NovelToon NovelToon
TERSERET JANJI ATHAR

TERSERET JANJI ATHAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Sesampainya di rumah sakit, Athar langsung membopong Halwa yang sudah bersimbah darah.

Tangan Athar berlumuran darah segar istrinya.

Tim medis segera mengambil alih dan membawa Halwa ke ruang darurat.

Di saat yang sama, mobil ambulans lain tiba. Yunus dan beberapa pelayan lain juga dibawa ke rumah sakit karena keracunan obat bius, namun kondisi mereka stabil.

Athar berdiri di luar ruang UGD, pikirannya kacau. Tak lama kemudian, dokter keluar dengan wajah serius.

"Tuan Athar, Nyonya Halwa kritis. Luka tusuknya cukup dalam, mengenai bagian sensitif. Kami harus segera melakukan operasi darurat," jelas dokter itu.

Mendengar kata 'kritis', pertahanan Athar runtuh. Ia menangis sesenggukan, menutup wajahnya dengan kedua tangan yang berlumuran darah.

"Lakukan! Lakukan operasi secepatnya, Dokter! Selamatkan istri saya! Saya mohon!" pinta Athar dengan suara serak.

Dokter menganggukkan kepalanya. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Tuan. Mohon doanya." Dokter itu bergegas kembali ke ruang operasi.

Tak lama setelah itu, polisi datang dan akan menyelediki kasus penusukan dan keracunan massal tersebut.

Wartawan yang mendengar kabar Athar pulang mendadak dan ada keributan di rumahnya juga mulai berdatangan.

Anak buah Athar yang sigap segera mengusir mereka, membentuk pagar betis yang kuat di depan ruang operasi dan area rumah sakit.

Athar memanggil salah satu kepala keamanannya.

"Jangan sampai Onur tahu masalah ini! Jangan biarkan berita ini bocor ke jaringan internal perusahaan!"

Mereka menganggukkan kepalanya, mengerti betapa berbahayanya jika Onur mengetahui kelemahan Athar saat ini.

Operasi pun dilakukan. Athar mondar-mandir di depan ruang operasi, melewati lorong rumah sakit berulang kali, setiap detik terasa seperti siksaan.

Di tengah kegelisahan Athar, Yunus, yang baru sadar dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan, dipapah menghampiri Athar.

"Tuan, maafkan saya. Saya lalai. Saya tidak tahu Tuan Ardan itu..." Yunus menangis, merasa bersalah.

Athar menoleh ke arah Yunus. Rasa amarahnya menguap melihat wajah Yunus yang pucat dan menyesal.

"Sudah, Yunus. Jangan menyalahkan dirimu. Kamu juga korban. Cepat pulihkan dirimu, aku butuh bantuanmu."

Hampir tujuh jam operasi berjalan, Athar duduk menunduk, berdoa tanpa henti.

Akhirnya dokter kembali keluar. Athar langsung menyergapnya.

"Dokter, bagaimana istri saya?"

Dokter hanya bisa menggelengkan kepalanya perlahan.

"Operasi berjalan lancar, Tuan. Kami berhasil menjahit lukanya. Namun, Halwa masih kritis. Dia kehilangan banyak darah dan kondisinya belum stabil. Kami akan memindahkannya ke ICU."

Halwa masih kritis, dan Athar tahu, perjuangan mereka belum selesai.

Athar diizinkan masuk ke ruang ICU untuk melihat Halwa.

Jantungnya terasa diremas saat ia melihat istrinya terbaring tak berdaya di ranjang, seluruh tubuhnya dipenuhi alat-alat medis seperti selang pernapasan, monitor jantung, infus.

Wajah Halwa yang pucat terbalut kain kasa di punggungnya.

"Halwa, bangun, Hal," bisik Athar, suaranya tercekat.

Ia meraih tangan Halwa yang dingin dan menciumnya lembut, tidak peduli dengan segala alat di sekitarnya.

Athar duduk di luar ruang ICU. Ia tidak bisa pergi ke mana-mana. Ia duduk di kursi tunggu, sesekali menangis sesenggukan karena rasa takut kehilangan, dan sesekali tertawa kecil sinis pada dirinya sendiri karena kebodohannya.

"Andai saja aku tidak ke Rusia. Andai saja aku lekas pulang," gumam Athar, menyalahkan dirinya sendiri berulang kali.

Ia merasa bersalah karena telah meninggalkan Halwa sendirian, seolah ia sendiri yang membuka pintu bagi Afrain untuk menyentuh istrinya.

Ia tahu, pria yang melukai Halwa pasti memiliki dendam pribadi dan memanfaatkan kepergiannya.

Athar bersumpah, ia tidak akan beristirahat sampai ia menemukan pelakunya.

Athar memejamkan mata, memeluk lututnya, menunggu Halwa melewati masa kritisnya.

Ia menggenggam erat kalung yang biasa ia pakai, yang kini ia lepas dari leher Halwa dan dibawa olehnya. Halwa harus selamat, demi dirinya, demi masa depan mereka.

Sementara itu, Afrain berhasil lolos. Dengan rencana cadangan yang sudah ia siapkan, ia berhasil keluar dari kota dan segera terbang ke luar negeri, menggunakan identitas palsu yang telah ia siapkan sebelumnya.

Afrain duduk di kursi pesawat, menatap kosong ke luar jendela.

Pikirannya dipenuhi dengan adegan pisau itu menusuk punggung Halwa.

Ia yakin, dengan parahnya luka dan darah yang ia lihat, Halwa telah meninggal dunia.

Rasa lega bercampur dengan kesedihan yang mengerikan. Ia telah membalas dendam atas Ibunya, tetapi ia juga kehilangan wanita yang ia cintai.

"Kamu harus mati, Hal. Demi Ibu," bisiknya pada dirinya sendiri, menguatkan hati yang hancur.

Afrain juga sudah memastikan tidak ada lagi jejak yang tersisa.

Sebelum kabur, ia kembali ke rumah tuanya dan Menghabisi guru asli yang ia culik, Tuan Ardan.

Ia membuang tubuh Tuan Ardan di tempat terpencil, memastikan Athar tidak akan bisa melacak dirinya melalui jalur itu.

Afrain kini aman secara fisik, tetapi jiwanya hancur dan dipenuhi kegelapan.

Ia memulai kehidupan barunya di luar negeri, yakin bahwa ia telah menuntaskan dendamnya.

Beberapa bulan kemudian, waktu berlalu tanpa terasa. Halwa masih belum sadarkan diri, terbaring koma di ruang ICU.

Cinta Athar tidak sedikit pun berkurang. Ia menolak meninggalkan rumah sakit.

Ia sampai melakukan rapat-rapat penting perusahaannya di ruang meeting khusus yang disewa di rumah sakit, memastikan ia selalu berada di dekat Halwa.

Seluruh bisnis Athar kini berpusat di sekitar rumah sakit.

Sayangnya, berita tentang penusukan dan kondisi kritis Halwa akhirnya menyebar luas, menembus jaringan keamanan yang dibuat Athar. Mau tidak mau, Onur akhirnya tahu dan ia langsung terbang ke Jakarta dengan marah.

Onur mendatangi Athar di lorong rumah sakit, tempat Athar biasa beristirahat.

"Apa yang kau lakukan di sini, Athar? Menunggu keajaiban? Bangun!" bentak Onur, tatapannya tajam.

"Sudah kubilang, gadis itu hanya membawa masalah! Ceraikan dia! Dia tidak akan bangun, dan kamu harus kembali memimpin perusahaan dengan stabilitas."

Onur kemudian melanjutkan, menawarkan solusi yang kejam.

"Aku sudah bicara dengan keluarga Azizah. Dia masih setia dan bersedia menikah denganmu. Nikahi Azizah, Athar. Itu satu-satunya jalan!"

Athar menatap pamannya dengan mata dingin dan penuh kebencian.

Emosinya meluap setelah berbulan-bulan menahan diri.

"Keluar dari sini, Paman," desis Athar, suaranya rendah dan mengancam.

"Istriku masih hidup. Dan aku tidak akan menceraikannya. Aku tidak butuh saranmu, apalagi wanita pilihanmu."

Athar tidak mau berdebat lebih lanjut. Ia memberi isyarat keras kepada anak buahnya yang berjaga.

"Bawa Paman Onur keluar. Sekarang. Jangan biarkan dia mendekati rumah sakit ini lagi."

Anak buah Athar segera mengeksekusi perintah itu.

Onur meronta dan mengumpat, tetapi ia diseret keluar dari area rumah sakit.

Setelah memastikan Onur pergi, Athar menghela napas panjang.

Ia merapikan jasnya yang kusut dan kembali menunggu di depan ruang ICU, mengabaikan semua kekacauan yang diciptakan pamannya. Halwa adalah satu-satunya fokusnya.

1
November
lanjut
My 78
di tunggu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!