NovelToon NovelToon
Main Villain System

Main Villain System

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Transmigrasi ke Dalam Novel / Mengubah sejarah
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: ex

Jing an, seorang penulis yang gagal, secara ajaib terlahir kembali sebagai Luo Chen, Tuan Muda lugu di dalam novel xianxia klise yang ia benci. Berbekal 'Main Villain System' yang bejat dan pengetahuan akan alur cerita, misinya sederhana... hancurkan protagonis asli. Ia akan merebut semua haremnya yang semok, mencuri setiap takdir keberuntungannya, dan mengubah kisah heroik sang pahlawan menjadi sebuah lelucon tragis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Serigala Berbulu Domba

Suasana di dalam Aula Utama Klan Luo terasa berat, seperti udara yang terkompresi, dipenuhi ketegangan yang nyaris tak tertahankan.

Di kursi kehormatan, Luo Tian, Patriarch Klan Luo, duduk dengan rahang mengeras. Jemarinya mengetuk-ngetuk pelan sandaran kursi kayunya, satu-satunya gerakan di tubuhnya yang kaku. Wajahnya yang biasanya tenang kini menampilkan badai amarah yang tertahan. Di sisinya, para tetua klan memasang wajah masam, campuran antara malu dan geram.

Di seberang mereka, duduklah sumber dari semua ketegangan ini. Xiao Zhan, Patriarch dari Klan Xiao, baru saja meletakkan cangkir tehnya dengan gerakan lambat yang dibuat-buat, menyeringai tipis dengan angkuh. Di sampingnya, putrinya, Xiao Linyu, duduk tegak laksana peri es. Gaun biru langitnya menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah, dan wajahnya yang tanpa cela bisa membuat kerajaan berperang. Namun, ekspresi di wajah cantik itu sedingin musim dingin yang paling kejam, matanya menyiratkan rasa jijik yang nyaris tidak ditutupi saat memikirkan nama tunangannya: Luo Chen.

"Saudara Luo," Xiao Zhan akhirnya memecah keheningan, nadanya merendahkan. "Putramu yang berharga itu, di mana dia? Apakah dia terlalu takut untuk bertemu dengan tunangannya sendiri?"

Luo Tian mengepalkan tinjunya di bawah meja, buku-buku jarinya memutih.

"Dia akan segera tiba."

Xiao Linyu mendengus pelan, suara yang nyaris tak terdengar namun sarat penghinaan. "Ayah, selesaikan saja urusan ini. Aku tidak punya waktu untuk menunggu seorang pengecut."

Penghinaan terang-terangan itu adalah puncaknya. Tepat saat Luo Tian hendak meledak dan membanting meja, suara langkah kaki yang mantap dan tanpa keraguan terdengar dari pintu masuk. Langkah kaki itu tidak tergesa-gesa, juga tidak ragu-ragu. Tenang, percaya diri, dan penuh irama. Semua orang di aula, tanpa kecuali, menoleh ke arah pintu.

'Ah, sambutan yang meriah.' Begitu kakiku melangkah melewati ambang pintu, aku bisa merasakan puluhan pasang mata menusukku. Aku bisa merasakan ekspektasi mereka: seorang pemuda rapuh, dengan mata merah, siap memohon dan menangis. Sayang sekali, kalian akan kecewa berat hari ini.

Aku menyapu pandanganku ke seluruh aula. Di kursi utama, ada ayah baruku, Luo Tian. Wajahnya tegang. Kasihan sekali orang tua ini, punya anak asli seorang pecundang. Di sekelilingnya, sekumpulan fosil hidup yang disebut tetua klan menatapku dengan cemas. Tidak berguna.

Lalu mataku tertuju pada para tamu. Yang pertama adalah si tua bangka, Xiao Zhan. Wajahnya sombong sekali, benar-benar minta diinjak. Dan di sampingnya...

'Sialan.'

Novel sialan itu tidak berbohong. Xiao Linyu memang definisi sempurna dari kata 'semok'. Wajah bak peri, tubuh bagaikan succubus. Kulitnya seputih salju dan bibir itu... Sial. Aku merasakan denyutan samar di tubuh baru ini, sebuah reaksi instingtif yang kuakui. Wajah dinginnya yang penuh penghinaan itu entah kenapa justru membuatnya berkali-kali lipat lebih menggoda. Oh, akan sangat menyenangkan melihat ekspresi itu pecah saat dia meneriakkan namaku di atas ranjang nanti. Ya, dia target utamaku.

Aku berjalan ke tengah aula dengan santai, mengabaikan tatapan kaget mereka. Aku tahu penampilanku saat ini... punggung lurus, dagu terangkat, aura arogan... sangat kontras dengan citra Luo Chen yang asli. Biarkan mereka bingung. Biarkan mereka bertanya-tanya.

Aku berhenti tepat di tengah, membiarkan keheningan yang canggung menggantung selama beberapa detik. Lalu, untuk menambahkan sedikit bumbu drama, aku menguap. Sebuah uapan yang lebar, malas, dan sama sekali tidak ditutup-tutupi. Aku bisa melihat mata Xiao Zhan melebar karena tidak percaya. Sempurna.

'Oke, panggung sudah siap. Para aktor sudah di tempat. Saatnya mengucapkan dialog pertamaku sebagai penjahat utama.'

Aku menatap lurus ke arah Xiao Zhan, memasang ekspresi bosan.

"Maaf aku terlambat," kataku, suaraku terdengar tenang dan dalam, kaya dan penuh resonansi... sama sekali bukan suara gemetar yang mereka harapkan. "Aku baru saja tidur siang yang sangat nyenyak. Jadi, ada urusan apa sampai kalian semua memasang wajah seperti itu?"

Keheningan total. Kau bisa mendengar sehelai jarum jatuh di atas lantai batu. Wajah ayahku, Luo Tian, membeku karena kaget. Para tetua melongo seperti ikan mas yang kehabisan air. Bahkan Xiao Linyu yang sedingin es itu, matanya sedikit melebar karena tidak percaya. Tapi reaksi terbaik datang dari si tua bangka, Xiao Zhan. Wajahnya yang tadinya angkuh berubah dari putih menjadi merah, lalu menjadi ungu pekat.

'Ah, lihat itu. Pembuluh darah di pelipisnya menonjol. Kalau ini novel wuxia klasik, dia pasti sudah batuk darah tiga liter sekarang.'

"BERANINYA KAU, BOCAH KURANG AJAR!"

Ledakan amarahnya mengguncang seluruh aula, membuat cangkir-cangkir teh di atas meja bergetar.

'Bingo. Kalimat wajib pertama dari setiap penjahat sampingan level teri. "Beraninya kau!". Sungguh orisinil.'

Tepat saat aku memikirkannya, suara notifikasi yang renyah terdengar di benakku.

[Ding! Kemarahan target 'Xiao Zhan' telah terdeteksi. +10 Villain Points.]

[Ding! Kebingungan target 'Luo Tian' telah terdeteksi. +5 Villain Points.]

[Ding! Keterkejutan target 'Xiao Linyu' telah terdeteksi. +20 Villain Points.]

Hah. Jadi aku dapat poin bahkan hanya dengan membuat mereka bingung dan kaget? Sistem ini... aku sangat, sangat menyukainya.

Di hadapan amukan Xiao Zhan, aku sama sekali tidak gentar. Aku justru memasang ekspresi bingung yang dibuat-buat, memiringkan kepalaku sedikit.

"Kurang ajar?" tanyaku dengan nada polos. "Aku hanya bertanya. Patriarch Xiao, Anda datang ke kediaman Luo-ku tanpa diundang, memasang wajah seperti baru saja kehilangan seluruh keluarga Anda, dan menginterupsi tidur siangku yang berharga. Sekarang katakan padaku, sebenarnya siapa yang kurang ajar di sini?"

Setiap kata kuucapkan dengan tenang dan jelas, namun mengandung racun yang menusuk. Argumenku sederhana tapi telak. Ini adalah wilayahku. Mereka adalah tamu. Logika ada di pihakku.

Wajah Xiao Zhan semakin ungu. Dia membuka mulutnya, tapi tidak ada kata yang keluar. Dia terlalu marah untuk merangkai kalimat.

"Kau..."

Aku tidak memberinya kesempatan. Aku mengalihkan pandanganku darinya, seolah dia tidak lagi layak mendapat perhatianku, dan menatap lurus ke arah Xiao Linyu.

Aku memandangnya dari atas ke bawah, secara terang-terangan dan tanpa malu-malu, tatapanku seperti seorang pedagang yang sedang menilai kualitas barang. Dia terlihat tidak nyaman, menggeser duduknya sepersekian inci, rona merah tipis karena marah muncul di pipinya yang seputih giok.

"Dan kau," kataku, suaraku melunak menjadi nada yang lebih personal, namun tetap dingin. "Xiao Linyu. Kau memang sangat cantik."

Sedikit kebanggaan muncul di matanya. Tentu saja. Pujian, bahkan dari orang yang dia benci, tetaplah pujian bagi wanita sombong.

"...Sayang sekali," lanjutku, membiarkan seringai tipis muncul di bibirku. "Wajah cantik itu dihiasi oleh ekspresi seperti kau baru saja menginjak kotoran anjing. Itu merusak pemandangan."

BRAK!

Xiao Linyu menggebrak meja di sampingnya. Matanya yang indah kini memancarkan niat membunuh yang dingin.

"Kau... beraninya kau menghinaku!"

"Luo Chen!" Ayahku akhirnya mengeluarkan suaranya, nadanya terdengar keras dan penuh peringatan. "Jaga sikapmu! Minta maaflah pada Patriarch Xiao dan Nona Muda Xiao!"

Aku mengabaikan ayahku sepenuhnya. Tatapanku masih terkunci pada Xiao Linyu yang gemetar karena marah.

"Menghinamu? Aku hanya mengatakan kebenarannya. Kau masuk ke rumah tunanganmu dengan ekspresi seperti itu. Apakah itu sikap yang pantas?" Aku mengambil satu langkah maju. "Atau mungkin kau memang datang untuk urusan lain?"

Aku kembali menatap Xiao Zhan, yang sekarang napasnya sudah terengah-engah.

"Aku dengar dari para pelayan bahwa kalian datang ke sini untuk membicarakan pertunangan kita," kataku dengan nada ringan. "Bagus. Kebetulan sekali. Aku juga punya sesuatu yang ingin kubicarakan mengenai masalah itu."

Aku berhenti sejenak, membiarkan ketegangan di ruangan mencapai puncaknya. Aku menatap lurus ke mata Xiao Zhan, senyumku menghilang, digantikan oleh ekspresi dingin yang absolut.

"Sejujurnya, aku sudah muak."

Aku menarik napas, lalu mengucapkannya dengan artikulasi yang jelas dan menusuk.

"Aku datang ke sini untuk membatalkan pertunangan ini."

Jika kata-kataku sebelumnya adalah percikan api, maka kalimat terakhirku adalah seember bensin yang disiramkan ke dalamnya.

Ledakan yang kuharapkan tidak terjadi. Sebaliknya, yang terjadi adalah sesuatu yang jauh lebih memuaskan: sebuah keheningan yang absolut dan mencekik. Keheningan yang lahir dari keterkejutan total.

Wajah ayahku, Luo Tian, tampak seperti baru saja disambar petir di hari yang cerah. Para tetua membeku di kursi mereka. Dan duo ayah-anak Xiao? Oh, itu pemandangan yang paling indah. Wajah angkuh Xiao Zhan kini terbuka lebar, matanya melotot seolah bola matanya mau copot.

Tapi tatapanku terpaku pada target utamaku. Xiao Linyu.

Wajah cantiknya pucat pasi. Bibirnya yang tadi meremehkan kini sedikit bergetar. Matanya yang indah, yang beberapa saat lalu memancarkan penghinaan, kini dipenuhi oleh ketidakpercayaan.

Dia, sang Phoenix dari Klan Xiao, jenius yang dipuja-puja, baru saja... dicampakkan? Bukan, ini lebih buruk. Dia baru saja ditolak. Oleh sampah yang paling dia benci. Ini adalah penghinaan seribu kali lebih menyakitkan daripada yang telah dia siapkan untukku.

Di tengah keheningan itu, hanya aku yang bisa mendengar suara paling merdu di dunia.

[Ding! Host telah merebut inisiatif plot! Alur cerita asli "Penghinaan di Aula Utama" telah dibelokkan secara signifikan!]

[Hadiah: +50.000 Villain Points!] [Ding! Harga diri target 'Xiao Linyu' telah hancur. Anda telah memberikan Pukulan Mental Kritis!]

[Hadiah: +10.000 Villain Points!]

[Total VP Saat Ini: 60.035]

'Heh. Enam puluh ribu poin hanya dari beberapa kalimat. Bisnis ini lebih menguntungkan dari yang kukira.'

"A... apa..." Suara pertama yang memecah keheningan adalah milik Xiao Linyu. Suaranya bergetar, bukan karena takut, tapi karena amarah yang tak terkendali. "Apa yang baru saja kau katakan, sampah?"

Aku tersenyum tipis.

"Lihat? Ini salah satu alasannya. Sopan santunmu benar-benar nol. Apa kau tidak punya telinga? Atau mungkin IQ-mu tidak cukup tinggi untuk memproses kalimat sederhana itu?"

"LUO CHEN!" Kali ini ayahku yang berteriak, suaranya menggema di seluruh aula. Dia berdiri dari kursinya, wajahnya merah padam karena marah dan malu. "HENTIKAN OMONG KOSONG INI SEKARANG JUGA! MINTA MAAF!"

Aku menoleh padanya, tatapanku tetap tenang.

"Ayah, duduklah. Aku tahu apa yang kulakukan."

"Kau tidak tahu apa-apa!" bentaknya. "Kau mempertaruhkan hubungan Klan Luo dan Klan Xiao!"

"Hubungan?" Aku tertawa kecil, tawa yang penuh dengan cemoohan. Aku menunjuk ke arah Xiao Zhan. "Ayah, bangunlah. Hubungan seperti apa yang Ayah bicarakan? Hubungan di mana mereka bisa datang ke rumah kita kapan pun mereka mau dan bersikap seperti raja? Hubungan di mana putri mereka bisa menghina pewaris Klan Luo di depan semua orang? Jika ini yang Ayah sebut 'hubungan', maka aku lebih baik tidak memilikinya."

Argumenku membungkam ayahku. Dia menatapku, lalu ke arah Xiao Zhan, dan dia tidak bisa menyangkal kebenarannya.

Akhirnya, Xiao Linyu berhasil mengendalikan dirinya. Wajahnya kembali sedingin es, tapi matanya menyala dengan api kebencian yang bisa membakar seluruh kota.

"Luo Chen," desisnya, setiap suku kata diucapkan dengan penekanan yang mematikan. "Kau pikir kau ini siapa? Kau pikir sampah sepertimu punya hak untuk membatalkan pertunangan ini? Biar kuberi tahu kau, akulah yang datang ke sini untuk mencampakkanmu!"

"Benarkah?" Aku mengangkat alis. "Tapi aneh sekali. Yang kudengar barusan, akulah yang mengatakannya lebih dulu. Di kamusku, siapa yang bicara pertama, dialah pemenangnya. Kau... terlambat."

Aku melangkah mendekatinya, mengabaikan tatapan membunuh dari ayahnya. Aku berhenti tepat di depannya, cukup dekat hingga aku bisa mencium aroma samar bunga dari rambutnya. Aku sedikit mencondongkan tubuhku ke depan, merendahkan suaraku hingga hanya kami berdua yang bisa mendengarnya dengan jelas.

"Biar kuberi tahu kau sebuah rahasia, Linyu," bisikku, sengaja menggunakan nama kecilnya untuk pertama kali. "Aku tahu kau memandangku rendah. Aku tahu kau menganggapku sampah. Dan kau tahu apa? Aku tidak peduli."

Aku menatap lurus ke dalam matanya yang indah dan penuh kebencian itu.

"Karena mulai hari ini, sampah ini akan menunjukkan padamu betapa salahnya dirimu. Aku akan menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahmu. Dan suatu hari nanti," aku menyeringai, seringai paling jahat yang bisa kupasang. "Kau akan menyesali hari ini. Kau akan berlutut dan memohon untuk kembali padaku. Tapi saat itu tiba... kau sudah tidak akan pantas lagi bahkan untuk menjadi budakku."

Setelah menjatuhkan bom terakhir itu, aku menegakkan tubuhku. Aku tidak menunggu jawaban mereka. Aku tidak peduli dengan reaksi mereka. Aku berbalik, jubah sutraku berdesir pelan di lantai yang hening, dan dengan langkah santai yang sama seperti saat aku datang, aku berjalan keluar dari Aula Utama.

Aku meninggalkan di belakangku sebuah ruangan yang dipenuhi keheningan yang mematikan, seorang ayah yang bingung, seorang patriarch yang murka, dan seorang gadis cantik yang harga dirinya telah ku-injak-injak sampai hancur berkeping-keping.

Panggung pertamaku selesai. Dan aku berhasil dengan gemilang.

1
ellyna munfasya
update lagi thorr
Xiào Hān ୧⍤⃝🍌
Pake POV 3 harusnya lebih rame sih ini novel.
I'M BLACK: Povnya campur ini btw 🤣
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
I'M BLACK: terimakasih kak
total 1 replies
VolChaser
mampir 🙏, wkwkwk sialan, the real anti-protagonis sekali 🤣
Xiào Hān ୧⍤⃝🍌
Jumkat berapa bang?
I'M BLACK: 1000 bab 1, lainnya lebih ada yang 1400, 1500, 1900
total 1 replies
Alnezro
seru
I'M BLACK: makasih 🙏
total 1 replies
Alnezro
mantap uppp lagi thor
Alnezro
Uppp
pembaca gabut
asik gue suka ini 😈
Alnezro
upppp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!