Ceraikan Aku, Mas!

Malam harinya seperti biasa Amran tetap akan meminta Zahira untuk melayaninya. Amran adalah lelaki dengan tubuh ramping yang bagus, usia juga masih muda. Tentu saja dia lelaki yang mudah terangsang.

Belum lagi dengan rasa cinta Zahira yang belum benar-benar hilang, sekali rayuan saja membuat Zahira bisa menerima ajakan itu dengan mudah.

Setelah itu beberapa saat, keduanya masih terbaring di ranjang. Amran membuka ponselnya karena harus mengecek sesuatu.

Sekertaris Erisa barusaja mengirimkan sebuah data mengenai perkembangan kasus dari pak Remon.

Merasa takut ketahuan, akhirnya Amran beranjak dari ranjang. Zahira hanya bisa memandangi dengan diam.

Wanita itu lalu ikut mengecek ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan dari pak Norma. Lelaki itu mengabarkan jika ada seorang pemusik terkenal yang ingin bertemu dengan Zahira. Tentu saja hal ini segera di respon baik dengan Zahira.

Setelahnya dia membersihkan diri lalu mencari keberadaan Amran. Tak sengaja dia melihat di kaca jendela jika Amran tengah berdiri di samping kolam renang.

Zahira mendekatinya. Mungkin karena tak ada suara langkah kaki yang terdengar membuat Amran tidak menyadari dan dia tetap menerus ucapannya.

" apa yang sulit dengan penjelasan ku Sekertaris Erisa, katakan saja jika beberapa bulan lagi pak Remon akan bersih dari kasus itu.. "

Kalimat itu sangat jelas denger oleh Zahira. Tanpa menunggu waktu dia mengurungkan niatnya untuk mendekati sang suami dan memilih kembali ke kamar.

Amran masih mengurusi kasus ayah Amel. Itu menandakan jika lelaki itu tidak akan melepaskan Amel begitu saja.

Zahira berusaha menenangkan diri dengan berbaring di ranjang. Dia baru menyadari jika dirinya mudah sekali percaya dengan ucapan Amran. Seharusnya dia memberikan jeda waktu, setidaknya memastikan jika ucapan lelaki itu bukan hanya main-main.

...

Keesokan harinya, pukul 3 sore Zahira bertemu dengan pak Norma. Kebetulan kafe memang baru jam buka jadi tidak banyak orang yang berada disana. Suasana ini menambah kesan eklusif pertemuan pada sore ini.

" selamat sore nona Zahira, sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengan anda, kenapa sekarang anda terlihat begitu berbeda" ucap pak Norma menatap penampilan Zahira dari atas ke bawah.

Wanita itu tersenyum tipis, dia memang belum mengambil baju -baju miliknya di kediaman Malik. Dan yang tersisa di Villa Renaldi hanya pakaian bermerek mahal. Tidak salah pak Norma mengatakan begitu. Lelaki itu pasti takjub melihat penampilan Zahira saat ini.

" anda bisa saja pak. oh ya apa anda sudah menunggu lama?"

" tidak, Pak Witton juga belum datang"

Mendengar nama itu Zahira sedikit mengernyitkan keningnya.

" apa maksud anda Pak Witton, konduktor yang memiliki orkestra mandiri itu? " tanya Zahira penasaran. Dalam dunia musik, siapa yang tidak mengenalnya. Bergabung menjadi bagian dari orkestra nya adalah mimpi semua pemain musik.

" betul Nona. Anda adalah orang terpilih. Kebetulan pak Witton sedang membutuhkan seseorang untuk menggantikan pemain biola di timnya"

" astaga! apa anda serius? saya sangat tidak sabar bertemu dengan dia pak Norma "

Wanita itu tersenyum lebar dengan dada berdegup kencang.

Zahira merasa ini adalah kesempatan emas. Dia tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Pertemuan itu dimulai dengan sangat bagus, pak Witton langsung meminta Zahira untuk unjuk penampilan. Dan tak di sangka pak Witton dengan cepat langsung meminta Zahira bergabung.

Tentu saja Zahira menerimanya tanpa pikir panjang. Keadaan rumah tangga nya belum benar-benar stabil. Dan Zahira lebih baik memiliki Rencana lain.

Zahira dan pak Norma mengantar kepergian pak Witton dengan sopan. Mereka berdiri di ambang pintu kafe sambil tersenyum ramah.

" kamu sangat beruntung, aku dengar ada salah satu pembisnis yang rela meminta bertemu dengan pak Witton demi kekasihnya. Dia bahkan mendanai sebagian besar pelaksanaan konser besok itu. Kau benar -benar beruntung Zahira"

Sekali lagi pak Norma memuji keberuntungan Zahira. Bagaimana tidak pak Witton secara khusus memintanya bertemu setelah melihat video penampilan Zahira yang dikirim oleh nya.

...

Saat perjalanan pulang, Di dalam mobil Zahira membaca kasus yang menjerat nama besar keluarga Wijaya. Termasuk bagaimana keadaan keluarga itu setelah Remon masuk persidangan.

beberapa beranggapan jika kasus ini pasti akan di menangkan oleh pihak Remon. Karena di belakang lelaki itu ada seorang pewaris Renaldi yang dikenal tak tertandingi.

Belum lagi rumor ketertarikan Amran dengan gadis Wijaya yang berulang kali menarik perhatian media bisnis.

Zahira tersenyum mengejek dirinya sendiri sembari membaca artikel itu. Sungguh malang nasibnya. Berkali-kali di perlakukan seenaknya masih saja belum memahami jika selama ini dia dimanfaatkan oleh Amran.

Bahkan meski sudah meminta cerai, Amran masih saja dengan mudah mengelabuinya.

" bodoh!" rutuk Zahira pada diri nya sendiri.

Sebelum pulang tadi, Zahira menyempatkan diri menjenguk perkembangan Arfan. Adiknya terlihat mengalami perkembangan yang cukup baik.

Hal ini membuat Zahira berpikir jika berdamai nya dia dan Arfan juga tidak buruk. Selama 3 tahun menyimpan semua kemalangan dalam rumah tangga.

Dan sekarang tinggal beberapa bulan lagi sampai Arfan bisa melakukan operasi. Hanya beberapa bulan saja dia harus bertahan, dan bersikap sebagaimana biasanya. Zahira menguatkan dirinya sendiri.

Langit sangat gelap dan berangin saat Zahira sampai di Villa. Beberapa lampu terlihat menyala dan semua nya tampak sepi.

Zahira masuk, lalu pelayan datang dan mengatakan jika tuan akan pulang sedikit terlambat malam ini. Zahira tidak banyak berkomentar dan hanya mengangguk pelan

Saat tengah malam lelaki itu baru membuka pintu kamar. Saat itu kebetulan Zahira baru keluar dari kamar mandi.

Seperti biasanya Amran segera mendekati Zahira. Bau Karbon tercium jelas oleh Zahira. Wanita itu mengasumsikan jika suaminya barusaja dari rumah sakit.

Pasti karena jadwal persidangan Remon yang semakin dekat membuat Amel harus keluar masuk rumah sakit.

Keadaan Amel terbilang rentan, mentalnya belum bisa menerima jika ayahnya harus tinggal di balik jeruji besi.

Dan yang lebih menyakitkan adalah nama baik Wijaya yang selama ini begitu bagus harus rusak dalam sekejap.

Miris, Amel menyalahkan orang lain atas kehancuran nama besar Wijaya. Padahal dia sendiri juga merupakan wanita perusak rumah tangga orang lain.

Sayangnya meski mengetahui fakta kebohongan Amran, Zahira tidak mengusik lelaki itu, dan meneruskan membantu Amran melepaskan Jasnya. Lelaki itu lalu gantian masuk ke kamar mandi.

Zahira menatap punggung Amran dengan tatapan datar. sampai kapan Amran akan bersikap seperti ini.

Zahira jadi berpikir, bahwa keputusan nya bergabung dengan orkestra pak Witton adalah keputusan yang terbaik.