(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 12
Alun-alun Pusat Kota Bintang Jatuh.
Hari seleksi telah tiba. Matahari perak bersinar terik tepat di atas kepala, menyinari lautan manusia yang memadati alun-alun kota. Ribuan pemuda-pemudi dari berbagai desa dan kota kecil berkumpul, wajah mereka penuh harap dan cemas.
Di tengah alun-alun, berdiri sebuah panggung batu raksasa. Dua kelompok penguji duduk di sana, dipisahkan oleh aura yang bertolak belakang.
Di sisi kiri Sekte Pedang Bintang. Para tetua berjubah biru laut dengan sulaman rasi bintang. Aura mereka tajam, elegan, dan dingin. Di sisi kanan Akademi Perang Besi. Para instruktur bertubuh kekar dengan zirah berat. Aura mereka panas, brutal, dan mendominasi.
Di depan mereka, berdiri sebuah pilar kristal hitam setinggi tiga meter: Pilar Pengukur Bintang.
"Ingat," bisik Ye Chen pada Long Yin, merapikan tudung jubah gadis itu agar menutupi sebagian besar wajahnya. "Jangan biarkan siapa pun melihat matamu kecuali terpaksa. Dan apa pun hasilnya... tetap tenang."
Long Yin mengangguk, menggenggam ujung baju Ye Chen dengan gugup. "Aku mengerti, Kakak."
"Selanjutnya!" teriak petugas seleksi.
Antrean bergerak lambat. Satu per satu peserta meletakkan tangan mereka di pilar kristal.
Jika pilar bersinar Putih, itu Bakat Rendah (Ditolak). Jika Kuning, Bakat Menengah (Murid Luar). Jika Merah, Bakat Tinggi (Murid Dalam). Jika Ungu, Bakat Jenius (Murid Inti).
Rata-rata peserta hanya memicu cahaya Putih atau Kuning. Jarang sekali ada yang Merah.
"Minggir, sampah!"
Seorang pemuda berbaju sutra mendorong Ye Chen dari belakang. Itu adalah pemuda yang mengejek Ye Chen kemarin di jalan, Wang Teng (Ranah Pembuka Bintang Tahap 8).
Wang Teng melangkah ke panggung dengan percaya diri. Ia meletakkan tangannya di pilar.
WUUUNG!
Pilar itu bersinar terang dengan warna Merah Pekat.
"Bagus!" seru Tetua Sekte Pedang Bintang, tersenyum puas. "Bakat Tinggi! Kau diterima sebagai Murid Dalam!"
Wang Teng tersenyum sombong, melirik Ye Chen di antrean bawah dengan tatapan merendahkan.
"Giliranmu, Pengemis Pedang," ejeknya saat turun panggung. "Coba lihat apakah rongsokan di punggungmu bisa membantumu."
Ye Chen tidak menjawab. Ia melangkah naik ke panggung. Penampilannya yang lusuh dan pedang berkarat di punggungnya memancing tawa dari kerumunan.
"Anak itu... dia bawa besi tua ke ujian?" "Lihat bajunya, pasti dia cuma mau cari makan gratis di sekte."
Ye Chen mengabaikan mereka. Ia berdiri di depan pilar hitam itu. Ia menarik napas dalam-dalam, menyalurkan Energi Bintang di tubuhnya, dan menempelkan telapak tangannya.
Semua orang menunggu.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
...Tidak ada cahaya.
Pilar itu tetap hitam. Namun, Ye Chen bisa merasakan sesuatu yang aneh. Energinya masuk ke dalam pilar, tapi pilar itu tidak memantulkannya kembali sebagai cahaya. Sebaliknya, pilar itu seolah-olah "dimakan" oleh kekosongan di dalam tubuh Ye Chen.
Pilar itu bergetar sedikit, lalu mengeluarkan asap abu-abu tipis.
"Hah?" Penguji mengerutkan kening. "Tidak ada resonansi? Bakat... Nol?"
"Bukan nol," kata Tetua Sekte Pedang Bintang, matanya menyipit jijik. "Itu Bakat Bintang Sampah. Tubuhnya menolak afinitas bintang. Energinya keruh dan kotor. Dia tidak layak berkultivasi."
"Turun!" bentak penguji. "Kau gagal!"
Tawa meledak di alun-alun. "Hahaha! Sudah kuduga! Sampah!"
Wajah Ye Chen tetap datar. Ia tidak kecewa. Ia tahu tubuhnya berbeda (Tubuh Asal Mula yang disegel). Alat ukur dunia ini terlalu primitif untuk mengukurnya.
Ia berbalik untuk turun, tapi langkahnya terhenti.
"Tunggu," kata Ye Chen tenang. "Adikku belum mencoba."
Long Yin melangkah maju dengan ragu. Tawa penonton mereda sedikit, penasaran dengan gadis bertudung itu.
"Cepatlah!" desak penguji tidak sabar. "Jangan buang waktu kami, gadis kecil. Kalau kakaknya sampah, adiknya pasti—"
Long Yin meletakkan tangan kecilnya yang putih pucat ke pilar hitam itu.
DUM.
Suara detak jantung yang berat bergema dari dalam pilar.
Seketika, tawa di alun-alun mati.
CRAAAAAAAAAASH!
Pilar hitam itu tidak hanya bersinar. Pilar itu meledak dengan cahaya.
Bukan Putih, Kuning, atau Merah.
Sebuah pilar cahaya berwarna Biru Es melesat ke langit, diikuti oleh lilitan cahaya Emas Murni yang mengelilinginya seperti naga. Suhu di alun-alun anjlok drastis, membuat para penonton menggigil. Di saat yang sama, tekanan agung membuat lutut mereka lemas.
Pilar pengukur itu retak karena tidak kuat menahan intensitas bakat itu.
"Apa...?!" Tetua Sekte Pedang Bintang berdiri dari kursinya, matanya melotot.
"Elemen Ganda Mutlak!" teriak Instruktur Akademi Perang Besi, menjatuhkan gelas minumnya. "Es dan Logam?! Dan intensitas ini... Bakat Legenda (Ungu Emas)!"
Tudung Long Yin terhempas oleh angin energi, memperlihatkan wajah cantiknya dan mata dua warnanya yang mempesona kepada ribuan orang.
"Cantik sekali..." "Matanya... itu mata Dewi!"
Keheningan pecah menjadi kegemparan total. Kedua kelompok penguji langsung melompat turun dari kursi mereka, berlari menghampiri Long Yin, saling sikut.
"Nona Muda! Bergabunglah dengan Sekte Pedang Bintang! Kami akan menjadikanmu Murid Pribadi Ketua Sekte!"
"Jangan dengarkan mereka! Akademi Perang Besi punya teknik tubuh terbaik untuk elemen Logam! Kami akan memberimu sumber daya tanpa batas!"
Long Yin tampak ketakutan dikerubungi orang-orang tua itu. Ia mundur selangkah, dan secara naluriah mencari perlindungan.
Ia lari ke balik punggung Ye Chen, memegang lengan pemuda itu erat-erat.
"Kakak..." cicitnya.
Para tetua itu berhenti. Mereka menatap Ye Chen dengan tatapan terganggu, seolah melihat lalat yang hinggap di berlian.
"Minggir, Bocah," kata Tetua Sekte Pedang Bintang dingin. "Kau menghalangi jalan jenius masa depan."
Ye Chen menatap mereka dengan tenang, tangannya mengelus punggung tangan Long Yin untuk menenangkannya.
"Dia tidak akan bergabung dengan siapa pun," kata Ye Chen datar.
"Apa?!" Para tetua marah. "Siapa kau berani memutuskan?"
"Kecuali," lanjut Ye Chen, menatap mata Tetua itu lurus-lurus, "kalian juga menerimaku."
Hening.
Tetua itu tertawa menghina. "Kau? Bakat Sampah? Kau ingin membonceng ketenaran adikmu? Kami tidak menampung sampah!"
"Kalau begitu, ayo pergi, Yin'er," kata Ye Chen, berbalik badan dan mulai berjalan pergi tanpa ragu.
"Baik, Kakak," Long Yin mengangguk patuh, mengikuti Ye Chen tanpa menoleh sedikit pun pada para tetua yang menawarkan dunia padanya.
Para Tetua panik. Jenius level Legenda muncul sekali dalam seribu tahun. Jika mereka membiarkannya pergi hanya karena satu bocah sampah, Ketua Sekte akan memenggal kepala mereka.
"Tunggu! TUNGGU!" teriak Tetua Sekte Pedang Bintang, menggertakkan gigi. Wajahnya merah padam karena harus menelan ludahnya sendiri.
"Baiklah! Kau diterima!" serunya dengan nada kesal.
Ye Chen berhenti dan menoleh sedikit. "Sebagai apa?"
"Sebagai... Murid Pelayan!" kata Tetua itu. "Kau bisa menyapu halaman dan membawa pedang adikmu. Itu tawaran terbaik!"
Ye Chen tersenyum tipis. Jabatan tidak penting. Yang penting adalah akses ke perpustakaan dan sumber daya.
"Murid Luar," tawar Ye Chen. "Dan kami tinggal di satu area. Aku harus menjaganya."
"Kau—!" Tetua itu ingin meledak, tapi melihat Long Yin yang menatapnya dengan dingin, ia menyerah. "Baik! Murid Luar! Tapi jika kau gagal dalam ujian bulanan, kau akan ditendang jadi pelayan! Sepakat?"
"Sepakat."
Ye Chen menggandeng Long Yin kembali ke panggung.
Kerumunan menatap Ye Chen dengan iri dan cemburu. "Dasar parasit! Dia hanya beruntung punya adik jenius!"
Ye Chen tidak peduli. Ia telah mendapatkan tiket masuknya.
Namun, di sudut panggung, Wang Teng menatap Ye Chen dengan kebencian mendalam.
"Memanfaatkan wanita untuk masuk..." desis Wang Teng, tangannya mencengkeram gagang pedangnya. "Tunggu saja saat kita di dalam sekte. Aku akan membuatmu menyesal pernah dilahirkan, Sampah."