Sinopsis :
Berkisah tentang Berlian yang bucin dengan tunangannya tapi menikah dengan kakak tiri tunangannya.
Seorang wanita bucin bernama Berlian Puspa Lingga mengalami amnesia setelah mencoba bunuh diri. Ketiga kakak Berlian, Miko, Dirli dan Vito sepakat merahasiakan tentang tunangan Berlian yang toxic, Nino Atmaja. Takdir membawa Berlian bertemu kakak tiri mantan tunangannya pada satu malam yang romantis dan panas. Malam itu menjadi awal tumbuhnya benih cinta di hati seorang Saka Cakra Tama yang anti wanita.
Dengan berbagai cara, Saka mengikat Berlian dengan tali pernikahan. Lambat laun hati Berlian pun tertawan, cinta Saka bersambut. Namun, rintangan hubungan mereka datang silih berganti. Berkat itu, ikatan cinta antara mereka malah semakin kuat.
Tak ada yang dapat memisahkan mereka, selain maut. Apakah perasaan Berlian akan berubah jika seandainya ingatan Berlian tentang Nino kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : Meminta Restu
Saka memperkenalkan diri pada tiga kakak Berlian sebagai calon suami Berlian. Dengan percaya diri meminta restu, padahal tatapan tiga kakak Berlian sangat mematikan.
"Seingatku Berlian baru putus dari tunangannya, tidak mungkin adik kami punya pacar baru dalam waktu singkat," ucap Dirli.
"Berlian juga bukan playgirl," ucap Vito juga.
"Begini Kak Miko, Kak Dirli, Kak Vito, aku dan Saka tidak ingin berpacaran, kami ingin langsung menikah," sahut Berlian.
"Dia tidak punya mulut? Kenapa kamu yang menjawab pertanyaan kami?" sahut Dirli.
"Kapan kalian bertemu?" tanya Miko, serius.
"Aku dan Berlian sudah kenal cukup lama. Tepatnya 18 tahun yang lalu," jawab Saka.
"18 tahun yang lalu?" Berlian terkejut.
"Bohong," sahut Miko.
"Aku tidak bohong. Waktu aku berusia 12 tahun, aku di usir dari rumah oleh ayahku. Selama beberapa hari aku menggelandang di jalan dan kelaparan. Saat aku pingsan karena kelaparan, Berlian dan kedua orangtua kalian menolongku, membawaku ke rumah sakit. Sejak itu, aku dekat dengan Berlian. Berlian membantuku bangkit hingga seperti sekarang. Karena kedekatan kami rahasia, wajar saja kalian tidak tau," jelas Saka.
"Pria ini hebat sekali aktingnya. Dari mana dia mengarang cerita sebagus itu?" batin Berlian. Berlian pikir Saka berbohong, padahal itu benar adanya.
"Mendiang Papa pernah cerita kalau mereka pernah menolong anak jalanan belasan tahun lalu, ternyata anak jalanan itu Saka?" batin Miko.
"Kamu pasti bohong. Kalau kalian sudah kenal lama, kenapa Berlian malah bucin pada pria lain?" sahut Dirli.
"Karena mata Berlian baru terbuka sekarang," jawab Saka.
Wajah Berlian cemberut mendengar perkataan Saka.
"Dia tidak bohong, mendiang Papa pernah cerita padaku tentang mereka yang menolong anak jalanan," kata Miko.
"Oh ya? Kenapa kami tidak tahu?" tanya Vito.
"Ternyata pria ini tidak asal mengarang cerita? Kenapa bisa kebetulan begini?" batin Berlian.
"Kami tidak bisa sembarangan memberikan restu, mengingat mantan tunangan Berlian sebelumnya sangat brengsek," jawab Miko lagi.
"Kalian tenang saja. Aku dan Nino berbeda. Kami memang saudara tiri, tapi dalam diriku hanya ada darah ibuku, aku menolak mewarisi gen Dion Atmaja," jawab Saka. "Aku akan membahagiakan Berlian. Kalian bisa bunuh aku kalau aku membuat Berlian menangis," lanjut Saka.
"Kak, cepat nikahkan mereka. Saka hebat sekali," puji Vito. Dia kagum pada kesungguhan Saka.
"Kak Miko, aku ingin cepat menikah dengan Kak Saka," bujuk Berlian.
"Kak Saka? Lembut sekali kamu memangil dia?" ucap Dirli, yang masih memasang wajah jutek.
"Apa kalian pernah tidur bersama?" tanya Vito ke intinya.
"Vito!" tegur Miko. "Adik kita bukan wanita murahan!" sambung Miko.
"Berlian bukan wanita murahan. Bagiku dia wanita yang sangat berharga. Kalau Berlian bukan wanita baik-baik, aku tidak mungkin mencintainya. Jadi, restuilah kami," sahut Saka lagi.
"Baik, asalkan adikku bahagia, kami pasti merestui," jawab Miko. Dirli dan Vito mengangguk tanda setuju.
"Terima kasih," ucap Saka lagi.
"Kenapa aku merasa dia sangat gentleman. Pacar sungguhan belum tentu mau bicara semanis itu untuk meminta restu," batin Berlian.
Meskipun Miko terlihat diam tanpa ekspresi, tapi Miko bisa menilai dengan jelas kalau apa yang dikatakan Saka bukan dusta. Sesama pria, Miko tau dan bisa menilai dengan tepat, apakah seorang pria berkata benar atau bohong. Dirli dan Vito juga merasakan hal yang sama.
Raima mengepalkan tangannya. Dari tadi dia berdiri di anak tangga, menguping pembicaraan mereka. Raima sangat marah, dia iri pada Berlian, bisa-bisanya kakak tiri Nino ini akan menikahi Berlian. Terlebih, Saka lebih kaya dari Berlian. "Berlian, akan ku rebut Saka darimu," ucap Raima.
Raima yang marah, naik ke atas. Dia berjalan cepat menuju kamarnya. Elsa tidak sengaja melihat Raima masuk kamar dengan wajah cemberut, dia pun menghampiri Raima.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Elsa dengan lembut.
"Mama, di bawah ada Presdir Tama group, dia datang melamar Berlian," ucap Raima.
"Melamar Berlian? Kok Mama tidak tau?" Elsa sedikit kaget.
"Kak Miko, Kak Dirli dan Kak Vito yang bicara padanya dibawah."
"Mama ke bawah dulu, bisa-bisanya mereka melangkahi Mama." Elsa buru-buru keluar menemui mereka.
"Mana tamu kita? Kata Raima ada Presdir Tama group tadi, dia datang melamar Berlian," tanya Elsa.
"Mereka sudah berangkat ke pesta pertunangan cucu pemilik Sion group, Ma. Kami juga mau berangkat ke sana," jawab Miko.
"Kamu sudah menerima lamarannya?" tanya Elsa. "Kenapa tidak panggil Mama?"
"Kami lupa, Ma. Lagian Mama kan sedang marah pada kami karena Raima," jawab Miko dengan dingin.
Miko meninggalkan ibunya begitu saja.
"Mama belum selesai bicara!" kata Elsa dengan nada tinggi.
Namun, Miko tidak bergeming. Dia bersama tiga adiknya tetap pergi keluar, mengambil mobil. Miko malas selalu berdebat dengan ibunya.
"Miko!" panggil Elsa lagi dengan berteriak.
Namun, mereka tetap berangkat ke pesta.
"Percuma punya empat anak kalau mereka tidak pernah hormat padaku," kesal Elsa.
.
.
.
Di dalam mobil, Berlian merasa canggung pada Saka. Pipinya memerah. Dia sesekali curi pandang. Berlian terpukau karena Saka begitu tampan.
"Hari ini kamu sangat cantik," ucap Saka.
"Kamu juga tampan," jawab Berlian.
Berlian baru menyadari ucapannya. Dia semakin malu. Berlian membuang mukanya, tidak berani menatap Saka.
Saka tersenyum.
"Tadi aku salah bicara," ucap Berlian, ingin menarik ucapan sebelumnya.
"Oh ya?" jawab Saka dengan sangat.
"Aku serius."
"Oke."
"Kamu, jangan salah paham!"
"Kamu tidak perlu malu. Apalagi kita pernah tidur bersama dua kali."
"Jangan bahas itu!"
"Kenapa?"
"Pokoknya jangan!" Berlian kembali membuang muka. Dia sangat mampu, sangat sangat malu.
"Kamu wanita pertama untukku. Jadi aku masih belajar membuat kata-kata manis. Aku terbiasa mengucapkan kata-kata kejam," jelas Saka.
Entah kenapa, Berlian merasa hari ini Saka menjadi seseorang yang berbeda. Dia tidak sekejam yang Berlian tahu. Hari ini Saka memperlihatkan sisi lembutnya.
"Tadi kamu hebat sekali mengarang cerita," kata Berlian.
"Cerita yang mana?"
"Tentang kita sudah saling kenal sejak 18 tahun lalu."
Saka hanya tersenyum. Mungkin lain kali saja Saka cerita yang sebenarnya.
"Tidak usah dipikirkan. Yang penting tiga kakakmu sudah merestui kita. Kamu hanya perlu menepati janji agar menjadi istriku yang patuh," jawab Saka.
"Iya, iya," jawab Berlian.
Miko aja la kk Thor,kan dia yang berjumpa di awal
jadi ingat kata suamiku waktu aku op SC darurat,dia bilang istri saya yang utama dok,tanpa dia saya gak akan punya anak ☺️
biar ketahuan biang kerok mu