Nabila Fatma Abdillah yang baru saja kehilangan bayinya, mendapat kekerasan fisik dari suaminya, Aryo. Pasalnya, bayi mereka meninggal di rumah sakit dan Aryo tidak punya uang untuk menembusnya. Untung saja Muhamad Hextor Ibarez datang menolong.
Hextor bersedia menolong dengan syarat, Nabila mau jadi ibu ASI bagi anak semata wayangnya, Enzo, yang masih bayi karena kehilangan ibunya akibat kecelakaan. Baby Enzo hanya ingin ASI eksklusif.
Namun ternyata, Hextor bukanlah orang biasa. Selain miliarder, ia juga seorang mafia yang sengaja menyembunyikan identitasnya. Istrinya pun meninggal bukan karena kecelakaan biasa.
Berawal dari saling menyembuhkan luka akibat kehilangan orang tercinta, mereka kian dekat satu sama lain. Akankah cinta terlarang tumbuh di antara Nabila yang penyayang dengan Hextor, mafia mesum sekaligus pria tampan penuh pesona ini? Lalu, siapakah dalang di balik pembunuhan istri Hextor, yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Curiga
Hextor berdiri dan mendatangi pintu. Malam telah larut. Sebaiknya ia cepat tidur.
Baru saja ia membuka pintu. Nabila lewat di depannya. Hextor jadi tak berniat membuka pintu dan hanya meninggalkan sedikit cela untuk mengintip. Gerakan Nabila yang mencurigakan membuat pria tampan itu mengerut kening. Wanita itu bergerak hati-hati sambil melihat sekitar. Sepertinya takut ada seseorang yang memergoki apa yang akan dilakukannya.
"Nabila ... apalagi ini? Kamu ...." Hextor menahan napas sesaat ketika Nabila mendatangi dapur. "Apalagi yang diperbuatnya!?" Pria itu gemas sendiri. "Lama-lama aku bisa merantai kakinya agar tidak bikin banyak masalah. Ya Tuhan ... mudah-mudahan ini bukan masalah besar."
Hextor bergegas ke dapur. Ia mendapati Nabila tengah membuka rak di atas kompor. Pria itu bisa melihatnya dalam gelap karena sudah terlatih. Namun, ia memutuskan untuk menyalakan lampu. "Sedang apa kamu di sini?"
Nabila kaget karena lampu dapur tiba-tiba terang. Bungkusan mi berjatuhan dari rak atas yang sedang dibongkarnya. "Eh?" Ia melihat wajah Hextor yang menatap tajam ke arahnya.
"Sedang ngapain kamu di sini?" ulang Hextor.
Nabila terpaku. Aksinya diketahui sang majikan. Namun, ia harus bicara agar Hextor tak salah paham. "A-aku lapar, Pak. Maaf."
"Di jam segini!?"
"A-aku tidak bohong, Pak. Aku lapar. Enzo sekarang menyussunya sangat kuat jadi aku sering lapar, Pak, malam-malam begini." Sesudahnya Nabila tertunduk. Ia berniat diam-diam membuat sendiri mi rebusnya karena tidak mau merepotkan orang lain. Ia yakin semua orang sudah tidur, tapi ternyata tidak demikian.
"Kamu pikir ini jam berapa, hah!? Semua orang mungkin sudah tidur, Nabila."
Nabila mengangguk dalam penyesalan. Mau bagaimana lagi, laparnya sudah tidak bisa ditunda.
"Kamu mau makan apa jam segini, mmh?" Nada suara Hextor mulai reda.
Nabila mengangkat kepalanya. "Maksudku mau buat mi rebus, Pak," ucapnya pelan.
Terdengar suara dessahan dari mulut Hextor. "Baiklah, tapi hanya hari ini saja ya. Mulai besok, di kamar Enzo akan diletakkan keranjang buah. Kalau malam kamu lapar, kamu makan buah saja."
Nabila tersenyum. "Terima kasih, Pak."
"Mmh."
***
Lani melihat kedua telapak tangannya dan tersenyum lebar. "Lihat saja pembalasanku, Nabila." Ia tersenyum miring.
Lani mengintip dari dapur. Saat melihat Nabila berpindah dari kamar Enzo ke kamarnya, ia mulai bergerak. Dengan tangan yang sedikit menggantung kaku di udara, wanita ini bergerak mendekati tangga.
Hextor yang baru akan keluar ruang kerjanya, melihat Lani dengan gaya yang mencurigakan berjalan di depan. Ia mengerut dahi dan tak jadi keluar, lalu mengintip dari balik pintu yang dibukanya sedikit. "Ada apa dengan pegawaiku di rumah ini, hah? Kenapa mereka jadi aneh belakangan ini?" Ia mendengus kesal.
Saat Lani menaiki tangga, Hextor keluar dan menatap wanita itu dari tempat yang tersembunyi. Pria itu melihat pembantunya masuk kamar Enzo. Ia kembali mengerut dahi. "Memang apanya yang aneh? Kerjanya memang mengambil baju kotor 'kan? Kenapa harus sembunyi-sembunyi?"
Lani membuka pintu dengan sikutnya. Pegangan pintu ia tekan agar ia tak memegang langsung ganggang pintu. Setelah terbuka, ia segera masuk.
Enzo masih tertidur di boks bayi. Lani kemudian mendatangi lemari pakaian dan membukanya.
Hextor yang penasaran, memutuskan kembali ke ruang kerja. Di sana ia membuka laptop dan melihat lewat kamera pengintai di kamar Enzo. Terlihat Lani tengah membuka lemari si kecil. Hextor sampai mendekatkan wajahnya ke layar, agar bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan Lani di sana. "Untuk apa dia membuka lemari pakaian Enzo? Apa yang diinginkannya?"
Hextor tidak tahu apa yang Lani kerjakan di situ karena dari sudut kamera pengintai yang ia pasang, sulit melihat apa yang dilakukan Lani di sana. Apalagi, ia tak melihat wanita itu membawa apa pun.
Tak lama, wanita itu menutup pintu lemari. Kemudian ke kamar mandi sebentar, lalu keluar dari kamar itu.
Hextor terdiam. Apa sebenarnya yang dilakukan Lani di dalam lemari karena tidak ada satu pun yang ia bawa. Ia tidak bisa menebak apa pun. Pikirannya buntu. Karena penasaran, ia menutup laptop dan mendatangi kamar anaknya.
Hextor membuka lemari. Tidak ada yang aneh di sana. Ia coba memeriksa tumpukan baju Enzo, tapi tetap saja tak menemukan apa pun. Juga dinding lemari. Jadi, apa yang dilakukannya tadi di sini?
Tiba-tiba terdengar rengekan si kecil dari boks bayi. Hextor mengintip boks bayi dari atas. Ternyata Enzo telah bangun.
Bayi itu mengenali ayahnya. Kedua tangannya terulur minta digendong.
Hextor segera menggendongnya. "Oh ... anak papa sudah bangun."
Bayi mungil itu menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh Hextor. Ia tampak nyaman hingga tangisannya berhenti.
Tiba-tiba Nabila menerobos masuk. Ia kaget ada Hextor yang sudah menenangkan Enzo. "Oh, Bapak ada di sini?"
"Oh, aku kebetulan ke sini dan Enzo bangun. Apa dia mau menyussu?"
Nabila memperhatikan wajah bayi itu. "Tidak. Ini waktunya dia mandi."
"Oh, ya sudah. Mandikan saja."
"Biar aku siapkan dulu airnya." Nabila ke kamar mandi dan mengisi air di bak mandi. Handuk dan beberapa peralatan mandi juga disiapkan.
Hextor menyandarkan tubuh si kecil di lengan kekarnya sambil memberikan mainan berbentuk donat. Tangan bayi itu langsung mengambil dan menggigitnya. Ia mulai hafal dengan mainannya.
Hextor sesekali melihat Nabila yang tangkas dengan tugasnya. Sebentar saja wanita itu sudah mendatangi Hextor dengan mengulurkan tangan. "Sini, Pak. Saya mau buka bajunya dulu."
Hextor memberikan Enzo pada Nabila.
Setelah meletakkan Enzo pada meja tempat ganti bajunya, wanita itu melucuti pakaian si kecil satu-satu. Ia melirik sekilas Hextor yang masih berada di tempatnya. "Lho, Bapak masih di sini?" tanya Nabila bingung.
"Iya." Hextor melihat Nabila tampak santai dengan kehadirannya di sana, seolah ia tidak takut dengan keberadaannya di kamar itu. "Ngak papa, 'kan?"
"Oh, gak papa, Pak." Nabila menggendong si kecil yang masih memegang mainannya dan membawanya ke kamar mandi. Di bak mandi besar, sudah tersedia air hangat dalam jumlah sedikit untuk Enzo mandi. Setelah mendudukkan Enzo yang ditopang tangan Nabila, wanita itu mulai menyiram tubuh bayi itu dengan gayung pelan-pelan. Enzo yang senang berada di dalam air, memukkul-mukkul air dengan mainannya sambil tertawa. Apalagi air hangat yang menyiram tubuhnya membuat bola matanya melebar dan mulutnya mulai mengoceh tidak jelas.
"Mmh, enak ya Enzo, airnya," ucap Nabila lembut dengan senyum di kulum.
Hextor masih duduk di tepi ranjang di kamar. Ia masih menduga-duga apa yang dikerjakan Lani tadi. Apa pembantunya itu tengah mencari sesuatu? Sesuatu apa?
Tak lama Nabila datang membawa si kecil. Sambil menggendong, ia membuka lemari dan mengambil pakaian si kecil lalu meletakkan Enzo pada meja bayi. Dengan lembut ia mengeringkan tubuh Enzo dengan handuk.
Baby Enzo tampak senang karena tubuhnya terasa segar. Ia mengoceh sambil mengangkat kaki dan tangan kecilnya seraya menatap Nabila. Nabila bahkan membercandainya dengan menggoyang-goyangkan tubuh si kecil dalam handuk hingga membuat Enzo terkekeh.
Hextor bahkan ikut tersenyum melihat keakraban Nabila pada anaknya. Seakan dirinya ingin ikut bergabung bersama. Namun, ia tahu diri. Di hadapannya adalah Nabila, bukan istrinya, ia harus menahan diri.
Saat mengancingi baju buat Enzo, si kecil nampak tidak nyaman. Lama-lama bayi itu menangis.
"Eh?" Nabila terkejut.
Bersambung ....
😀😀😀❤❤❤😘😍😙
😍😙😗😗❤❤❤
ngeriiiu...
😘😍😍😙😗❤❤❤❤❤
satang Enzo tapi salah strategi..
😀😀❤❤😘😍😙
😀😀😀❤❤😘😍😙😙
❤❤❤😘😙😗😗
❤❤❤😘😍😙😙
jangn2 lani naruh serbuk gatal do pakaian Enzo..
untung Hextor tau lani melakukan sesuatu di lwmari anknya ..
jadi gak bisa nuduh nabila..
😀😀❤❤❤😍😙😗
❤❤😍😙😗
karena dia ingin hextir jadi miliknya...
😀😀😘😍😙😗❤❤❤😡