Soraya Kusuma, Gadis Yang Akrab Di Sapa Raya Anak Dari Wijaya Kusuma Dan Naraya Sekar Sari, sejak Ia Lahir Hidupnya Sudah Penuh pantangan. Ada Beberapa Pantangan Yang Tidak Boleh Di Lakukan Oleh Raya Yaitu Pergi Ke Air Terjun.
Larangan Itu Sudah Di Beritahukan Oleh Ibunya Raya. Saat Usianya Genap Sepuluh Tahun.
Namun Saat Raya Menginjak Usia Sembilan Belas Tahun Ia Diam-Diam Pergi Ke Sebuah Curug Bersama Kedua Teman Nya. Karena Mereka Membangun Sebuah Komunitas Untuk Di Unggah Di Sosial Media Nya. Hanya Untuk Memecahkan Sebuah Misteri Yang Sudah Di percaya Oleh Ibunya.
"Yang Sudah Di Takdirkaan Akan terus Membersamai" Ujar Arya Narendra
Sosok Laki-Laki Tampan Yang Membuat Mata Raya Terazimat Saat Pertama Kali Melihat Nya.
( Sambungan Kisah dari Cinta beda Alam )
" Happy Reading "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Matahari tenggelam Di Arah Barat, Semua Perwujudan Mangli Menjadi Rupa Asal Mereka, Raya Menyandarkan Tubuh Nya Pada Sesosok Tinggi Tegap Berkulit Kering Dan Berbulu Memiliki Wajah Yang Cukup Tampan Jika Saat Mangli, Namun Saat Matahari tenggelam Sailendra Akan Berganti Menjadi Sosok Yang Menyeramkan,
"Aneh Kenapa Aku Tidak Berganti Wujud?" Sailendra Bertanya Pada Dirinya Sendiri.
ia Heran Berada Di Dekat Raya, Rupa Buruk Rupa Nya Sama-Sekali Tidak Nampak, Sekarang Sailendra Malah Menjadi Pria Tampan Berkulit Bersih Layaknya Pangeran Suguhan.
Sailendra Langsung Membopong Tubuh Raya Menuju Ke Istana ke Dalam Kamar Raya, Kaca Dengan Bentuk Bulan Sabit Terbuka, Sailendra Mampu Menembus Nya
Tibalah Di Kamar Mewah, Bernuansa Putih Dan Pink, Wangi Bungga Semerbak Harum menusuk indra Penciuman Sailendra.
Hatinya Berdebar Kencang, Jin Juga Merasakan Hal itu, Dan Sejak Lama Memang Sailendra telah Menaruh Hati Pada Anak Manusia Soraya Wijaya.
Hanya Saja Ia Tahu Alam Dia Dan Raya Berbeda, Saat Matahari tenggelam Sailendra Selalu Menghindari Raya Karena Ia Takut Raya Akan Melihat Rupa Asli Nya.
Tangan Kekar Jemari Yang Lentik Meraba pipi Raya Yang Lembut, Tahi Lalat Di ujung Mata Raya, Sailendra Elus Perlahan Wajah Cantik itu. "Sungguh Aku Tidak Percaya Bisa Bersama Mu Saat Matahari Telah tenggelam" Rasa Senang Menyulut Dari Lubuk Hati Sailendra.
Perlahan Ia Mengangkat Tangan Raya, Mencium Punggung Tangan Raya Dengan Lembut, Efek Wedang Serbad masih Bekerja Raya Masih Tetap Terlelap Dari Tidur Nya.
.
.
Bu Nara Sudah Bersiap, padahal Semalam beliau Demam Namun Beliau Tetap Kekah Akan Mendatangi Curug Sawitri.
"Mba Tubuh Mu Masih Demam Loh, Kenapa Mba ini Masih Saja Memaksakan." Bibi Puspita Menahan Kaka Iparnya Agar Tidak pergi.
"Mba udah Ngak Kuat Lagi Pus,,, Jika Harus Berpisah Dengan Raya" Sambil terbatuk Bu Nara Memegangi Dada Nya.
Wajah Nya Sudah Pucat-Pasi. Namun Beliau Masih Tetap Kekah Akan Pergi. "ibu Yakin, ibu Kuat Jalan Sampai Sana? Masalanya Jalan nya Juga Naik Bu" Tama Menjelaskan.
Namun Dengan Niat Dan Tekat Yang Sudah Di Rancang oleh Bu Nara Beliu Tetap Kekah Akan Pergi Ke Sebuah Curug.
Tidak Ada Lagi Yang Bisa Menolak Keinginan Bu Nara, Mau Tidak Mau Maja Dan Tama Kembali Mendatangi Curug Sawitri.
Dengan Berbekal Niat Dan Tekat Mereka Berdua Menuntun Bu Nara Masuk Kedalam Mobil, Bibi Puspita Dan Desta Menangis Haru Namun Tidak Bisa Menghalangi Niatan Bu Nara.
"Hati-Hati Bude" Desta Mencium Punggung Tangan Bu Nara.
Bu Nara Mengangguk "Doakan Saja Yah'Nak Biar Mba mu Cepat Ketemu"
Mobil Melaju Keluar Dari Pekarangan Rumah Bu Nara, Bu Nara Duduk Melamun pandangan nya Kosong Menatap Ke luar Jendela.
Maja Dan Tama Juga terdiam, Hanya Menikmati Deru Mesin Mobil, Tidak Ada Yang Berani Membuka Suara, Maja Bisu, Tama pun Demikian, Sesekali Hanya Menengok Ke Belakang Memastikan Bu Nara Yang Memandang Nanar
Sebagain Seorang Anak. Maja Dan Tama Merasa Bersedih Karena telah Membuat Bu Nara Kehilangan Raya, Namun Sebagai Seorang Sahabat Mereka Berdua Juga Merasakan Kehilangan.
Mobil Melaju Melewati Jalan Sepi Dengan Deretan Pohon jati Yang Daun nya Masih Hijau, saat musim hujan daun Jati Daun nya Akan Tumbuh Subur, Namun Saat Musim Kemarau Tiba Daun Nya Akan Kering Dan Berguguran.
"Kayanya Bu Nara Tidur Ja?" Ucap Tama Mengecilkan Nada Bicara nya
Maja Menoleh Ke Belakang Melihat Bu Nara Terpejam Sambil Bersedekap. Karena pikir Mereka Bu Raya Tidur
Namu Saat Mobil Menepi, Karena Maja Kebelet Buang air Kecil, Tama Berusaha Membangunkan Bu Nara Menawarkan Minum.
"Bu Mau Saya Belikan Minum Dulu?" Tidak Ada Jawaban Dari Bu Nara.
Maja Ke luar Mobil Ia Yang Panik Langsung Membukakan Pintu tempat Bu Nara Duduk, Bu Nara Langsung Lemas Tubuhnya Panas.
"Bu,,,ibu...." Tama Menepuk Pipi Bu Nara pelan, Namun Bu Nara Masih Tetap Terpejam.
Maja Keluar Dari Kamar Mandi, Berjalan Menuju Mobil, Namun Betapa Terkejutnya Saat Melihat Tama Sedang Memapah Tubuh Bu Nara.
"Kenapa Ma?" Maja Menghampiri
"Bu Nara Pingsan Ja, Ayo Kita Bawa Beliu Ke Rumah Sakit" Dengan Nafas Tersengal Karena Panik.
Maja Langsung Mengambil Alih Membawa Mobil, Tama Menaruh Kepala Bu Nara Di pangkuan Nya. Mereka Berdua Langsung Menuju Rumah Sakit.
"Usap Terus Telapak Tangan Nya Ma, Soalnya Dingin Banget Tadi" Ujar Maja, Meminta Tama Agar Mengusap Tangan Bu Nara Yang Dingin.
"Ya Allah Kenapa Bisa Begini Sih!" Tama Berucap Dalam Hati, Rasa iba Dan Penyesalan Selalu Menghantui Dirinya.
Tama Menyesal Karena Membawa Raya Ke Sebuah Curug, "Kalau Raya Waktu itu Ngak kita bawa Ke Curug Mungkin Semua Nya Ngak Akan Terjadi Seperti Ini!"
Maja Diam, ia Fokus Menyetir Mobil Menuju Rumah Sakit, Tidak Berselang Lama Mobil Memasuki Area Parkiran Rumah Sakit Maja Dan Tama Langsung Membopong Tubuh Bu Nara Meminta Bantuan Langsung Pada petugas Medis.
"tolong Bantu Suster, Dokter"
"iya Baik, Kalian Bisa Tunggu Di Luar Sebentar " ucap Sang Suster
Maja Dan Tama manut, Keduanya Menunggu Di Depan IGD, Dengan Fikiran Yang Cukup Kacau Mereka Berdua Langsung Duduk Di Lantai Sambil Mengacak rambut Frustasi
"Gila Sih, Permainan Demit Apan Sih ini, Sampe Buat Kita Juga Hampir Gila!" Gerutu Tama Sambil Memukul Lutut Nya.
"Kita Kabarin Bibi Puspita Yah?" Maja Merogoh Saku Celana Nya.
Tama Mengangguk Pasrah.
Maja Langsung Menelfon Bibi Puspita, Beruntung Bibi Puspita Sedang Tidak Sibuk, Jadi Beliu Langsung Mengangkat Telfon Maja.
Mendengar Berita itu, Bibi Puspita Langsung Menuju Rumah Sakit Bersama Desta.
"Baik Bibi Akan Segera Datang..." Bibi Puspita Langsung Menutup Panggilan Telfon.
Bibi Puspita Berjalan Ke Luar Rumah, Menghampiri Desta Yang sedang Menyapu Halaman.
"Nak' Bude Mu Masuk Rumah Sakit." Ucap Bibi Puspita.
"Hah...." Desta Yang Kaget Langsung Menjatuhkan Sapu Di tangan Nya.
"Jadi Mereka Ngak Jadi Ke Curug Bu?"
"Tidak Nak' Ayo Cepetan" Bibi Puspita Langsung Mengunci Pintu Rumah Dan Segera Ke Arah Rumah Sakit.
Desta Mengunakan GPS kerena Alamat. rumah Sakit Nya Belum pernah Desta Kunjungi
"Ibu kirim Pesan Ke Kak Maja Biar Nanti Patokan Nya Apa? Desta Juga Bingung Nih Bu" ucap Desta, Sembari Menengok Ke Arah Spion.
"iya,,, iya"
Cuacanya yang tadinya Sangat Terik Juga Langsung Mendadak Mendung, Desta Menengok Jam Di Tangan Nya, Jam 11:00 Siang, Motor Melewati Hutan yang Di keliling pohon jati.
"Curug Sawitri nya jauh Apa yah Bu?" Desta membuang nafas kasar perlahan.
"Kamu cape? Sini Gantian Biar ibu Yang Bawa Motor Nya." Bibi Puspita Langsung Meminta Gantian Pada Sang Anak.
"Ngak Cape Bu Cuman Jalan Nya ini Naik Turun," Desta Kaget ia Langsung Mengerem Motor nya Mendadak Saat Melihat Ular Besar Melintas di Jalan.
"Desta Awas Ada Ular....." Pekik Bibi Puspita Kaget, Tangan Nya Mencengkeram Pundak Sang Anak.