NovelToon NovelToon
Kutukan Arwah Tumbal Desa

Kutukan Arwah Tumbal Desa

Status: tamat
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Tumbal / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Dew

Keputusan Bian dan Tiara untuk pindah ke Rumah Warisan Kakek di Desa Raga Pati adalah sebuah kesalahan fatal. Rumah itu ternyata berdiri di atas tanah yang terikat oleh sebuah sumpah kuno: Kutukan Arwah Tumbal Desa.
Gangguan demi gangguan yang mengancam jiwa bahkan menjadikannya tumbal darah selanjutnya, membuat mental Bian dan Tiara mulai lelah dan ingin menyerah.

"Jangan pernah mencoba memecahkan apa pun yang sudah ada. Jangan membuka pintu yang sudah terkunci. Jangan mencoba mencari tahu kebenaran yang sudah lama kami kubur. Jika kalian tenang, rumah ini akan tenang. Jika kalian mengusik, maka ia akan mengusik kalian kembali."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanah Tumbal dan Air Suci

Bian dan Tiara bergelantungan pada sepotong kayu jembatan yang tersisa, napas mereka memburu dan terengah-engah. Di atas mereka, Jaga yang dirasuki Mbah Pawiro tertawa kemenangan. Di bawah, jurang curam menanti, dengan bebatuan bergerigi di dasar sungai yang gelap.

Ransel berisi Lilin Hitam, yang sempat jatuh ke lumpur, tersangkut pada akar yang menjulur tepat di bawah kayu pijakan terakhir.

"Ranselnya!" teriak Bian.

"Aku akan ambil!" balas Tiara.

Dengan kekuatan putus asa, Tiara mengulurkan tangan. Tepat saat jari-jarinya menyentuh kain ransel, suara tawa Mbah Pawiro dari mulut Jaga semakin keras.

"Tidak akan kubiarkan! Lilin itu milikku!"

Jaga yang dirasuki melompat ke sisi jembatan yang masih kokoh dan mulai mencabut sisa-sisa kayu, mengirimkan hujan serpihan ke arah Bian dan Tiara.

Bian menyadari bahwa Mbah Pawiro sengaja membuat Lilin itu jatuh ke bawah, ke tanah jurang yang mungkin saja memiliki sumpah yang sama dengan Desa Raga Pati.

"Tiara, jangan biarkan Lilin itu menyentuh tanah!" teriak Bian, mengingat peringatan samar rekan kakeknya.

Tiara berhasil meraih tali ransel. Dengan tarikan yang kuat, ia menariknya ke atas, tepat saat Bian menggunakan kakinya untuk menendang kayu jembatan yang longgar ke arah Jaga. Kayu itu mengenai bahu Jaga yang dirasuki, membuatnya terhuyung.

Mereka berdua merangkak naik. Begitu kaki mereka menapak kembali di tanah hutan, mereka tidak membuang waktu. Lilin Hitam terasa membakar tas ransel.

BUM! BUM! BUM!

Suara gendang dari para pengikut Mbah Pawiro semakin dekat, kini terdengar dari sisi jurang.

"Kita harus lebih dalam!" Bian memegang Liontin Tumbal, yang kini bersinar lebih terang, seolah-olah ketakutan mereka adalah bahan bakarnya.

Mereka berlari menembus hutan, meninggalkan jurang di belakang mereka.

Saat mereka berlari, Liontin Tumbal bergetar dan menarik kuat ke arah tertentu. Tiara melihat ke tanah. Pepohonan di sekitar mereka mulai terlihat aneh, tidak hanya gelap, tetapi juga melengkung, seolah-olah hutan ini sendiri telah menyaksikan horor selama berabad-abad.

"Liontin itu menuntun kita ke tengah Kawah Candra," kata Bian, terengah-engah.

Tiba-tiba, Bian tersandung akar. Ranselnya terlepas, dan Lilin Hitam menggelinding keluar, mendarat di tanah bebatuan yang ditumbuhi lumut.

Lilin itu tidak menyentuh tanah, melainkan mendarat di atas sebongkah batu basal yang gelap.

Saat Lilin itu menyentuh batu, api hijaunya membesar. Dari dalam api, mereka mendengar raungan kemenangan Mbah Pawiro.

"Kau gagal! Kau membawaku kembali ke Tanah Sumpah!"

Tiara mendekat. Ia melihat tanah di sekitar batu basal itu. Tanah itu berwarna merah kecokelatan, dan dipenuhi urat-urat hitam, tanah yang terlihat berbeda dari lumpur biasa.

"Ini bukan tanah biasa, Bian! Ini pasti Tanah Tumbal yang dimaksud Mbah Pawiro! Lilin ini mendapatkan kekuatan dari tanah ini!" seru Tiara.

Di tengah kepanikan, Tiara melihat sebuah pohon yang tumbuh miring di tepi sungai kecil, akarnya mencengkeram erat batu-batu sungai. Ia teringat pada pengakuan kakek: Api Suci.

"Air! Air mungkin bisa memadamkannya!"

Bian menggeleng. "Mbah Pawiro tidak mungkin mudah dikalahkan! Kita butuh lebih dari air! Kita butuh Api Suci!"

Saat mereka berdebat, suara berat Jaga yang dirasuki Mbah Pawiro terdengar dari belakang.

"Cukup bermain-main! Lilin itu telah menyentuh Tanah Tumbal, dan sekarang aku abadi!"

Jaga muncul, diapit oleh dua pengikut Mbah Pawiro berjubah hitam. Jaga kini memegang sebuah cangkul tua, matanya fokus pada Lilin Hitam.

"Kembalikan Lilin itu, atau aku akan menggunakanmu sebagai tumbal untuk mengikat arwahmu pada Lilin, Nak Bian!"

Bian mencengkeram Liontin Tumbal. Ia tahu liontin itu adalah satu-satunya senjata yang memiliki energi yang berlawanan dengan Lilin.

Bian mengarahkan Liontin itu ke Lilin Hitam. Cahaya merahnya menyinari api hijau.

Suara mendesis keras terdengar.

Mbah Pawiro menjerit kesakitan dari dalam Lilin. "Liontin sialan itu! Jangan gunakan janji itu melawanku!"

Jaga yang dirasuki maju cepat. Dengan cangkulnya, ia memukul Liontin Tumbal yang dipegang Bian.

TRANG!

Liontin itu memantul, terlepas dari tangan Bian. Liontin itu melambung ke udara, jatuh, dan mendarat tepat di antara celah-celah batu.

Bian dan Tiara melihatnya. Liontin itu jatuh, dan menghilang ke dalam kegelapan jurang batu.

"Tidak!" teriak Bian.

Jaga yang dirasuki tertawa nyaring. "Kunci kebebasanmu telah hilang! Sekarang, kau akan menjadi tumbal!"

Jaga mengarahkan cangkul ke Bian. Bian dan Tiara mundur ke arah sungai kecil yang airnya mengalir deras.

"Lilin itu! Bawa Lilin itu!" teriak Mbah Pawiro dari mulut Jaga.

Pengikut Mbah Pawiro maju, berusaha meraih Lilin Hitam.

Saat itulah, Tiara melihat sesuatu yang aneh di sungai kecil itu.

Di tengah sungai, di antara batu-batu yang tersusun, terdapat sebuah batu besar yang memiliki cekungan berbentuk hati. Dan di cekungan itu, ada api kecil yang menyala dengan warna kebiruan yang sangat tenang.

"Api Suci!" seru Tiara. "Kakek menyembunyikannya di sana!"

Api itu tidak padam oleh air yang mengalir di sekitarnya. Itu adalah api yang murni, tersembunyi.

"Ayo! Lilin itu harus masuk ke sana!" Bian tahu ini adalah kesempatan terakhir mereka.

Bian dan Tiara berlari ke sungai. Para pengikut Mbah Pawiro mengejar mereka, tetapi Jaga yang dirasuki Mbah Pawiro mengejar dengan kecepatan yang mengerikan, terfokus hanya pada Bian.

Saat Bian hendak melompati sungai, Jaga berhasil meraih ransel Bian.

"Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkanku!" raung suara Mbah Pawiro.

Tarikan itu sangat kuat, Bian terhempas ke belakang. Ransel itu robek, dan Lilin Hitam jatuh.

Lilin itu meluncur, bukan ke sungai, tetapi kembali ke Tanah Tumbal di tepi sungai!

Bian melihat dengan ngeri. Lilin itu mendarat, dan seketika, api hijaunya membesar menjadi setinggi pohon.

Dari api itu, muncul wajah Mbah Pawiro, yang kini terbentuk dari asap hitam dan api hijau. Ia telah mendapatkan kekuasaan penuh di Tanah Sumpah ini.

"Sekarang, aku akan menjadikanmu tumbal! Arwah Tumbal! Datanglah padaku!"

Dari dalam api, Arwah Sari yang bingung dan lemah ditarik paksa. Arwah Sari menjerit kesakitan, terikat pada Mbah Pawiro.

Bian harus bertindak cepat.

Ia melompat ke atas batu yang menahan Api Suci. Ia mengambil segenggam air sungai yang mengalir, lalu ia mengarahkan air itu ke Lilin Hitam.

Air itu menguap seketika, tetapi tidak memadamkan api.

Tiara berteriak putus asa.

"Air biasa tidak akan bekerja!"

Saat Bian melihat air sungai itu, ia menyadari sesuatu. Air itu mengalir deras dari celah batu.

Tiba-tiba, ia teringat Liontin Tumbal yang hilang. Ia mencari celah batu tempat liontin itu jatuh.

Bian berhasil melihatnya. Liontin itu tidak jatuh ke dasar jurang, melainkan tersangkut di antara celah-celah batu yang dialiri air sungai.

Air sungai itu kini mengalir di atas Liontin Tumbal!

Bian menyadari kebenaran: Liontin Tumbal mengubah air biasa menjadi 'Api Suci'.

Bian meraih air sungai yang kini mengalir di atas liontin yang tersangkut. Air itu terasa dingin menusuk dan memancarkan kilauan samar.

Ia melemparkan air yang telah disucikan itu ke api hijau Lilin Hitam.

HIIISSSSS!!!

Lilin Hitam mengeluarkan suara mendesis yang mengerikan. Api hijau itu padam, digantikan oleh asap tebal. Wajah Mbah Pawiro yang terbentuk dari asap menjerit kesakitan yang memilukan.

Mbah Pawiro telah kalah!

Jaga, yang tadinya dirasuki, ambruk ke tanah, terbebas.

Bian dan Tiara tersenyum lega. Mereka berhasil!

Namun, saat mereka menoleh ke arah sungai batu. Di tengah batu yang menyala Api Suci, berdiri Arwah Sari yang kini tenang, tetapi wujudnya memancarkan kesedihan.

Arwah Sari tidak lagi marah. Ia menatap Bian dengan pandangan yang dalam.

"Kau telah memadamkan api kutukan, cucu Pranoto. Tetapi api sumpahku... masih menyala. Aku tidak bisa bebas. Liontin itu... kau harus menyatukannya kembali dengan pengkhianatan kakekmu..."

Arwah Sari menunjuk ke arah celah batu yang dialiri air. Liontin Tumbal itu tersangkut di sana, terpisah dari api suci.

Tiba-tiba, sungai yang tenang itu bergemuruh. Airnya mulai meninggi.

Badai datang!

Bian tahu mereka tidak punya banyak waktu. Ia harus menyatukan kembali Liontin Tumbal dengan Api Suci, atau Sumpah Sari tidak akan terputus.

Bian mencoba meraih Liontin Tumbal yang tersangkut. Tepat saat tangannya menyentuh air, Arwah Sari menghilang, dan air sungai meluap!

Gelombang besar menghantam mereka! Bian dan Tiara terhempas ke udara, dan kegelapan menelan mereka, membawa serta Lilin Hitam yang kini mengapung, dan Liontin Tumbal yang hilang di dalam sungai yang mengamuk.

1
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ
🤣apaan nggantung gini. masih bisa itu dilanjutkan. macam mana kukasih rate kalau terlalu singkat bgini 🥴.
nggak usah ajalah.
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: 🤣🤣 sengaja. 😁😁
total 1 replies
𝕐𝕆𝕊ℍuaˢ
Jaga terasa menjadi tokoh utama.
sampai di bab ini, setiap baca gw cuma bisa,
"woh... wah... wah!"
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: emang... goib🥺🤣
total 3 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
terus-menerus teror nya
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
mbah Pranoto masih idup kan?
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
kebal banget Prawiro
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
jadi gmna ini, gak ada lagi yg baiknya selain pasutri itu?
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
oalah ternyata spt itu, bener yg Pawiro yg ada sesuatu
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
Mbah Pawiro itu sesepuh desa yg bertamu tadi? klu kakeknya Bian Mbah Pranoto bkn Miss?
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: yuph.. bener.. Bian cucu Pranoto 😁
total 1 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAnggrekᴰⁱᴷᵃ ˢ⍣⃟ₛѕ⍣⃝✰
koq serem miss
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
waduh kalah bian dan Tiara yg terperangkap, kasihan oh kasihan🤭🤣
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
makin runyam ya bian🤭 semangat bian Tiara 🤣😅
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
lahh knp liontin nya gak di buang saja kalo bian tetap dikejar sampai ke ujung dunia pun kutukan itu takkan putus🤭🤣
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: kan, Kaga bilang, kalau liontin itu tidak boleh di jatuh ke tangan orang lain. Nanti Kutukan itu nggak bisa diputus👻
total 1 replies
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
seru Miss cerita horor inii, haruss berlanjut
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
wah berarti jaga itu baik mau memperingati bian dan Tiara tapi mereka yg berbeda pendapat atas kecurigaan mereka terhadap sikap jaga yg aneh. karena jaga memperingati mereka dengan isyarat bukan ngomong secara langsung jadi gak lngsung dipahami oleh bian dan istrinya, dan kini setelah menyadari semuanya sudah terlambat
ᴳᴿ🐅иąв𝖎ƖƖą ≛⃝⃕|ℙ$
inii mksdnya jangan memecahkan apa yg ada, berarti itu setan gak bisa masuk rumah dan kacanya sekarang pecah jadi bisa masuk rumah itu kah🤔🤔🤔
𒈒⃟ʟʙc🏘⃝Aⁿᵘᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀ᴳᴿ🐅: bukan😁😁😁.
maksudnya, jangan mencari tahu rahasia yang tersimpan.
atau bahasa gaulnya.. nggak ush kepo😭
total 1 replies
∑(Elite Squad ̄□ ̄;)
kalau rumah lama gak ditempati apalgi dingin. udah pasti banyak pemghuni nya sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!