Demi biaya operasi ibunya,kiran menjual sel telurnya.Matthew salah paham dan menidurinya,padahal ia yakin mandul hendak mengalihkan hartanya pada yoris ponakan nya tapi tak di sangka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EPI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16:Dendam dan warisan yang terancam
Istri sah Tommy berkata, "Bersihkan bau itu darimu!" ucapnya sambil tertawa, mengangkat tangan yang memegang gelas berisi cairan entah apa dan menyiramkannya ke Rosa, membuat Rosa berteriak, "Aarrggghh!"
Istri sah Tommy melanjutkan, "Sok berlagak kayak orang penting, cuma gara-gara hamil anak haram?" tanyanya sambil menatap Rosa dari atas hingga bawah. Lalu melanjutkan, "Aku bersumpah, aku akan pastikan kau membayar untuk semua ini!" ucapnya dengan tatapan penuh kebencian.
Pengawal langsung menarik Rosa dengan kasar, dan Yusdi berkata, "Ini ulahnya sendiri! Bawa bos ke rumah sakit sekarang, itu yang penting!" katanya menatap Kiran.
Kiran hanya mengangguk, menatap Matthew yang tak sadarkan diri. Beberapa jam kemudian, di rumah sakit, Matthew langsung dibawa ke ruang operasi. Setelah lebih dari 2 jam, ia dibawa ke ruang inap VIP. Kiran duduk di samping ranjangnya, memegang tangan pria itu dan berkata, "Matthew, tolong bangun... anak-anak kita sudah menunggu untuk memanggilmu ayah," katanya sambil mengusap perutnya.
Tak lama, Ibu Matthew masuk dan berkata dengan lembut, "Kiran, semuanya sudah beres di rumah. Peralatan sudah siap. Mungkin di rumah akan membantunya siuman lebih cepat."
Kiran menatap Matthew sejenak, lalu berkata, "Oke."
Sementara itu, jauh dari rumah sakit, di sebuah klub diskotik, Yoris duduk dengan anggun sambil menelepon seseorang. Ia tertawa dan berkata, "Aku nggak dengar apa? Pamanku tersayang koma tiga hari? Dan sekarang nggak sadar? Oh, ini sempurna! Oke, iya, telepon dewan, siapkan peti mati dan fotonya. Aku akan segera ke sana untuk kembali merebut warisan triliunan rupiahku yang selama ini punyaku!"
Di rumah, Matthew didudukkan di kursi roda. Kiran mendorongnya perlahan. "Matthew, kata dokter memijat kepalamu bisa bantu siuman lebih cepat," ucapnya sambil memijat kepala Matthew dengan lembut. Lalu ia berjalan ke depan, memegang tangan Matthew dan meletakkannya di perutnya. "Bisa rasakan? Anak-anak juga mau kau bangun. Mau tahu rahasia kecil? Aku nggak cuma hamil satu, aku hamil empat bayi kembar. Saat kau bangun, akan ada empat anak kecil memanggilmu ayah."
Tiba-tiba, Yoris datang dengan anggun. "Wah, wah, wah... pamanku yang hebat, Pak Matthew Andres, busuk seperti mayat! Sepertinya kutukannya akhirnya sampai padanya," ucapnya sinis. Ia bahkan membawa karangan bunga dan foto seolah sedang berduka atas kematian Matthew.
Kiran berkata dengan tajam, "Yoris, sedang apa kau di sini?"
Yoris dengan cepat menjawab, "Oh, apalagi?" Sambil menunjuk karangan bunga dan foto Matthew, ia berkata, "Aku sebenarnya ke sini buat bantu atur pemakamannya."
Ibu Matthew mengerutkan alisnya. Yoris berkata lagi, "Kau masih belum sadar, Kiran? Setiap kepala keluarga Andres mati sebelum umur 30 tahun, itu kutukan! Dan coba tebak, ulang tahun pamanku yang ke-30 dua hari lagi!" Lalu ia mendekat ke Kiran dan berkata sambil tertawa, "Dia nggak akan selamat!"
Kiran terkejut dan berkata, "Apa?"
Yoris tertawa sinis melihat Kiran yang putus asa. "Kau pikir bisa melawan takdir, Kiran? Kutukan keluarga Andres sudah ada sejak lama. Tidak ada yang bisa lolos darinya. Pamanmu akan mati, dan aku akan menjadi pewaris tunggal kekayaan Andres. Kau dan anak-anakmu tidak akan mendapatkan apa-apa," ucapnya dengan nada merendahkan.
Kiran mengepalkan tangannya, berusaha mengendalikan amarahnya. Ia tidak boleh terpancing emosi. Ia harus fokus mencari cara untuk menyelamatkan Matthew. "Kau salah, Yoris. Aku tidak akan menyerah. Aku akan melakukan segala cara untuk mematahkan kutukan itu dan memastikan Matthew tetap hidup. Dan kau... kau tidak akan mendapatkan apa pun," balas Kiran dengan tatapan tajam.