jay
Kara: klo suka jangan dimasukin keranjang dulu kak ini jay masih aku ajak main terus lho 🤣
total 1 replies
NurAzizah504
dunia irene sudh hancur /Whimper/
NurAzizah504
Dita merawat Irene dg sangat baik. Tentu saja berkat arahannya Alex
NurAzizah504
semangat, Ren. Ini bukan akhir
NurAzizah504
semoga irene cepet siuman
NurAzizah504
krna menyelematkan org yang dikira reno, irene bahkan rela terluka
NurAzizah504
lalu semua uang2mu kemana, Ren? gak adakah sepeser pun /Sob/
Kara: kan udah di usir sama papanya otomatis semua aset miliknya dibekukan 😁
total 1 replies
NurAzizah504
cuma ibumu yang bisa menerimamu dg tulus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!