Anisa dan Yusuf pasangan suami istri yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Ekonomi cukup, tiga orang anak dan mertua yang tidak ikut campur. Namun, ujian datang dari mantan kekasih Anisa dan mantan istri Yusuf. Kehadiran mantan istri Yusuf juga telah membuat ibu mertua Anisa membencinya. Seiring berjalannya waktu, Yusuf tidak bisa menolak kehadiran mantan istrinya untuk kembali. Hingga memutuskan setuju untuk menikah siri, tapi Yusuf merahasiakan pernikahannya dari Anisa. Lalu bagaimana Anisa dengan mantan kekasihnya yang juga ingin bersamanya, akankah berhasil ? Apakah pernikahan Yusuf dan Anisa akan berakhir atau malah akan semakin kuat ? Yuk baca, like, komen dan share ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
DI RUANGAN YUSUF
"Apa yang kamu lakukan disini? Cepat keluar!!!" bentak Yusuf pada Kania.
"Mas, aku kan istrimu juga. Ga bisakah kamu bicara sedikit lembut? Dulu kamu ga kaya gini sayang."
"Itu dulu Kania, sekarang aku udah punya kehidupan sendiri. Pernikahan kita yang sekarang juga terjadi karena bukan atas kemauanku."
"Mas, mau gimanapun, dengan kemauan atau tidak. Tapi aku tetap istrimu, aku punya hak sama dengan Anisa."
Brak!!
Kania terkejut saat Yusuf menggebrak meja di hadapannya. Yusuf menatap tajam Kania yang ketakutan melihatnya. Namun Kania berdiri dan mendekati Yusuf mencium pipinya.
Cup !!
"Wah... Wah... Wah... Udah sayang-sayangan lagi nih ternyata. Kapan kalian berdua baikan?" ujar Yunus yang tiba-tiba masuk ke ruangan Yusuf.
Yusuf murka pada Kania karena berani menciumnya. Ia juga terkejut melihat Yunus yang ada di hadapannya. Yusuf menatap tajam Kania dan mengusirnya dari ruangannya.
"PERGI SEKARANG JUGA!" bentak Yusuf pada Kania.
"B-baiklah...."
Kania pergi meninggalkan ruangan Yusuf. Dengan derai air mata Kania berjalan menuju pabrik tempat produksi. Kania tidak mengira mendapatkan perlakuan seperti ini tiap kali ingin bermesraan dengan suaminya. Ingatannya kembali ke masa lalu, dimana Yusuf sangat mencintainya, memanjakannya dan memujanya. Dia terus membandingkan Yusuf yang lama dengan yang sekarang.
Melihat Kania keluar dengan wajah ketakutan Yunus mendekati kakaknya yang sedang di kuasai amarah. Yunus menatap kakaknya dari atas sampai bawah, sama sekali tidak mengira dengan kejadian yang dilihatnya baru saja. Antara percaya dan tidak, berpikir kalau bentakan tadi hanya sandiwara karena ada dirinya. Dan kalau tidak ada dirinya disitu bisa jadi Yusuf malah bermesraan dengan Kania.
Yusuf mempersilahkan Yunus duduk di sofa, kemudian mengambilkan air kemasan dari kulkas. Rasa takut hadir di benak Yusuf, dalam hatinya mengutuk Kania yang berani menciumnya. Terlebih disaksikan oleh adiknya, dan sangat takut kalau seandainya Yunus menceritakannya pada Anisa.
"Jelaskan padaku Kak, apa benar kalian berdua sekarang bersama lagi?"
"Apa tidak ada pertanyaan lain? Aku pikir sangat percuma membahas tentang wanita itu." Yusuf mencoba berkelit supaya Yunus tidak mengejarnya.
"Tentu saja ini penting. Kalau kamu dan Kania bersama lagi kenapa tidak memberitahu kita semua." Yunus memainkan alisnya ke atas dan bawah, membuat Yusuf makin emosi.
"Ceritanya panjang Yunus, yang jelas aku sama sekali tidak mencintai Kania lagi. Hubunganku dengannya sekarang karena tidak kesengajaan, aku bahkan sama sekali tidak menginginkannya."
"Itu alasan para buaya yang sudah ketahuan belangnya...." sindir Yunus.
"Apa kamu bilang? Alasan? Kalau ga percaya ga usah tanya. Pergi sana!!!" gertak Yusuf.
"Apa susahnya sih memperjelas hubungan kalian? Kalian berdua menikah lagi atau cuma pacaran?"
"Itu bukan urusanmu Yunus, aku minta kamu pergi saja kalau hanya ingin membahas Kania."
"Trus kalau kamu ujung-ujungnya bersama Kania, apa ini alasan kamu menuduh aku dan Anisa berselingkuh? Padahal kamu sendiri yang CLBK sama mantan. Huh!!" cibir Yunus.
"Aku ga pernah menuduhmu selingkuh sama Anisa. Aku kemarin marah karena kamu mainnya sama anak-anak kesorean, mereka belum ada yang mandi. Ngerti nggak sih...."
"Iya Pak, aku ngerti kog... Oke, aku akan pergi tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Tinggalkan Kania atau ceritakan hubungan spesial mu ke papa, mama dan Anisa."
"Oke, aku ceritakan ke kamu sekarang. Tapi setelah ini jangan ganggu rumah tanggaku dengan Anisa. Kecuali kalau kamu mau ambil Kania boleh-boleh aja," ucap Yusuf tersenyum tipis.
"Wah,.. kampret... Ga doyan aku sama bekasmu dua kali bung... Yang bener aja...."
Yusuf tertawa terbahak mendengar perkataan Yunus. Kemudian Yusuf menceritakan semua dari awal hingga akhirnya ia harus menikahi Kania lewat wasiat bapaknya Kania. Yusuf juga mengatakan kalau dirinya dirinya di paksa oleh semu anggota keluarga Kania untuk rujuk.
"Wasiat? Percaya aja sama gituan, gimana kalau itu atas permintaan Kania sebelum bapaknya meninggal?"
"Aku juga mikir gitu, tapi seluruh keluarganya meminta aku menuruti wasiat terakhir bapaknya Kania," jawab Yusuf menggaruk kepalanya.
"Lha itu kan bapaknya Kania, bukan bapakmu... Hadeeeuuhh...." Yunus menepuk jidatnya heran dengan sikap yang di ambil Yusuf.
"Aku juga ga tau sekarang, aku minta sama kamu buat merahasiakan ini dari keluarga kita."
"Gimana kalau suatu saat Anisa tau sendiri hal ini?"
"Jangan sampe dia tau Yunus."
"Lha kita kan ga tau ke depannya gimana. Kamu lupa ya kalau Kania itu perempuan nekat. Dia bisa aja bocorin pernikahannya denganmu ke Anisa."
TOK TOK TOK
"Masuk...." ucap Yusuf.
Ceklek
"Maaf Pak, saya baru saja mendapat telfon dari Pak Dewa. Beliau ingin mengadakan pertemuan dengan Bapak di luar kantor," ucap Kevin.
"Oke, aku siap-siap sekarang."
Kevin kembali ke ruangannya dan Yusuf mengambil beberapa berkas penting. Kemudian Yusuf mengusir adiknya untuk pergi dari kantornya. Yusuf mengambil kunci mobil dan hpnya.
"Punya kakak ga ada akhlak. Aku kan bisa disini sambil nungguin kantormu," sungut Yunus.
"Kamu kan punya usaha sendiri Yunus, kenapa ga nungguin cafemu aja."
"Nggak, males."
"Kog bisa males sama usaha sendiri. Gimanapun juga cafemu kan berkembang pesat. Masa ga kamu urus?"
"Ga usah ke cafe juga udah jalan sendiri, Kak."
"Terserah deh... aku pergi dulu!!"
Yusuf melangkah keluar meninggalkan Yunus yang masih memainkan hpnya di ruangannya. Lalu menghampiri Kevin yang sudah berada di tempat parkiran. Kemudian Yusuf dan Kevin berangkat mengendarai mobil Yusuf.
Kemudian Yunus keluar dan mencari dimana Kania bagian apa Kania bekerja disitu. Yunus pergi ke ruangan HRD, dan dia diberitahu kalau Kania ditempatkan di bagian produksi. Yunus pergi ke tempat produksi, dan dia melihat Kania bekerja di sana.
DI RESTORAN
"Selamat pagi Pak Yusuf, silahkan duduk," ucap asisten Dewa menyambut kedatangan Yusuf dan Kevin.
Setelah saling sapa, Yusuf dan Dewa mulai membicarakan kerjasama. Setelah berbincang beberapa menit, akhirnya tercapai kesepakatan antara Dewa dan Yusuf. Kemudian Yusuf pergi ke toilet sebelum kembali ke kantornya.
Selesai dari toilet, tanpa sengaja Yusuf melihat Arka sedang duduk di pojok restoran bersama seorang wanita. Ia merasa wanita itu mirip Anisa dari belakang. Lalu Yusuf melangkah ke lain tempat untuk memastikan wanita yang di hadapan Arka.
Ketika Yusuf melihat wanita itu, sangat kecewa dan hatinya serasa berdesir. Yusuf melihat Anisa sedang berbicara dengan penuh semangat dan tertawa renyah. Yusuf masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Siapa sebenarnya pria itu, dia pernah bersama Anisa di toko roti. Mama pernah mengirim foto saat itu padaku, aku harus kesana sekarang," batin Yusuf. Saat melangkah menuju meja Anisa dan Arka. Dewa memanggilnya dan Yusuf pun urung mendekati Arka.
"Mau kemana, Pak? Ada yang ingin saya bicarakan, maaf saya tadi lupa," ajak Dewa kembali ke meja mereka.
"Memangnya apa yang Pak Dewa ingin bicarakan? Saya punya urusan penting setelah ini."
"Baiklah, sebentar saja Pak Yusuf," ucap Dewa tersenyum tipis.
Kemudian mereka kembali membicarakan bisnis baru yang di tawarkan Dewa pada Yusuf. Sedangkan Yusuf tidak bisa berpikir jernih karena pikirannya tertuju pada Anisa dan Arka di meja lain.
"Bagaimana Pak Yusuf? Apakah anda tertarik dengan bisnis yang baru saja saya jabarkan?" tanya Dewa.
"Emm,.. baiklah, saya akan coba ikut bisnis itu Pak Dewa. Apa ada lagi yang perlu di bicarakan ?"
"Saya rasa cukup, kalau Pak Yusuf ada urusan penting bisa segera di selesaikan."
"Baiklah, terimakasih Pak Dewa."
Setelah berjabat tangan, Yusuf segera kembali ke meja Anisa dan Arka. Ia melihat keduanya masih di sana berbincang sambil tertawa sesekali.
"Anisa...." panggil Yusuf yang berdiri di belakang Anisa.
Sementara jantung Anisa berdegup kencang, keringat dingin dan seketika tubuhnya membeku. Anisa menatap suaminya yang sudah berdiri di dekatnya. Rasa bersalah dan takut menyelimuti hatinya.
Yusuf mendekat dan menatap keduanya. Lalu berkata, "Apa yang kamu lakukan disini?"
"M-Mas.... Aku dan Arka tidak sengaja bertemu."
"Itu lagi alasanmu? Dulu waktu mama mengirim fotomu dengannya di toko roti juga tidak sengaja dan sekarang juga tidak sengaja?"
"Tadi aku makan sendiri disini, Arka baru saja sampai disini."
"Tadi aku sudah melihatmu bersamanya, lalu aku tinggal selama satu jam dan kamu bilang dia baru sampai? Aku peringatkan sekali lagi, kamu jangan berhubungan lagi dengannya."